..
Cessalie merasa makin terancam. Seperti kelinci dengan 2 harimau di hadapannya.
Pria dengan bekas luka di wajahnya itu, cengkeraman di leher Cessalie makin erat. Membuatnya makin kesulita n bernafas.
Lalu, Pria kurus itu bergabung dengannya, menimbulkan ketegangan akibat seringai jahat yang muncul di wajahnya.
Sedangkan Pria dengan luka itu menggeram. "Kamu seharusnya mendengarkanku."
Dia mendekatkan wajahnya, lalu kembali berujar. "Sekarang, kamu akan membayar harga atas ketidak taatanmu, padaku."
Dia makin memperkencang cekikikannya, kekuatannya mengalahkan usaha Cessalie yang lemah untuk membebaskan diri.
Bahkan penglihatannya sudah mulai kabur, dan paru-paru Cessalie terasa sesak.
Pria kurus itu melangkah masuk, berbisik di telinganya. Membuat mata Cessalie membelalak.
"Mungkin kita akan membuat sekutu yang lebih patuh kali ini." Kata Pria itu, sungguh Cessalie dengan yakin, bahwa ujaran itu itu, kata-kata itu di tujukkan padanya.
Dengan itu, tanpa Cessalie sadari, Pria itu menyuntikkan sesuatu ke lengan Cessalie, dan dunia di sekitarnya mulai memudar ke dalam kegelapan.
Cessalie memohon dengan suara yang hampir hilang, "Tidak ___tidak. jangan biarkan aku menutup mata-"
..
Cessalie terbangun beberapa waktu kemudian, dalam keadaan bingung dan sakit di sekujur tubuhnya.
Dia menemukan dirinya berada di sebuah sel darurat, dindingnya kasar dan lembab.
Seorang pria kekar dengan bekas luka di wajahnya masuk, ekspresinya tidak terbaca.
Dia memberi tahu Cessalie bahwa Ia akan diberi kesempatan untuk membuktikan diri, dan jika Cessalie berhasil, mereka akan mempertimbangkan kebebasannya.
Pria kurus, yang juga hadir, menambahkan bahwa tugas pertamanya adalah menyusup ke organisasi saingan dan mencuri artefak berharga. Cessalie di rundung rasa bingung, jalan mana yang paling aman untuknya?
Cessalie mengangguk, berpura-pura menerima misi tersebut. Menelan salivanya gugup saat berusaha fokus pada tujuannya.
Pria kekar dengan bekas luka di wajahnya membuka kunci sel Cessalie, dan membiarkannya melangkah keluar, pikiran Cessalie berpacu dengan rencananya untuk melarikan diri.
Lalu ketika sudah berada dalam jarak yang aman, Cessalie menerobos masuk, jantungnya berdegup kencang. Suara langkah kaki dan teriakan bergema di seluruh goa saat mereka mengejar sekali lagi.
Entah karna mereka yang bodoh, atau Cessalie yang terlalu impulsif, keduanya sama-sama membangun situasi menjadi lebih sulit.
Cessalie terus berlari, fokusnya hanya untuk mencapai pintu keluar terdekat. Mencoba menghiraukan kecepatan mereka yang mungkin sudah tinggal beberapa jengkal lagi.
Suara langkah kaki yang berat dan dentingan logam bergema di seluruh goa saat mereka mengejar. Mengulamg kejadian yang sama, semoga kali ini Ia tidak tercekik atau tertangkap.
Atau jika iya, kali ini Ia akan benar-benar mati.
Cessalie terus berharap agar bisa lepas dari mereka. Ia mendorong diri dengan lebih keras, paru-parunya seolah terbakar di setiap ia menarik napas.
Kegelapan menyelimutinya, dan Cessalie hanya bisa berharap menemukan cara untuk mengakali atau berlari lebih cepat dari para pengejarnya.
Kecemasan makin menggerogotinya, di bawah rasa ketakutan dan keletihan, Dia terus berucap semoga kali ini Ia selamat. Apapun bayarannya, biarkan Ia selamat.
Terus mengulang kata, biarkan Ia selamat, hingga suara sekitar mendadak hening. Namun itu tak membuat Cessalie lengah dan menghentikan langkahnya.
Ia terus melaju mencari pintu keluar. Mencari yang terbaik-dari yang terbaik.
Lalu, secercah cahaya terlihat dari sisi kiri, tak menyia-nyiakan waktu, Cessalie segera berlari dan menghantam dirinya untuk mendorong pintu goa supaya terbuka lebih lebar.
Dia terpelanting saat bisa keluar dari dalam. Nafasnya memburu, kepanikan membuatnya menjadi gugup tak karuan.
Dia merasakan ancaman, suara dedaunan kering yang terinjak membuatnya mendongak. Matanya terbelalak saat melihat sekelompok tentara yang mengelilinginya.
Mereka langsung berteriak, "Kami telah menemukan sang pangeran!"
Teriakan itu menimbulkan kebingungan, perasaan khawatir menyelimutinya, dan Cessalie bertanya-tanya mengapa mereka berfikir bahwa Ia adalah seorang pangeran.
Para prajurit mendekat, ekspresi mereka bercampur antara lega dan gembira. itu memaksanya menghadapi dilema baru.
Haruskah ia kabur atau mengikuti mereka?
Namun yang hanya bisa Cessalie lakukan tetap diam, mengikuti langkah para prajurit saat mereka mengantarnya meninggalkan goa.
Pikiran Cessalie terguncang, mencoba memahami perkembangan baru ini. Saat Ia dibawa masuk lebih dalam ke dalam desa, Ia tidak bisa tidak bertanya-tanya apa yang akan terjadi di masa depan.
Apakah identitas baru ini akan menjadi berkah atau kutukan? Apakah akan menjadi skenario buruk baginya? atau sebaliknya
Pilihannya, untuk saat ini, tidak lagi berada di tangan Cessalie, tetapi peristiwa-peristiwa yang terjadi akan Ia bangun sendiri.
..
Saat Cessalie dipandu melewati desa, penduduk desa mulai keluar dari kediaman dan melihatnya dengan terharu, ekspresi mereka bercampur aduk antara kagum dan gembira.
Sedangkan para prajurit memandunya ke para tetua desa, yang katanya sangat ingin mendengar ceritanya.
Mereka sangat gembira karena telah menemukan sang pangeran, yang diyakini telah hilang bertahun-tahun yang lalu.
Semuanya berjalan dengan normal, Para tetua menawarkan makanan hangat dan tempat untuk beristirahat, dan tanpa berbasa-basi berjanji untuk membantu Cessalie merebut kembali tahtanya.
Terdengar sedikit canggung karna Cessalie belum juga paham akan kejadian ini, apakah tubuh ini memang Pangeran? atau hanya mirip saja?
Tapi jika bukan, semua orang di sini seolah sudah tahu bahwa Ia benar-benar Pangeran.
Bagaimana mungkin mereka dengan mudah mengenalinya?
Bukankah mereka bilang Ia sudah hilang selama bertahun-tahun?
Apakah tidak ada perubahan fisik atau tampilannya?
Mengapa hal-hal seperti ini menimbulkan banyak keraguan? Namun, dari pada memakai alibi bahwa ia kehilangan ingatan, Cessalie malah mengangguk, dan berucap.
"Bantu aku mengambil kembali tahtaku."
..
KAMU SEDANG MEMBACA
Aereth
FantasyDia tidak bodoh, Dia tahu berada di tempat asing, yang bukan asalnya.