1 🍻

470 72 17
                                    

Langit sore itu berwarna oranye keemasan, menyinari kota yang sibuk. Kim Jennie Rubyjane, CEO dari perusahaan besar Oddatelier, sedang duduk di kantornya yang luas. Jendela besar di belakangnya memberikan pemandangan kota Seoul yang sibuk, tetapi pikiran Jennie melayang ke arah lain. Hari ini, perusahaannya baru saja menutup kontrak besar—kemenangan yang layak dirayakan.

"Kita harus berpesta untuk ini!" suara Rose, sahabat sekaligus asisten setianya, terdengar bersemangat.

Jennie menoleh dari layar laptopnya dan tersenyum tipis. Rose selalu tahu bagaimana caranya merayakan sesuatu. Mungkin kali ini Rose benar—merayakan kemenangan ini bisa menjadi pelepasan stres yang sangat dibutuhkan setelah berbulan-bulan bekerja keras.

"Kamu benar. Kita perlu bersenang-senang." Jennie mengangguk, mengkonfirmasi ide itu.

"Kubookingkan klub paling mewah di kota ini. Semua karyawan sudah diundang. Ini akan jadi pesta yang luar biasa!" Rose mengedipkan mata penuh antusias. Jennie hanya bisa menggelengkan kepala sambil tertawa kecil melihat antusiasme Rose.

Malam itu tiba, klub paling mewah di kota dipesan khusus untuk para karyawan Oddatelier. Lampu-lampu neon menyala terang, memantul di dinding kaca dan meja bar, menciptakan suasana yang gemerlap. Musik berdentum keras, memanggil siapa pun yang mendengarnya untuk ikut bergoyang di lantai dansa.

Jennie melangkah masuk ke dalam klub bersama Rose, mengenakan gaun hitam yang elegan namun seksi, sesuai dengan sosoknya yang penuh karisma. Semua mata tertuju padanya, tapi dia sudah terbiasa dengan perhatian seperti itu. Sebagai CEO perusahaan besar dan ikon fashion, Jennie selalu menjadi pusat perhatian di mana pun dia berada.

Rose melambai pada beberapa karyawan, lalu mendekatkan diri ke Jennie sambil tersenyum lebar. "Kau sudah siap untuk bersenang-senang malam ini?"

Jennie hanya tersenyum tipis, mengangkat gelas sampanye yang baru saja diberikan padanya. "CHEERSSS"

Suasana pesta semakin memanas. Para karyawan tertawa dan berbincang, menikmati malam yang dirayakan dengan penuh kebahagiaan. Jennie merasa senang melihat timnya menikmati malam itu, tetapi jauh di dalam hatinya, ada rasa jenuh yang ia tidak bisa abaikan. Semua ini—kemewahan, perhatian, sorak-sorai—terasa biasa baginya.

"Hey, lihat itu," tiba-tiba suara Rose membuyarkan lamunannya. Jennie mengerutkan dahi saat melihat sahabatnya menunjuk ke arah bar di ujung ruangan. "Barista itu... dia tampan, ya? Untuk ukuran pegawai klub, dia... wow."

Jennie mengangkat alis, kemudian mengarahkan pandangannya ke tempat yang ditunjuk Rose. Di sana, di balik meja bar, seorang pria berdiri—tinggi, dengan garis rahang tegas dan rambut hitam yang sedikit berantakan. Dia sedang melayani minuman, bergerak cepat namun terlihat tenang. Ada kesan misterius dan dingin darinya yang membuat Jennie terpaku sejenak.

"Namanya Kim Jisoo," lanjut Rose sambil menyikut Jennie dengan penuh godaan. "Baru lihat, kan? Kalau aku jadi kau, aku pasti akan bicara dengannya. Mungkin dia lebih dari sekadar wajah tampan."

Jennie tertawa kecil, mencoba mengabaikan dorongan sahabatnya. Tapi entah kenapa, rasa penasaran mulai muncul dalam dirinya. Mungkin ini hanya malam biasa, tapi... tak ada salahnya berbincang sedikit, kan?

Beberapa menit kemudian, Jennie menemukan dirinya berjalan menuju bar. Pria yang tadi dilihatnya masih di sana, tampak fokus membuat koktail untuk pelanggan lain. Saat Jennie berdiri di depannya, dia menoleh, dan mata mereka bertemu.

"Pesan sesuatu?" tanyanya, suaranya terdengar tenang namun dalam, seolah setiap kata yang keluar dari mulutnya punya bobot.

Jennie menatapnya sesaat, lalu tersenyum tipis. "Aku belum yakin. Kau punya rekomendasi?"

BABY BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang