3 🫦

359 69 9
                                    

Jisoo masih terpaku, dadanya naik turun setelah ciuman penuh gairah yang baru saja terjadi. Namun, dia semakin terkejut ketika melihat senyum nakal yang terukir di wajah Jennie. Tatapan Jennie perlahan-lahan menyapu dirinya dari atas hingga bawah, seakan-akan menilai dan memeriksa pria yang kini berada begitu dekat dengannya. Ada sesuatu dalam tatapan Jennie yang berbeda—sesuatu yang membuat Jisoo merasa seperti sedang dipertimbangkan untuk sesuatu yang lebih dari sekadar pria yang kebetulan membantu Jennie semalam.

"Ternyata kamu lebih dari sekadar tampan, Jisoo," Jennie berkata pelan, suaranya lembut tetapi menggoda. "Aku sempat berpikir kamu polos... tapi sepertinya aku salah."

Jisoo menelan ludah, jantungnya semakin berdetak keras. Ada aura berbeda dari Jennie yang membuatnya waspada, tetapi dia tidak tahu harus berkata apa. Jennie melangkah mendekat lagi, wajahnya masih penuh dengan senyum licik.

"Bagaimana kalau kita buat kesepakatan?" Jennie menawarkan, suaranya sekarang terdengar serius, namun tetap menggoda. "Daripada kamu bekerja sebagai barista, berjuang untuk menyelesaikan skripsi dan hidup susah... lebih baik kamu jadi... lelaki simpananku, atau lebih tepatnya baby boy-ku." Jennie tertawa kecil, matanya berkilau penuh arti.

Mata Jisoo melebar. Tawaran itu benar-benar di luar dugaan. Bagaimana bisa ada seorang perempuan yang dengan santai mengusulkan sesuatu seperti itu, apalagi Jennie sudah menikah, dan suaminya bukanlah sembarang orang—dia adalah V, seorang aktor yang sangat terkenal!

"Apa... apa yang kamu bicarakan. Jangan berbicara aneh, nona" Jisoo akhirnya berhasil berbicara, meskipun suaranya agak bergetar karena keterkejutan.

Jennie menatapnya dengan mata penuh keyakinan dan sedikit tantangan. "Aku sangat serius, Jisoo. Aku tahu hidupmu tidak mudah. Kamu tampan, menarik, dan aku suka itu. Aku bisa memberimu kehidupan yang lebih baik, jauh lebih mudah daripada menjadi barista."

Jisoo merasa duniannya berputar. Tawaran itu sungguh menggiurkan, tetapi sekaligus aneh dan berisiko. Dia tidak tahu harus merespons bagaimana, karena meskipun tawaran itu terdengar gila, ada sisi dirinya yang merasa tergoda, walaupun dia tahu ini salah.

Jennie kemudian menambahkan, "Kamu tidak perlu menjawab sekarang. Tapi pikirkan baik-baik... aku bisa memberimu semua yang kamu butuhkan, Jisoo." Jisoo masih terdiam, mencoba memahami situasi.

Jennie tersenyum penuh kemenangan saat melihat Jisoo masih terdiam di tempatnya, jelas masih syok dengan tawaran yang baru saja dia lontarkan. Tanpa banyak bicara, Jennie mulai bersiap untuk menyegarkan badannya yang telah mabuk semalam, Dia kemudian merogoh tasnya, mengambil sebuah kartu nama elegan dengan logo perusahaan *Oddatelier* yang berkilauan di sudutnya.

"Kalau kamu berubah pikiran," Jennie berkata dengan nada penuh keyakinan, sambil menyerahkan kartu nama itu kepada Jisoo, "kamu bisa datang ke alamat ini. Aku akan menunggumu."

Jisoo mengambil kartu itu dengan tangan gemetar, pandangannya masih terpaku pada Jennie yang kini tampak sangat berbeda dari kesan pertamanya. Jennie tersenyum lagi, sedikit lebih nakal kali ini, dan melangkah mendekat sebelum menepuk pipi Jisoo dengan lembut, membiarkan tangannya menyentuh kulitnya sedikit lebih lama dari seharusnya.

"Aku akan ke kamar mandi dulu... menyegarkan diri, kalau kamu mau mandi bersamaku, akan kutunggu di dalam" katanya sembari melepaskan tangan dari wajah Jisoo dan bergerak menuju pintu. Sebelum membuka pintu, Jennie berbalik sejenak, mendekat ke Jisoo sekali lagi, dan tanpa peringatan, ia mengecup bibirnya dengan lembut—ciuman sekilas yang cukup membuat Jisoo terkejut dan panas dingin.

"Pertimbangkan dengan baik tawaranku, Jisoo," Jennie menggoda dengan tatapan tajam, suaranya rendah dan menggoda. "Kamu terlihat seperti baru saja bermimpi, tapi percayalah, ini semua nyata."

BABY BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang