7 🫂

277 63 8
                                    

Saat mobil melaju di jalan raya, suasana dalam mobil terasa hening. Tiba-tiba, suara dering ponsel Jennie memecah kesunyian. Di layar terpampang nama "Ahyeon," anak perempuan Jennie.

Tanpa ragu, Jennie langsung mengangkat teleponnya. "Halo, sayang?" suaranya berubah lembut seketika, nada profesionalnya tergantikan dengan kehangatan seorang ibu.

"Mommy! Kamu harus cepat pulang!" suara Ahyeon terdengar ceria namun mendesak di seberang. "Aku sudah menyiapkan kejutan spesial buat Mommy dan Appa karena hari ini anniversary kalian! Aku masak sesuatu, tolong pulang ya!"

Jennie terkejut dan mencoba mencari alasan. "Oh, sayang, Mommy lagi sibuk, dan Appa pasti masih sibuk syuting juga, kan?" jawab Jennie dengan suara yang penuh pengertian, berharap Ahyeon bisa memahaminya.

Namun, Ahyeon tak mau menyerah begitu saja. "Mommy, tolong ya! Aku sudah menyiapkan semuanya. Lagi pula, Appa sudah pulang kemarin. Dia bilang udah selesai syuting," kata Ahyeon dengan nada merengek, mencoba meyakinkan Jennie.

Ucapan Ahyeon membuat Jennie terdiam sejenak, jantungnya terasa berdegup lebih cepat. Pulang kemarin? pikir Jennie, bingung. Mengapa Taehyung—V, suaminya—tidak memberi kabar sama sekali bahwa dia sudah pulang? Biasanya, meski sibuk, Taehyung selalu memberi tahu Jennie tentang kepulangannya. Sesuatu terasa ganjil, namun Jennie menyingkirkan kekhawatiran itu sejenak agar tidak terlihat di depan Ahyeon.

"Baiklah, Mommy akan pulang nanti," Jennie akhirnya mengiyakan, tidak ingin mengecewakan anaknya yang sudah berusaha keras. "Kamu hebat sekali sudah siapkan kejutan. Nanti Mommy sama Appa pasti datang."

Setelah menutup telepon, Jennie tetap memegang kemudi dengan ekspresi yang sulit terbaca, pikirannya berkecamuk. Di satu sisi, ada perasaan kecewa karena Taehyung tak mengabari tentang kepulangannya dan sikapnya yang cuej jarang mengabari, dan di sisi lain, dia harus menjaga hubungan baik dengan Jisoo—pria yang kini sudah terikat kontrak dengan dirinya.

Jisoo, yang duduk di samping, dapat merasakan perubahan suasana. "Semua baik-baik saja, Jennie?" tanyanya hati-hati.

Jennie mengangguk pelan, tetapi jelas ada sesuatu yang mengganggunya. "Ya, semuanya baik. Hanya... urusan keluarga," jawabnya singkat, lalu melanjutkan perjalanan dengan fokus kembali pada tujuan mereka: mencari apartemen untuk Jisoo.

Sesampainya di apartemen mewah di kawasan elit, Jennie segera memutuskan bahwa ini adalah tempat yang tepat. Tanpa banyak basa-basi, dia langsung mengurus pembelian unit tersebut. Apartemen itu memiliki pemandangan kota yang indah, ruang yang luas, dan tentunya, privasi yang sempurna untuk segala kebutuhan Jennie dan Jisoo.

Setelah beberapa saat berkeliling, mereka tiba di kamar utama, sebuah ruangan yang sangat luas dengan jendela besar yang memberikan pemandangan malam yang memukau. Suasana dalam kamar terasa begitu intim, dan Jisoo bisa merasakan detak jantungnya yang semakin cepat saat ia melihat Jennie tersenyum penuh arti.

Jennie, dengan tatapan yang tak dapat dibaca, mendekat ke arah Jisoo. Dia berhenti tepat di depannya, begitu dekat hingga napas hangatnya terasa di kulit Jisoo. "Di sini," bisik Jennie dengan nada yang rendah dan sensual, "di kamar ini, kita akan bercinta... tanpa ada gangguan."Kalimat itu frontal dan langsung membuat Jisoo gugup. Jantungnya berdegup kencang, dan darahnya berdesir mendengar kata-kata Jennie yang begitu menggoda. Pandangannya bertemu dengan mata Jennie, yang kini tampak lebih tajam, penuh gairah. Jennie perlahan mendekat, mengulurkan tangannya dan menyentuh dada Jisoo dengan sentuhan lembut. 

Namun, di tengah atmosfir panas yang mulai terbangun, Jennie tiba-tiba teringat telepon dari Ahyeon tadi. Janji untuk pulang karena kejutan yang sudah disiapkan anaknya tak bisa dia abaikan, meskipun godaan untuk menikmati momen bersama Jisoo begitu besar.

BABY BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang