Bab 5 : Permohonan Maaf

5 25 3
                                    

"Tuan Muda Leonard tolong maafkan saya, saya benar-benar tidak tau kalau itu adalah anda. Maafkan saya Tuan Muda, saya adalah Direktur dari Perusahaan Revolution nama saya adalah Beno Hamzan saya yang akan bekerja sama dengan perusahaan anda nanti. Saya benar-benar tidak tahu bahwa anda adalah mitra kerja saya." seru Beno menjelaskan dengan sesekali gugup di setiap ucapannya bahkan kali ini dia tengah bersujud di hadapan Leonard.

"Tolong maafkan saya Tuan Muda."

"Jika memaafkan adalah hal yang sangat mudah, lalu mengapa kamu tidak memaafkanku tadi Direktur Hamzan. Padahal aku sudah mengucapkan kata maaf padamu." kali ini Leonard benar-benar marah, raut wajahnya begitu memerah menahan emosi yang sejak tadi ia pendam.

"Maa.. maaf Tuan Muda, tolong maafkan rekanmu ini."

"Apa katamu? rekan?" Leonard menarik senyum sarkas, sembari membungkuk sedikit untuk memperhatikan penampilan Beno yang tengah bersujud di hadapannya.

"Aku bahkan tidak sudi menjadi rekanmu." ia pun kembali bangkit lalu berbalik pergi meninggalkan Beno yang mulai meringis panik dibuatnya.

"Tuan Muda tolong maafkan sayaa, Tuan Muda."

Seolah tuli, Leonard sama sekali tidak mempedulikannya ia sempat berhenti untuk melihat Kayanna yang masih berdiam diri disana.

"Segera buat laporan sekarang Andhika, manusia seperti dia harus mendapat hukuman yang berat." ucapnya sebelum benar-benar pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun pada Kayanna yang ada di dekatnya tadi.

Padahal mereka sempat saling bertatap mata cukup lama, namun Leonard sama sekali tidak mengucapkan apapun pada Kayanna. Bahkan ucapan terimakasih pun tidak, padahal ia telah membela nya lebih dulu.

"Mbak ini belanjaannya." kata pramuniaga yang sejak tadi memperhatikan pertengkaran itu, karena jiwa ingin tahu nya meronta. Pramuniaga itu pun ikut kesana sekalian beralasan pada teman kerjanya ingin memberi belanjaan milik customernya.

"Ah- terimakasih, berapa totalnya?" tanya Kayanna mengeluarkan uang dari dalam dompetnya.

"Enam ratus ribu mbak." jawabnya terdengar sopan.

"Ini, sisanya kamu ambil saja ya untuk tip." ucap Kayanna kembali, memberikan uang cash sebesar 650 untuk pramuniaga itu. Karena telah membuatnya lama menunggu.

"Loh mbak, makasih banyak untuk uang tipnya." pramuniaga itu tampak senang dengan uang pemberian dari Kayanna. Jujur baru kali ini ia mendapatkan customer sebaik itu.

"Ah iya ngomong-ngomong apa kamu kenal dia siapa?" bisik Kayanna bertanya pada gadis di sampingnya.

"Maksud mbak Tuan Muda Leonard? oh dia itu pemilik gedung dari Mall ini mbak, dan dia juga merupakan cucu kesayangan dari Keluarga Bratawijaya. Katanya ya mbak, kalau dia itu Pengusaha terkaya di dunia. saya lupa di peringkat berapa tapi dia masuk ke dalam daftar itu mbak."

"Serius?" tanya Kayanna kembali, kali ini ia sedikit terkejut mendengar penjelasan dari pramuniaga ini.

Jika memang pria itu adalah pria terkaya di dunia, untuk apa dia menbantunya tadi. Sesal Kayanna dalam hatinya.

"Serius mbak! saya berani sumpah deh, bahkan banyak banget cewe-cewe gatal yang mau jadi pacarnya. Sebenarnya saya juga mau sih kalau dia melirik saya hihi." tawanya pelan, sedangkan Kayanna hanya tersenyum saja menanggapinya.

"Permisi Nona." tegur seseorang yang datang diantara mereka, pria ini adalah Andhika yang bersama Leonard tadi.

"Iya, ada apa ya?" balas Kayanna terdengar lembut.

"Saya ingin mengucapkan terimakasih pada anda karena sempat menolong Tuan Muda tadi sebelum saya datang, ini adalah kartu nama milik saya. Anda bisa menghubungi saya untuk meminta kompensasi atas penghinaan tadi Nona." seru Andhika memberikan kartu namanya pada Kayanna.

"Ah tidak perlu seperti itu, saya membantunya karena murni ingin bantu saja." tolak Kayanna secara halus.

"Tidak perlu sungkan, anda bisa menghubungi saya kapan pun. Ini adalah perintah dari Tuan Muda saya, saya pamit undur diri." setelah mengatakan hal itu Andhika berlalu pergi dari sisinya, dan kehadiran pria bernama Beno juga sudah tidak ada disini. Mungkin ia sedang mencari seorang pengacara untuk membelanya di pengadilan, meski terdengar mustahil untuk melawan kuasa Leonard.

"Mbak beruntung banget deh bisa dapet kartu nama dari assistent pribadinya." senang pramuniaga itu melihatnya.

"Memangnya seberuntung itu?"

"Tentu dong mbak! jarang sekali mereka memberi kartu namanya ini kepada orang asing loh mbak. Apalagi Tuan Muda Leonard juga sangat tampan mungkin saja anda bisa dekat dengannya." lanjutnya dengan nada yang menggebu-gebu, tentunya mendengar hal itu membuat Kayanna tertawa kecil lalu ia menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Aku ini sudah menikah, sama sekali tidak tertarik untuk dekat dengannya. Meski dia setampan apapun bagiku hanya suamiku saja yang paling tampan, aku pamit ya terimakasih." Kayanna memberi senyuman manis sembari mendorong trollinya untuk pergi menjauh.

"Oh? iya mbak, makasih kembali." balas pramuniaga itu tak kalah sopan.

Kayanna kini sudah berada di dalam sebuah taxi online yang ia pesan untuk kembali ke rumahnya, meski Supermarket ini dekat rumahnya. Namun tetap saja perjalanan akan memakan waktu sekitar 12 menitan untuk sampai sana, apalagi Kayanna membawa begitu banyak belanjaan.

Sembari menatap jalanan perumahan yang ia lalui dari kaca jendela mobil, Kayanna sempat melamun mengingat kembali wajah dari pria bernama Leonard itu.

"Aku merasa seperti pernah melihatnya, tapi dimana ya." gumam Kayanna dalam angan lamunannya.

Tubuhnya bersandar pada kursi penumpang dengan helaan nafas yang panjang.

"Ah tidak peduli, kenapa harus malah memikirkannya. lebih baik sekarang aku pikirin mau masak apa untuk Farrel. Eh tapi.. bukankah malam ini Farrel mengajakku untuk makan malam di luar? ish kenapa aku pelupa begini." Kayanna mengeluh pelan, lalu pandangan matanya malah tertuju pada alat kecantikan yang ia beli tadi di sana.

"Haruskah aku memakai mu malam ini." batin Kayanna menatap tumpukan alat make up nya, dia merasa tidak yakin untuk memakai benda-benda itu. Tapi mencobanya sekali? gapapa kan?

Kayanna pun mulai membuka ponselnya, dia menuju ke halaman Internet untuk melihat banyak tutorial cara menggunakan make up. Selama perjalanan menuju rumahnya Kayanna menghabiskan waktunya untuk menonton hal tersebut.

Malam ini Kayanna harus tampil berbeda untuk suaminya.

**

Setelah melakukan perjelanan yang cukup memakan waktu, kini Kayanna telah sampai di rumahnya dan bersiap mandi lalu merias diri untuk menyambut kedatangan suaminya nanti, sekarang waktu telah menunjukan pukul lima sore. Dan mungkin sekarang Farrel dalam perjalanan pulang, jadi ia ingin segera bersiap-siap lebih dulu.

Sebelum masuk ke ruangan kamarnya, Kayanna sempat merapihkan barang belanjaan nya yang telah ia beli tadi siang.

Kedua tangan Kayanna membuka isi kulkasnya sembari memasukan beberapa sayuran dan buah-buahan segar disana.

"Sepertinya besok aku akan membuat salad buah untuk Farrel, sudah lama juga aku gak bawain dia bekal makan siang. Lagi pula hanya membuat salad buah tidak akan membuatku kelelahan." kata Kayanna pada dirinya sendiri.

Memang benar biasanya Kayanna suka membawakan Farrel bekal, namun sejak beberapa bulan lalu Farrel berkomentar bahwa dia tidak mau membuat Kayanna kerepotan hanya demi membawakannya bekal makan siang. Jadi Kayanna memutuskan untuk tidak membuatnya lagi karena rasa khawatir Farrel yang berlebihan padanya.

Padahal Farrel melakukan itu bukan karena khawatir, melainkan ia capek karena terus harus membuang bekalnya di tong sampah lalu ia akan pergi makan siang bersama kekasihnya Lunna. Oleh sebab itu Farrel memberikan alasan klasik seperti itu kepada Kayanna.

Bersambung.

#Vote&Comment
#Thankyou!

Cinta Yang PalsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang