Bab 3 : Rapat Yang Tertunda

5 25 2
                                    

Farrel melangkah masuk ke dalam Perusahaannya usai mengantar Lunna ke tempat kerjanya yang berada tak jauh dari kantornya.

Ya, tempat mereka kerja memang berdekatan hanya sekitar 10 menitan saja untuk sampai sini dan kantor Lunna berkerja merupakan anak perusahaan dari Ayah Farrel dan yang memegang saham di sana adalah Ibunya Farrel yaitu Nyonya Rani Mahendra.

"Kenapa baru datang." tegur sang Ayah yang tiba-tiba berada di belakang tubuhnya.

"Oh? Ayah, mengejutkanku saja." Farrel tersenyum kikuk. Lalu ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

"Farrel kamu ini sudah dewasa, dan tidak seharusnya seorang Direktur datang begitu siang begini." Mahendra tampak tidak suka dengan kelakuan putranya. Jam sudah menunjukkan pukul 8.25 yang berarti pria itu sudah terlambat hampir setengah jam.

"Maaf Ayah, tadi Farrel terjebak macet." jelasnya yang beralasan sembari merapihkan kerah kemejanya yang sedikit berantakan. Karena ulah dari sang kekasih yang begitu ganas saat berhubungan dengannya.

"Ayah tidak mau tahu alasan apapun lagi, mulai besok jika kamu terlambat lagi. Ayah akan memberi hukuman sebagai gantinya." ancam Tuan Mahendra pada sang putra yang hanya mengangguk patuh.

Lalu kini keduanya pun memasuki ruang rapat yang sudah di undur selama kurang dari setengah jam, semua itu Mahendra lakukan demi menunggu anaknya yang baru saja datang.

"Selamat pagi Pak Mahendra dan Pak Direktur." ucap seluruh karyawan ketika melihat datangnya dua pria yang sangat di hormati itu.

"Pagi semuanya, kita mulai rapatnya sekarang." balas Farrel. Sedangkan sang Ayah hanya diam dan berlalu menuju kursi kebesarannya.

Sontak lampu di ruangan itu pun meredup, tergantikan oleh cahaya dari sebuah proyektor yang menampilkan gambaran analisis saham yang sedang naik berkembang pesat.

"Ini adalah data saham kita yang terus berkembang pesat selama setahun terakhir, bisa di liat oleh salah satu grafik yang ada disini bahwa tahun ini Perusahaan sangat maju dalam bidang teknologi arsitektur." jelas Farrel yang lebih dulu membuka suara.

"Namun kita tidak bisa terlalu bangga dengan hal itu, karena masih ada beberapa grafik disini yang memiliki penurunan. Salah satunya ada di Kota Bandung, sepertinya minat soal pembangunan sedikit kurang disana. Lebih baik kita alihkan cara lain untuk menarik perhatian para pengusaha disana." lanjut Farrel sembari membalik lembaran demi lembaran berkas yang ia bawa.

"Benar yang di katakan oleh Direktur Utama, kita akan mengalihkan cara lain untuk menarik perhatian para pengusaha disana. Dan aku mendapat kabar bahwa Keluarga Bratawijaya akan membangun sebuah hotel di kota itu. Apakah dari kalian ada yang bisa ajukan diri untuk menemuinya di luar kota?" seru Mahendra setelah mendengar penjelasan dari sang putra.

"Saya Pak Mahendra." kata salah satu pria disana yang mengajukan diri. "Saya Reyhan tim bagian marketing dari Perusahaan ini, dan saya akan mengajukan diri untuk menemui Perusahaan dari Keluarga Bratawijaya."

Mahendra dan Farrel saling menatap satu sama lain, lalu tak lama dari itu Tuan Mahendra pun mengangguk setuju atas ajuan diri dari Reyhan yang merupakan salah satu Tim Marketing dari perusahaannya.

"Tapi aku dengar cucu dari Keluarga Bratawijaya memiliki sifat yang agak keras dan pemilih, dia lah yang mewariskan saham perusahaan keluarganya. Karena dia sulit di hadapi maka Pak Direktur Utama akan menemani mu."

"Apa? Aku? kenapa harus aku Ayah?" bisik Farrel seperti tak terima.

"Ini untuk masa depan perusahaan, dan kau adalah Direktur Utamanya. Pergilah dinas keluar kota bersama istrimu." balas Mahendra tak kalah berbisik.

Kini Farrel tau apa yang di maksud oleh Ayahnya, dia melakukan hal seperti ini pasti agar Farrel dan Kayanna pergi berbulan madu bersama keluar kota.

Padahal sudah sangat jelas kalau ia tidak tertarik dengan hal itu, apalagi bersama istri buruk rupanya itu.

Namun Farrel tidak lagi mengelak sekarang, apalagi dalam keadaan rapat begini. Bisa-bisa sang Ayah akan murka dan membentaknya di depan semua orang.

Di tempat berbeda, Kayanna terlihat sedang memasuki sebuah Supermarket besar yang terletak tak jauh dari rumahnya. Ia tampak terlihat sedang memilih beberapa sayuran segar yang tertata rapih di bagian display.

Kayanna memang sangat senang berbelanja kebutuhan masak seperti ini, dia akan menyimpan beberapa bahan masaknya ke dalam kulkas atau lemari dapurnya. Sehingga jika dia sedang membutuhkannya, dia hanya tinggal memasaknya saja tanpa perlu repot-repot pergi keluar lagi.

Hanya saja, selama dia memasuki tempat ini ada banyak sekali mata memandang yang tertuju ke arahnya. Mungkin karena ia memakai baju yang sangat sederhana jadi ia terlihat seperti seseorang yang tidak mampu belanja di Supermarket besar ini. Namun ia tidak memusingkan soal itu, Kayanna tetap mendorong bagian trolli nya untuk mengitari luasnya Supermarket tersebut.

Sedang sibuk memilih beberapa bumbu dapur tiba-tiba saja ponsel miliknya berdering.

Dddrtt! Dddrrtt!

Kayanna pun meraih saku jaket miliknya, lalu ia melihat nama tertera yang berada di ponselnya itu. Dengan helaan nafas yang berat Kayanna mengangkat panggilan itu.

"Hallo Tante Mariam."

"Kayanna kamu dimana."

"Aku sedang berbelanja kebutuhan untuk di rumah Tante, ada apa menelepon?"

"Akhir pekan ini Keluarga Andriansyah akan mengadakan pesta perusahaan baru yang telah di dirikan oleh Paman mu, jangan lupa kamu datang ya Kayanna. Pastikan dengan membawa suami-mu, awas kalau kamu tidak membawanya. Aku akan melarangmu untuk masuk." ucapnya terdengar ketus.

"Baik kami akan datang."

"Bagus lah kalau begitu."

Tuttt! Tuutt!

Sambungan telepon pun terputus secara sepihak dan tentu saja yang memutuskan sambungan itu tak lain adalah Mariam, Tantenya sendiri.

Mengingat bagaimana Tantenya bicara dia tidak boleh datang kalau tidak bersama Farrel membuat Kayanna kembali menghela panjang.

Sungguh dia tidak mengerti mengapa keluarganya sangat membencinya selama ini, padahal ia tidak pernah berbuat jahat pada mereka semua. Hanya Kakek Andriansyah dan Paman Roy saja yang selalu baik padanya.

Sisanya, mereka hanya mengucilkan Kayanna dari keluarga itu.

"Permisi mbak, mau coba lipstick terbaru kami?" sapa seorang pramuniaga di dekat Kayanna. Sontak menyadarkan gadis itu dari lamunannya.

Kayanna pun memandang sekilas ke arah display kosmetik, disana ada berbagai macam alat make up. Ada blush on, eyeshadow, mascara dan berbagai macam lainnya. Namun Kayanna tidak pernah mengerti cara memakai itu semua, karena selama hidupnya ini dia tak pernah sedikit pun memoleskan wajahnya dengan alat-alat itu. Kayanna memiliki wajah cantik yang original dengan kulit putih susunya, tetapi pakaian dia terlalu kuno sehingga orang selalu memandangnya sebelah mata apalagi dengan kacamata yang selalu bertengger di pangkal hidungnya.

"Silahkan untuk mencobanya lebih dulu mbak." sapa nya kembali.

Bersambung.

#Vote&Comment
#Thankyou!

Cinta Yang PalsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang