06. SAKIT

1K 149 6
                                    


Merasa bosan karena sudah menunggu setengah jam Lisa belum juga turun ke bawah untuk makan malam, Jennie lalu memanggilnya, "hei anaknya bibi Dara!" Teriak Jennie.

Tidak ada sahutan dari Lisa.

"Dia sedang apa sih? Mandi atau menenggelamkan diri? Terserahlah, apa peduliku?" Gumam Jennie kembali fokus ke bukunya sambil menikmati makanannya tanpa menunggu Lisa, dia sudah lapar duluan.

Bruk..

Jennie terjingkat kaget, "suara apa itu? Apa lagi yang sedang dia lakukan? Apa darah tingginya kumat lagi? Hei anaknya bibi Dara apa yang sedang kau lakukan?!" Teriak Jennie.

Dan lagi-lagi tidak ada sahutan dari Lisa.

Takut-takut Jennie menoleh ke belakang, lampu masih menyala terang tapi senyap dan hanya suara jarum jam yang mengiringi, "dia sebenarnya sedang apa sih? Aku jadi takut," Jennie putuskan untuk naik ke atas, melihat Lisa.

Tapi baru beberapa langkah Jennie ingin menghampiri Lisa karena takut sendirian di bawah, tak lama Lisa turun sambil mengusap-usap punggungnya, "apa kau tahu dimana ibuku menyimpan minyak urut?" Tanyanya dengan wajah menahan sakit.

Jennie langsung bernapas lega, "memang kau ingin mengurut apa?" Jennie bertanya.

"Kenapa kau harus tahu? Berikan saja jika tahu tempatnya," kata Lisa.

Jennie memincingkan matanya, "tidak kau buat untuk mengurut-"

"Apa yang kau pikirkan? Punggungku sakit karena jatuh di kamar mandi tadi jadi aku butuh minyak urut," potong Lisa dengan tak sabaran, dia sedang menahan sakit dan Jennie malah banyak bertanya.

Jennie langsung tertawa ternyata suara tadi itu diakibatkan oleh Lisa, ia lalu mengambilkan minyak urut untuk Lisa, "ini, kau mau ku bantu?" Tawarnya serius.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri!" Lisa menerimanya lalu kembali ke kamarnya dilantai atas.

Jennie hanya menatap punggung Lisa lalu kembali duduk dan melanjutkan makannya, sesekali melirik jam yang menunjukkan pukul sepuluh malam. Membereskan dapur dan meja makan tak lupa juga menyiapkan makanan untuk ia bawa ke Lisa.

"Aku mengantuk sekali." Jennie menguap dengan tangan sibuk menata makanan diatas piring. Lalu ia bawa nampan berserta isinya berjalan menuju kamar Lisa.

"Buka pintunya!" sewot Jennie karena tidak bisa membuka pintunya lantaran kedua tangannya membawa nampan.

Ceklek!

"Ada apa? Ini sudah malam jangan mengajakku berdebat."

"Aku hanya ingin memberikan ini, makanlah!" Jennie memberikan nampan pada Lisa.

"Ya!" Sahut Lisa tak niat.

"Punggungmu bagaimana?" Tanya Jennie peduli.

"Ti-"

Bruk..

Suara itu terdengar lagi, membuat Jennie dan Lisa kompak mematung saling tatap. "Suara apa lagi itu? Apa kita sedang di teror?"

"Di teror apanya? Cepat lihat ke bawah, takutnya itu pencuri," Lisa malah menyuruh Jennie ke bawah.

"Kenapa kau menyuruhku? Kenapa tidak kau saja sendiri?"

"Apa kau tidak mengerti punggungku sedang sakit, ya sudah begini saja kau jalan duluan, aku akan melindungimu dibelakang," kata Lisa beralasan.

Jennie melongo, lalu terlintas sesuatu, "baiklah, tapi aku akan bilang pada Greysa kalau Daddynya itu seorang penakut, melawan pencuri saja tidak berani," ancam Jennie membawa nama Greysa.

THRILL - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang