09. HOTEL

934 131 13
                                    

"Sepertinya otakmu bukan hanya geser tapi memang sudah hilang, kau pikir pernikahan itu sebuah permainan?"

Mendengar Jennie yang tiba-tiba mau menerima pernikahan yang diatur Dara, Lisa langsung menyimpulkan jika ini ada hubungannya dengan kekasih Jennie yang sudah berselingkuh itu.

Tentu saja Lisa tidak mau, sama saja itu akan menghancurkan kehidupannya dan Jennie sendiri bukan?

"Kau menolak ku? Ya ampun aku ini kurang apa? Aku cantik kok." Dengan percaya diri Jennie berpose centil didepan Lisa.

Lisa ingin tertawa melihatnya, tapi tak ingin langsung percaya jadi dia putuskan untuk melihat Jennie dengan lebih cermat lagi, anggap saja ini seleksi menjadi calon istrinya.

"Tidak ada yang kurang tapi ada satu sih."

Jennie menyeritkan dahinya penasaran, "apa?"

"Kurang sajen," celetuk Lisa.

Jennie mencibir sebal.

"Kau tahu menjadi istri bukan hanya sekedar kau berpindah status lalu kau bisa sesuka hatimu seperti saat kau masih sendiri, tapi kau akan memiliki kewajiban yang menurutku kau tidak akan sanggup memenuhinya." Lisa melipat kedua tangannya di dada bermaksud menakuti Jennie.

Jennie otomatis langsung memincingkan matanya, "kewajiban apa? Aku pasti sanggup kok." Dengan yakin Jennie berbicara.

Lisa melongo, "kau memang gadis tidak waras! Berkaca lah!" Setelah itu Lisa pergi untuk mengejar Greysa.

Jennie menatap Lisa dengan mata berkedip dua kali, "dia kenapa, aku tidak mengerti. Kenapa juga aku harus berkaca, memang ada apa dengan wajahku?" Jennie mengeluarkan ponselnya untuk berkaca, "tidak ada yang aneh!"

.

.

.

Jennie sebetulnya masih sedih karena terbukti jika kekasih yang selama ini dia puja ternyata berselingkuh dibelakangnya, dia yang Jennie anggap pria baik ternyata sama saja dengan ayahnya.

"Apa aku ini memang ditakdirkan untuk tidak selalu beruntung? Memiliki ayah tapi tidak dengan perannya, memiliki ibu tapi sudah tiada, lalu.."

Duduk seorang diri di tempat yang Greysa pilih untuk mereka menikmati makan siang hari ini. Ada Greysa sih tapi putri Lalisa Manoban itu sibuk memotret pemandangan yang menakjubkan di tempat ini, sedangkan Lisa sedang pergi memesan makanan untuk mereka.

"Aku jadi pergi tidak ya nanti? Tapi aku tidak mau terus merepotkan mereka, apa aku cari kost disekitaran kampus baruku saja ya," Jennie akhirnya memutuskan mencari tempat tinggal baru.

"Memang kau mau pergi kemana? Bukankah kita akan menikah?" Ujar Lisa yang entah kapan sudah ada di belakangnya sembari membawa makanan yang tadi mereka pesan.

Jennie menoleh, "apa kepalamu habis terbentur sesuatu?"

"Bisakah kali ini kita serius?"

"Kau menyuruhku serius bagaimana? Pertanyaan mu saja tidak waras."

"Sisi tidak warasnya dimana? Berhenti dulu mengajakku berdebat, ada yang ingin ku bahas!" Lisa menarik kursi dan duduk di sebelah Jennie.

Dari wajahnya sih Lisa memang tampak serius, jadi Jennie siap mendengarkan.

"Apa kau ingin menginap di hotel bersamaku?" Tanya Lisa membuat pikiran Jennie kembali pada kejadian pagi tadi.

Menganga lah Jennie mulut terbuka lebar. "Oh ya ampun! Kau benar-benar.. aku lupa lagi memberitahu bibi Dara jika anaknya ini memang sudah hilang akal!" Jennie langsung menjauhkan diri dari Lisa.

THRILL - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang