14. LAGI

971 127 8
                                    

Lisa baru selesai mandi dan berpakaian ketika memutuskan naik ke atas ranjang hanya demi mengamati wajah terlelap Jennie yang polos.

Lisa membuka ponsel, dimana wallpaper ponselnya masih foto Miyeon, mendiang istrinya. Lisa tersenyum tipis entah apa alasan senyum itu tiba-tiba muncul.

"Apa kau akan marah padaku sayang? Tapi Miyeon, aku akan tetap mencintaimu. Untuk Jennie, dia bukan penggantimu, seperti janjiku dahulu kau tidak akan pernah tergantikan. Kau dan Jennie memiliki tempat tersendiri di hatiku."

Lantas Lisa mengecup kening Jennie lalu Greysa secara bergantian membuat Jennie melenguh pelan sambil berusaha membuka matanya yang masih terasa berat.

Saat sudah terbuka, matanya langsung melihat Lisa yang tengah menatapnya. Jennie lalu menyipitkan matanya dan bangkit menjadi duduk.

Tubuh mungilnya masih terbungkus selimut tebal. Tapi Jennie merasakan sesuatu, rasanya ada yang aneh maksudnya dibawah sana, selangkangannya sedikit sakit.

Dan pada saat ia menggerakkan kakinya untuk turun dari ranjang, tiba-tiba ngilu dan rasa perih menghantam daerah selangkangannya.

"Shh.." ringis Jennie.

"Kau ingin kemana? Biar aku gendong," ujar Lisa peduli tak peduli. Tapi peduli.

Jennie terdiam. Tiba-tiba teringat akan kejadian semalam yang menggairahkan.

"A-ahh.. Jenniehh.."

Jennie menerjapkan matanya beberapa kali sembari meremas perutnya. Desahan berat seksi Lisa berputar berdengung di telinga. Jika diingat-ingat lagi Jennie jadi malu.

"Aku nanti ada kelas ini jalannya gimana?" Jennie bertanya.

Masih tak percaya dia menyerahkan tubuhnya pada Lisa yang menyebalkan dan selalu membuatnya kesal juga membatin setiap hari.

"Ya dengan kaki, tidak mungkin kau bisa terbang. Tapi jika kau memiliki sayap ya tidak apa-apa."

"Kau benar-benar menyebalkan, seharusnya yang tidak peka itu kau."

"Ya sudah tenanglah sayang ini baru jam enam pagi, akan aku pesankan obat pereda nyeri nanti tapi memangnya kelasmu dimulai jam berapa?"

"Delapan."

"Lalu kenapa kau paniknya sekarang? Lebih baik kita sarapan pagi dulu, akan aku pesan-"

"Aku saja," Jennie lalu duduk bersandar di sofa dengan cara mengangkang membuat Lisa melongo.

Lisa menggeleng kemudian duduk di sebelah Jennie sambil menatapnya sambil menahan senyum karena dibalik bathrobe itu tubuh Jennie sudah dipenuhi tanda-tanda merah yang memenuhi leher, perut serta dadanya. Karena semalam, sedari ujung kaki sampai kepala telah Lisa cecap habis.

"Kau mau makan apa?" Tanya Jennie.

"Samakan saja." Jawab Lisa.

"Apa kau tidak memiliki pilihan sendiri?"

"Memang apa saja pilihannya?" Tanya Lisa sambil memejamkan matanya. Masih mengantuk.

"Kelamaan kita samakan saja, untuk Greysa aku tahu makanan kesukaannya."

"Kau memang aneh ya!" Sepertinya Lisa tidak bisa jika tidak emosi setiap kali berbicara dengan Jennie.

Dan tiba-tiba pertanyaan aneh yang cukup mengganggu pikirannya muncul di benak Lisa, "bagaimana kau bisa masih perawan dijaman yang merajalela ini?" Tanyanya.

"Maksudnya? Tolong ya jika bertanya itu yang masuk akal sedikit. Apa menjadi perawan itu sebuah aib?"

"Tidak tapi maksudku begini, kau berpacaran dengan kekasih abal-abalanmu itu selama dua tahun, yang kalau dinalar itu tidak mungkin kalian berpacaran secara sehat. Lantas bagaimana bisa kau masih perawan?" Lisa penasaran.

THRILL - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang