Kemala bangun, inginnya menarik tangan Prabu lagi, tetapi bagaimana jika terjatuh seperti barusan?
Prabu pun tersenyum, "Tidurlah. Aku tidak akan mengganggumu. Lagi pula ..." Prabu memejamkan mata sambil menyamankan kembali diri, "kalau kamu berteriak dan orang-orang menemukan kita di sini, akan banyak pertanyaan, kan? Damar akan tahu dan penyamaran kita sia-sia. Aku akan pergi sebelum kamu bangun. Tenang saja."
Kemala membuang napas kasar dan pergi ke ranjangnya. Langsung naik dan berbaring, "Akh!"
Prabu membuka mata, meski begitu ia tak sampai bangun, untuk menoleh pun seperti canggung.
"Karena ... hanya kamu yang di sini ... tolonglah aku." Kemala menurunkan nada bicaranya.
Barulah Prabu bangun untuk melihat Kemala.
"Aku ... tidak bisa tidur kalau sanggulnya tidak dilepas." Kemala menunduk malu.
Prabu turun untuk mendekati Kemala dan mulai melepas penjepit di sanggul yang dikenakan Kemala, "Kenapa kau memakai sanggul serumit ini tadi?"
"Mbok Jum tadinya mau ikut, tetapi emak menyuruhnya melakukan sesuatu, sanggulnya sudah jadi, tidak mungkin 'kan aku menggantinya." Kemala tahu Prabu tidak mungkin pernah melakukan apa yang malam ini terjadi, tetapi tangan itu sangat lembut, tak ada sedikit pun yang tertarik dari rambutnya, seolah Prabu sedang mencabut dengan hati-hati.
"Kalau aku tidak tidur sini, siapa yang akan melepasnya? Apa lek Tejo?"
"Mungkin iya." Kemala mengerucutkan bibir.
"Basuh dulu wajahmu, baru tidur, kamu tidak mau besok pagi wajahmu merah-merah, kan?" Prabu meletakkan penjepit terakhir bersama dengan sanggul di nakas dan kembali ke kursinya tadi.
Kemala tak menjawab perintah itu, tetapi dia pergi ke kamar mandi untuk melakukan apa yang Prabu katakan, setelah tubuhnya segar, dia berbaring di ranjang sambil merasakan kasur yang nyaman hampir seperti di rumahnya sendiri.
***
Prabu bangun saat beberapa orang terdengar cukup sibuk di luar. Melihat Kemala masih terlelap, Prabu memutuskan untuk mendekat, menatap wajah itu lebih dekat, dan tersenyum melihat Kemala yang pulas.
Tak mengatakan apa pun, Prabu segera menyiapkan diri, dan pergi. Banyak pekerjaan yang harus diurus, di luar saja Galuh juga sudah bergabung ternyata, dan Prabu hanya menjalankan tugasnya tanpa menoleh ke pekerjaan lain yang bukan miliknya.
"Kamu tidur di sini?" Galuh mendekat dan memberi Prabu kopi.
Prabu menerimanya, "Ya. Kalau pulang jauh, kan? Aku akan terlambat datang." Menikmati kopi yang lumayan bisa menghangatkan tubuh.
"Di mana? Aku tidak melihatmu di mes?" Galuh juga tidur di mes semalam.
"Apa itu penting?" Prabu meninggalkan gelas yang hanya berkurang seteguk dan menjauhi Galuh.
Galuh tersenyum melihat gelas kopi yang ditinggal Prabu, "Aku tidak tahu ada apa denganmu, Prabu."
Sedangkan Kemala ... baru saja bangun saat pintu kamar diketuk seseorang yang ternyata Tejo, "Lek." Tersenyum sambil membukakan pintu dan membiarkan Tejo masuk, "Apa kita pulang sekarang? Aku mandi dulu."
Tejo tersenyum, "Tidak, Nduk ayu. Setelah ini kita sarapan, baru pulang, aden Prabu sudah keluar?"
Kemala mengerutkan kening, "Lek Tejo, tahu kalau Prabu tidur sini?"
Tejo malah terkekeh, "Nyai Sudira mengatakannya kemarin sebelum berangkat. Saya tunggu di luar, Nduk ayu. Kita sarapan dan pulang setelah ini." Tejo pun keluar dan menutup pintu kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Katakan Mantan
RomanceAku bertemu lagi dengannya, dengan dia yang pernah kucinta, tetapi ada seseorang yang harus kujaga hatinya tengah berdiri di sampingku. "Bukankah kamu berjanji untuk tetap menemaniku? Menyembuhkan lukaku dan menghilangkan rasa trauma yang kualami?" ...