Keesokan paginya, udara Pulau Tiru terasa sejuk dan segar, meski perasaan gelisah dari malam sebelumnya masih terasa menggelayuti kelompok itu. Matahari baru saja terbit, sinarnya menyapu penginapan dengan lembut, tetapi suasana di dalam masih tetap tegang. Mereka berkumpul di ruang makan untuk sarapan, mencoba menyusun rencana sebelum kembali ke bukit.
Pak Joko, pemilik penginapan yang juga penduduk asli pulau, menghampiri mereka dengan senyuman hangat di wajahnya, membawa sepoci teh hangat. "Selamat pagi, semuanya. Bagaimana tidurnya? Kalian terlihat sedikit tegang," katanya, menatap mereka satu per satu.
Rina yang pertama kali menjawab, dengan nada yang sedikit canggung. "Pagi, Pak Joko. Kami... ya, kami agak gelisah dengan penemuan di bukit kemarin. Ada hal-hal aneh yang kami temui."
Pak Joko, yang tampak penasaran, duduk di kursi kosong di sebelah Alex. "Hal aneh? Maksud kalian tentang reruntuhan di sana? Pulau ini memang penuh cerita lama. Banyak yang bilang tempat itu bukan sembarang bukit."
Maya meneguk teh dan bertanya dengan hati-hati, "Apa Bapak tahu lebih banyak tentang tempat itu? Kami menemukan gua tersembunyi dengan ukiran-ukiran aneh di dalamnya. Simbol-simbol yang sepertinya berasal dari masa lalu, mungkin bagian dari peradaban kuno."
Pak Joko tersenyum tipis, seperti sedang memilih kata-kata yang tepat. "Tempat itu... ya, orang-orang tua di sini sering berbicara tentang bukit itu, meski tidak banyak yang mau pergi ke sana. Mereka bilang, itu bukan hanya reruntuhan biasa. Ada cerita lama tentang gua-gua yang tidak boleh dibuka."
Dito, yang sedari tadi mendengarkan dengan penuh rasa ingin tahu, langsung menegakkan tubuhnya. "Kenapa tidak boleh, Pak? Apakah ada larangan atau mitos yang melarang?"
Pak Joko menghela napas panjang, lalu menatap Dito dengan serius. "Orang-orang di sini percaya bahwa bukit itu dulunya adalah tempat yang disucikan oleh leluhur. Gua yang kalian temukan mungkin bagian dari upacara kuno, atau tempat peristirahatan jiwa-jiwa yang tidak tenang. Mereka mengatakan, jika ada yang membangunkan 'penghuni' tempat itu, sesuatu yang buruk bisa terjadi."
Kata-kata Pak Joko membuat suasana di meja sarapan seketika berubah tegang. Rina, yang sejak awal sudah khawatir, tampak semakin resah. "Itu yang aku takutkan. Kita mungkin sudah membangunkan sesuatu di sana."
Namun, Alex mencoba menenangkan suasana dengan nada rasional. "Cerita rakyat selalu penuh dengan simbolisme dan peringatan. Aku tidak meragukan apa yang dipercayai oleh penduduk, tapi kita juga harus berpikir secara ilmiah. Tempat itu mungkin memiliki nilai sejarah yang luar biasa, dan kita harus mengeksplorasinya dengan hati-hati."
Pak Joko menatap Alex dengan mata yang penuh kebijaksanaan, namun tetap serius. "Ilmu pengetahuan penting, Nak. Tapi di sini, di pulau ini, ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan logika. Saya tidak bermaksud menakut-nakuti, hanya mengingatkan agar kalian berhati-hati."
Maya menoleh pada Alex. "Kita bisa tetap melakukan penelitian, tapi mungkin kita harus mengikuti kata-kata Pak Joko. Lebih baik waspada daripada menyesal nantinya."
Pak Joko berdiri dan tersenyum tipis. "Kalian anak-anak muda yang cerdas. Saya yakin kalian akan mengambil keputusan yang bijak. Jika kalian butuh apa-apa, saya ada di sini."
Setelah Pak Joko meninggalkan mereka, suasana di meja makan kembali hening. Alex menatap piringnya, tampak berpikir keras. "Aku rasa kita memang harus lebih berhati-hati. Mungkin kita perlu membawa beberapa perlengkapan tambahan. Tali, lampu, dan mungkin peta detail dari area gua. Kita tidak tahu seberapa besar gua itu."
Dito mengangguk. "Aku setuju. Dan jika kita menemukan lebih banyak simbol, kita bisa mencoba menghubungkannya dengan data sejarah yang ada."
Rina tetap diam, jelas masih memikirkan peringatan Pak Joko. "Aku tetap merasa tidak nyaman dengan semua ini, tapi jika kita melanjutkan, kita harus sangat siap."
Maya, yang tampaknya mulai tertarik lagi pada penemuan mereka, berkata, "Bagaimana jika kita mencoba menganalisis simbol yang sudah kita dapatkan lebih dalam? Mungkin malam ini sebelum kita tidur, kita bisa memeriksa lebih lanjut. Siapa tahu ada pola atau petunjuk yang bisa menjelaskan sesuatu."
Alex menyetujui rencana itu. "Baik, kita lakukan itu nanti malam. Tapi untuk sekarang, kita fokus pada persiapan untuk kembali ke bukit."
Saat mereka bersiap untuk meninggalkan ruang makan, terdengar suara angin kencang dari luar, jendela penginapan bergetar sedikit. Suara itu membuat semua orang di ruangan terdiam sejenak, terutama karena suara tersebut mengingatkan mereka akan sesuatu-suara langkah yang samar di gua kemarin. Suasana mendadak menjadi tegang kembali.
Dito menatap keluar jendela dengan mata waspada. "Angin kencang, ya? Atau...?"
Namun, tak ada yang berani menyelesaikan kalimat itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/376826195-288-k709829.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PETUALANGAN DI PULAU TERPENCIL
AdventureSaat merencanakan liburan santai di sebuah pulau terpencil, Alex dan teman-temannya tidak menyangka bahwa mereka akan terjebak dalam sebuah misteri kuno yang telah lama terlupakan. Penemuan tidak sengaja memicu serangkaian peristiwa yang mengungkap...