Langkah kaki mereka bergema dalam kegelapan tangga batu yang curam. Setiap langkah membawa mereka lebih dalam ke bawah tanah, dan cahaya biru dari bola kristal di tangan Alex tampak semakin redup dibandingkan dengan cahaya yang sebelumnya mengisi ruangan. Kegelapan menjadi semakin pekat dan menekan, menciptakan suasana yang semakin menegangkan.
“Ini tidak pernah berakhir, bukan?” gumam Rina, suaranya penuh kelelahan.
“Kita harus terus maju,” kata Alex, berusaha menjaga semangat tim tetap tinggi. “Jika bola kristal ini menunjukkan jalan, berarti ada sesuatu yang penting di sini.”
Setelah beberapa menit turun, mereka mencapai dasar tangga dan tiba di sebuah ruangan besar yang mirip dengan ruangan di atas, tetapi kali ini, dindingnya dipenuhi dengan ukiran yang lebih rumit dan penuh warna. Di tengah ruangan, mereka melihat sebuah struktur seperti kuil yang menjulang tinggi, dikelilingi oleh berbagai simbol dan artefak kuno.
“Lihat itu,” ujar Maya, menunjuk ke arah struktur kuil yang tampak seolah-olah terbuat dari batu hitam yang berkilauan di bawah cahaya bola kristal. “Kita mungkin telah menemukan pusat dari segala sesuatu di pulau ini.”
Dito melangkah maju, matanya tajam meneliti ukiran di dinding. “Apa semua ini?” tanyanya. “Tampaknya ada banyak simbol yang belum pernah kita lihat sebelumnya.”
Alex mendekati struktur kuil dengan hati-hati. Ukiran-ukiran itu menggambarkan berbagai adegan yang menunjukkan peradaban kuno, dengan orang-orang yang memegang bola kristal dan melakukan ritual. Beberapa ukiran menunjukkan adegan yang tampak seperti pertempuran melawan makhluk besar, mirip dengan sosok yang mereka hadapi sebelumnya.
“Mungkin ini adalah tempat di mana semua misteri ini bermula,” kata Maya, matanya masih mengikuti pola ukiran. “Ini mungkin tempat yang sama di mana bola kristal pertama kali ditemukan dan digunakan.”
Di sudut ruangan, mereka menemukan sebuah meja batu dengan beberapa gulungan tua dan artefak. Maya dengan cepat mengamati gulungan-gulungan itu, membuka satu demi satu dengan penuh hati-hati.
“Ini tulisan kuno,” ujar Maya, membaca dengan susah payah. “Mereka mencatat tentang kekuatan bola kristal dan bagaimana mengendalikannya. Ada juga catatan tentang bagaimana menjaga agar kekuatan itu tidak jatuh ke tangan yang salah.”
“Apakah ada sesuatu yang bisa membantu kita di sini?” tanya Alex, mendekat untuk melihat lebih jelas.
“Ya,” jawab Maya, “beberapa catatan menjelaskan bahwa bola kristal dapat digunakan untuk mengendalikan energi dan membuka portal ke dimensi lain. Tapi, tampaknya ada peringatan bahwa menggunakan kekuatan ini secara sembarangan bisa memicu bencana besar.”
“Portal ke dimensi lain?” tanya Dito, matanya melebar. “Jadi ini bukan hanya tentang harta karun, tapi mungkin sesuatu yang lebih besar dan lebih berbahaya.”
Saat mereka membahas informasi baru ini, sebuah suara lembut namun menakutkan terdengar dari arah kuil. “Kalian tidak seharusnya ada di sini.”
Mereka semua menoleh ke arah suara itu. Berdiri di depan mereka adalah sosok berjubah dengan wajah tersembunyi di balik penutup kepala. Sosok ini tampak mengambang di udara, seolah tidak menyentuh tanah.
“Siapa kamu?” tanya Alex, bersiap menghadapi kemungkinan bahaya.
“Saya penjaga rahasia ini,” kata sosok itu dengan suara yang dalam dan memerintah. “Selama berabad-abad, aku menjaga agar kekuatan bola kristal ini tidak disalahgunakan. Kalian telah mengganggu keseimbangan yang rapuh.”
“Tidak, kami hanya ingin memahami rahasia pulau ini,” Maya berusaha menjelaskan. “Kami tidak berniat untuk merusak atau menyalahgunakan apa pun.”
“Bagaimana aku bisa percaya pada kata-kata kalian?” sosok itu bertanya, suara dinginnya mengisi ruangan. “Kalian telah mengambil bola kristal tanpa memahami konsekuensinya. Sekarang, kalian harus membuktikan bahwa kalian layak untuk mengetahui rahasia yang lebih dalam.”
Sosok itu melayang mendekat, dan tiba-tiba, bola kristal di tangan Alex mulai bergetar hebat. Cahaya biru itu menyebar ke seluruh ruangan, menciptakan pola-pola misterius di dinding dan lantai. Suara gemuruh kembali terdengar, kali ini lebih keras dan lebih menakutkan.
“Ini adalah ujian,” kata sosok berjubah. “Jika kalian ingin melanjutkan perjalanan ini, kalian harus menghadapi ujian ini dan membuktikan bahwa kalian benar-benar berniat baik.”
Ketika bola kristal itu semakin terang, sebuah gerbang kuno muncul di sisi ruangan, memancarkan cahaya yang menarik perhatian mereka. Di atas gerbang tersebut, terdapat tulisan kuno yang mirip dengan yang ada di gulungan, menunjukkan bahwa gerbang itu adalah pintu masuk ke rahasia lebih dalam yang mungkin terhubung dengan kekuatan bola kristal.
“Kita tidak punya pilihan lain,” kata Alex, matanya penuh tekad. “Kita harus melewati gerbang itu dan menyelesaikan ujian ini.”
“Baiklah,” kata Maya dengan suara penuh keyakinan. “Kita harus membuktikan bahwa kita layak.”
KAMU SEDANG MEMBACA
PETUALANGAN DI PULAU TERPENCIL
MaceraSaat merencanakan liburan santai di sebuah pulau terpencil, Alex dan teman-temannya tidak menyangka bahwa mereka akan terjebak dalam sebuah misteri kuno yang telah lama terlupakan. Penemuan tidak sengaja memicu serangkaian peristiwa yang mengungkap...