#playlist: terpikat senyummu : idgitaf
Aeron Jagakarsa, nama gagah pemberian Haryo dan Aini. Diumur yang kini menginjak dua puluh enam tahun, Aeron masih bergelut dengan hobinya. Lulusan dari fakultas seni rupa murni, karena memang Aeron menyukai seni. Melukis adalah bagian dari hidupnya. Tidak hanya melukis, Aeron juga bergelut di dunia fotografi, dan dia menjadi fotografer disebuah perusahaan periklanan.
Basket, juga bagian dari hobinya. Tak heran, jika tubuh Aeron tampak terlihat sangat sehat dan segar, itu dikarenakan Aeron yang bisa menyeimbangi antara pekerjaan dan olahraga.
Aeron bertekad untuk bisa membagi ilmu basketnya, apalagi Aeron mempunyai banyak waktu luang setelah pekerjaan memotretnya. Aeron memilih untuk datang ke sekolah lamanya dan berniat untuk mengajar disana. Namun sebelumnya, Aeron sering juga datang ke gedung olahraga di pusat kota untuk bermain have fun.
Namun sepertinya, hobinya yang satu ini tidak mendapatkan dukungan dari orang tuanya. Sebenarnya, tidak hanya basket, bahkan melukis dan memotret tidak mendapatkan dukungan dari orang tuanya.
Disinilah Aeron sekarang, berdebat dengan sang ibu tiri, Diana. Sang ayah yang dengan santai membaca koran, serta seorang adik perempuan berumur sekitar enam belas tahun mengintip dari balik pintu kamarnya.
"Mama enggak mau tahu, pokoknya kamu enggak boleh lagi main basket, apalagi sampai mengajar segala!" Ucap Diana dengan menggebu-gebu.
"Ma, segitunya Mama enggak suka sama basket, sampai-sampai Aeron juga enggak boleh suka basket, padahal itu hobi Aeron." Ucap Aeron, entah seberapa kesal dirinya, tapi perkataannya masih terdengar pelan.
"Aeron, kamu itu udah dewasa, stop melakukan hal-hal enggak jelas. Mama udah cukup baik loh, dengan tidak melarang kamu melukis atau foto-foto enggak jelas itu." Lanjut Diana.
"Salahnya dimana sih, Ma? Aeron enggak ngerti. Kenapa semua hobi Aeron dilarang sama Papa, Mama?" Lanjut Aeron.
"Aeron, maksud Mama kamu itu, baik. Mama sama Papa mau, kamu fokus mengurus hotel milik kita, hanya kamu penerus pemilik hotel terbaik di kota ini." Haryo yang sejak tadi diam kini bersuara.
"Aeron enggak bisa, Pa. Kenapa enggak suruh Nona saja?"
"Kamu ini, dikasih nyaman milih susah. Sudah, ini sudah malam, pokoknya mulai besok, enggak ada istilah bermain basket lagi, titik." Suara Haryo semakin meninggi.
"Tapi, Pa-"
"Atau kamu, akan menikah, dan masalah hotel Papa serahkan semuanya ke kamu!"
Tidak, Aeron belum terpikir untuk menikah, apalagi bersama wanita pilihan Mama dan Papanya. Dan mengurus perhotelan akan membuat pekerjaannya sebagai fotografer akan berhenti. Aeron memilih untuk berhenti mengajar basket.
Aeron menghela nafas kasar, mengusap wajahnya gusar, tak sengaja dia melirik kearah pintu kamar adiknya, namun pintu itu segera tertutup. Aeron tahu, bahwa Nona lah yang memberi tahu kepada orang tuanya bahwa ia datang ke sekolahnya untuk mengajar basket. Aeron tahu, Nona mempunyai alasan mengapa ia mengadu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang sepatu Kenangan
FanfictionKetika di masa SMA kebanyakan para remaja akan jatuh cinta kepada teman sekelasnya, atau senior, bahkan junior, tetapi itu tidak terjadi dengan Nara, remaja pecinta basket itu berbeda, dia jatuh cinta bahkan jatuh sedalam-dalamnya kepada seorang pri...