2. siapa?

4 0 0
                                    

#playlist: tiba-tiba cinta datang: Maudy Ayunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#playlist: tiba-tiba cinta datang: Maudy Ayunda

Agustus 2017

Mobil pick up itu berhenti diarea gerbang sekolah yang tampak sepi, hanya ada satpam penjaga disana. Tim basket putra dan putri segera turun dari mobil tersebut, mereka berpamitan untuk pulang kerumah masing-masing. Tampak wajah mereka yang lusuh, senyuman palsu dilemparkan sesama mereka.

Nara dan Acha mengambil sepeda mereka diarea parkir sekolah. Selain Acha dan Nara, semuanya menggunakan motor.

Nara dan Acha menuntun sepeda mereka untuk pulang, mereka memilih untuk berjalan kaki sambil bercakap-cakap. Rumah Acha dan Nara, satu arah. Maka dari itu mereka selalu berangkat atau pulang bersama. Suasana pulang setelah kekalahan memanglah tidak nyaman. Keduanya kini hanya diam sembari menikmati dinginnya angin malam.

"Besok jangan sekolah dulu, Nar." Ucap Acha, membuka pembicaraan.

"Besok hari rabu, Ca. Gue, selalu suka hari rabu karena mata pelajarannya." Jawab Nara. Disaat seperti ini, dia masih mengingat bahwa besok adalah hari kesukaannya.

"Istirahat dulu, Nar. Kasihan tubuh, Lo. Dia juga butuh istirahat." Acha memberi saran untuk Nara, karena Acha, tahu. Sejak pulang, Acha selalu memperhatikan Nara yang terlihat sangat lelah, Acha juga tahu bahwa Nara memang bukanlah wanita dengan fisik yang kuat.

"Gue, selemah itu ya, Ca?"

"Bukan begitu, Nar. Seberapa lemahnya, itu Lo sendiri yang tahu." Acha kembali meyakinkan Nara.

Mereka telah membawa sepeda mereka menuju gang arah rumah mereka. Lampu dijalanan cukup terang untuk mereka berjalan. Angin malam berhembus dengan lembut, baju basket yang mereka pakai sangatlah tidak cocok untuk suasana dingin ini, namun mereka tidak menghiraukan itu semua.

"Apakah ada arti dibalik ini? Lo tahu, Ca. Sejak dulu, Gue enggak suka olahraga apapun itu. Saat Lo ajak Gue buat ikut ekstrakulikuler basket, kenapa Gue enggak nolak, bahkan dihari pertama latihan, gue udah jatuh cinta dengan basket. Padahal, Gue enggak sekuat itu buat menjadi pemain basket."

"Itu rencana Tuhan, Nar." Jawab Acha, tawa kecil terdengar dari Acha.

"Tujuannya apa?" tanya Nara dengan antusias.

"Mana Gue, tahu. Gue bukan Tuhan, Nar." jawab Acha. Sementara Nara hanya berdecak kesal.

"Mungkin jodoh Lo ada dibasket, Nar." Sambung Acha yang membuat Nara menghentikan langkahnya.

"Siapa?" tanya Nara, sangat bersemangat.

"Enggak tahu, tapi yang pasti bukan Gevan."

"Kenapa bukan Gevan?"

"Karena Gevan jodoh Gue," Singkat, padat, Acha tersenyum bahagia, membayangkan dirinya bersama Gevan di masa depan.

Nara hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, dia segera menaiki sepedanya dan mengayuhnya lebih dahulu, meninggalkan Acha.

Sepasang sepatu Kenangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang