Disinilah mereka sekarang, duduk berdampingan di ruang tamu rumah Jay. Deja Vu. Setelah memakan satu jam perjalanan mereka tiba di rumah Jay saat petang menjelang. Dari awal membuka pintu rumah, tatapan itu sudah tidak ramah. Bagaimana cara Ibu Jay menatap Heeseung sungguh menjengkelkan. Beliau pikir Heeseung ini apa? Hama?!
"Jadi? Apa maksud kamu bawa dia kesini Jay?" tanya Ibu Jay tegas. Keangkuhan sungguh tercetak jelas.
"Sebelumnya Jay mau minta maaf bu, maaf ngecewain ibu, Jay gak maksud nentang ibu, cuma.. Jay punya pilihan Jay sendiri, Jay cinta sama Kak Heeseung, Jay Sayang Kak Heeseung," Jay berhenti sejenak mengambil nafas, digenggamnya kuat jemari kekar milik kekasihnya, "Jay hamil, anak kak Heeseung."
Ibu Jay melotot, "APA?!" kakinya berjalan mendekat, "DASAR ORANG GILA! BISA-BISANYA KAMU HANCURIN MASA DEPAN ANAK SAYA. BAJINGAN KAMU HEESEUNG." pukulan demi pukulan Ibu Jay layangkan pada Heeseung yang memeluk Jay, menghalau pukulan yang sekiranya akan menyakiti Jay.
Heeseung terima ini semua, bagaimana ia di caci-maki Ibu dari kekasihnya, Heeseung memang pantas mendapatkannya.
Tak lama, Ibu Jay lelah sendirinya, pukulan itu melaun tergantikan isakan keras sang ibu. Jay benar-benar terpukul melihat sang ibu menangis karenanya.
"Buu.." Jay berusaha mendekat.
"Diam kamu. Saya gak punya anak pembangkang kayak kamu." Ibu Jay bangun berdiri, tangannya menunjuk Heeseung, "orang ini, bajingan ini yang kamu pilih Jay, orang yang mau tanggung jawab entah dengan apa, ini yang kamu mau Jay?"
"Saya yakin saya bisa tanggung jawab bu." Heeseung bertekad, penghinaannya ini menjadi batu loncatan kesuksesannya kelak. Heeseung akan bungkam perkataan Ibu Jay.
"Dengan apa? Hah?!! Umur 28 dan belum punya penghasilan, mau kamu kasih makan batu anak saya?!"
Gigi Heeseung bergemeletuk saling bertabrakan. Jika tak merasakan genggaman erat di tangannya, Heeseung mungkin akan kelepasan pada ibu kekasihnya ini.
"Bu.." Jay mencicit, ia rasa ibunya sungguh kelewatan. Jay berjalan menghampiri sang ibu, melepaskan tautan tangan yang sedari tadi bertaut.
"Iya sayang, sini nak.. Besarin sama ibu yaa dedek nya.. Jay sayang ibu kan?" intonasi sang ibu melembut.
"Maaf bu..maafin Jay." Jay memeluk ibunya kencang.
"Iya sayang, ibu maafin. Jay anak hebat sayang.. Jay pasti bisa. Kita besarin dedek bareng yaa."
Dibelakang sana Heeseung bagai di hantam bongkahan batu besar. Apa yang dilakukan Jay? Ia tak membuangnya kan?! Jay bilang ia cinta padanya. Lantas mengapa perlakuan Jay seakan ia akan bersama ibunya.
"Jay sayang.." lirih Heeseung
KAMU SEDANG MEMBACA
Reward
Fanfictionsecara personal, acap kali berdamai menerima keadaan dan berjuang mendapat pengakuan memiliki jalan yang terjal, Heeseung dan Jay bagaimana mereka bersikap. "Heeseung itu bawa pengaruh buruk, Jay." perkataan sang Ibu sering berputar tatkala keadaan...