This chapter contain 🔞+ // violent, drunk, kissing.
Evan Brooke menatap dirinya di hadapan cermin kamar mandi. Rambutnya yang basah menetes membasahi tubuhnya. Pikirkan lagi jika mandi adalah agenda terburuknya.
Evan berbalik. Mungkin setiap wanita akan menyukainya, pinggangnya yang ramping dan punggungnya yang lebar merupakan perpaduan yang sempurna. Namun, bagi Evan ini hal yang mengerikan. Setiap menatap tubuhnya terutama punggungnya, ratapan kesedihan dari relung jiwanya naik lagi. Dulu ia memiliki sayap di sana. Putih, seputih susu. Jika ia melihat hal-hal buruk, sayapnya selalu berdarah bak mengerti rasa sakit akan dunia.
Ia merabanya. Mungkin lukanya akan berbekas lama. Apalagi ketika ia kehabisan waktu dan sudah benar-benar menjadi manusia, bisa jadi tidak akan hilang hingga ia mati nanti. Evan pasrah kepada takdir.
Mengingat lagi bagaimana bagian berharga tubuhnya diambil, Evan murka. Ketika suatu hari nanti ia sudah kembali, mungkin ia bisa mencari pelakunya dan balas mengambil hal yang sama.
Mungkin sedikit bahagia karena hari ini dirinya bisa begitu rajin. Hanya karena ajakan Jane bisa membuatnya diam-diam kesenangan. Sedikit.
Hari ini jalanan kota New York lebih ramai dari biasanya. Macet, semacet-macetnya jalan karena banyak dari mereka beragenda untuk pergi ke pantai hari ini.
Evan berpikir, bagaimana bisa di cuaca yang sudah panas orang-orang malah pergi ke tempat yang lebih panas. Apa mereka lebih menyukai simulasi neraka daripada semilir angin surga?
"Itu namanya tanning, Evan."
Sekarang dirinya berjalan bersama wanita yang pertama kali ia temui di bumi.
Jane semakin yakin jika Evan bukan orang Amerika asli. Terbukti dari gelagat Evan yang seperti orang culture shock.
"Nanti jadi ikut, kan?"
Harusnya Evan bilang tidak. Harusnya Evan juga larang Jane untuk menghadirinya. Tapi rasa-rasanya ia seperti jadi orang jahat jika melakukannya karena bisa menjadi pengaruh buruk hubungan antara Jane dan teman-temannya.
Lagipula ia hanya orang baru.
Evan mengangguk. Walau hatinya tak yakin. "Mau ke mana?" tanyanya.
Undangannya masih nanti malam, tapi Jane sudah mengajaknya pergi jam sembilan pagi. Alasannya karena tidak ada lagi baju yang fit untuk wanita ini. Perempuan mana yang tak mau tampil modis di depan orang banyak?
"Bagaimana denganmu?"
"Jalan yang benar." Evan hanya mengingatkan.
Jane berbalik berjalan mundur pun Evan penyebabnya. Iya, Evan masih setia berjalan di belakang Jane.Jane terkekeh. Ia meloncat-loncat kecil. "Aku dapat libur dua hari dari kantor."
Melihat Jane yang ceria membuat dirinya tersenyum. Entahlah, dirinya juga bingung, bahagia saja rasanya melihat kewajiban kecilnya menikmati dunianya. Wanita ini terlampau lucu untuk disakiti.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fallen
Romance[DO NOT COPY!] "Lucifer is a MorningStar, how about you?" "Well, Evan Brooke is a Fallen Star," said the Guardian gently, her protective Guardian Angel. Gaius Julee Moonstone (Juleeus/Julius) adalah nama sematnya. Hanya karena penghianatan yang tak...