"Lucifer is a MorningStar, how about you?"
"Well, Evan Brooke is a FallenStar," said the Guardian gently, her protective Guardian Angel.
Gaius Julee Moonstone (Juleeus/Julius) adalah nama sematnya. Hanya karena penghianatan yang tak sengaja didapati...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kekuatan recovery yang tak sebanding dengan manusia. Jika Jane adalah dokter, ia sudah membawa Evan ke tempat penelitian.
"Tell me you're not joking?"
"What are you?" Suara Jane penuh penekanan, meminta penjelasan. Semua hal yang terjadi hari ini tak masuk akal.
'What are you', tiga kata yang berhasil membuat Evan Brooke menyunggingkan bibirnya seraya berikan tatapan nakalnya, memandang Jane dari atas hingga ke bawah bak meremehkan wanita itu.
"Sinner."
"Aku serius! Bagaimana kau melakukannya?" Ia masih setia menenteng jaket milik Evan. Bukan niat Jane untuk mengintrogasi, ia bukan polisi. Namun Jane tetaplah Jane, seorang wanita dengan keingin tahuan yang tinggi.
Namun, seriusan. Punggung Evan mulus. Luka yang ia lihat seperti luka cambuk yang panjang dan berhasil merobek kulitnya, sudah tidak ada. Pengecualian ketika ia melihat dua luka Evan yang ada di punggung atas. Kulitnya memang sudah menutup sempurna, hanya saja berbekas kasar dan bertekstur. Hanya dua itu saja yang masih bisa ia lihat.
"Ji-jika kau sudah mati ... katakan saja." Karena ia pikir Evan sudah jadi hantu gentayangan yang mati tidak tenang karena kecelakaan pabrik.
Pantas saja ia selalu diam jika diajak bicara. Eh, eh, tapi Jane hanya ingin memastikan.
'Bagaimana bisa aku mati sebelum pusatnya memerintah?'
Jane mundur dari sana pelan-pelan. "Aku akan menyiapkan makanan yang sudah kubuat tadi," tuturnya.
Namun, Evan selalu susah ditebak.
Ia berdiri menyusul yang lebih muda. Perlakuannya benar-benar tak terduga. Napas wanita itu tersekat. Tubuh Jane dibalikkan hingga membentur tembok di belakangnya sehingga dengan mudah Evan mengunci Jane dengan kedua lengannya.
Ditatapnya wanita itu lamat-lamat. Mata Keduanya hanya berjarak 5 cm. Rasa-rasanya Jane seperti dijebak oleh pria ini. Pria yang sudah ditolongnya.
"APA-APAAN?"
Telunjuknya terangkat, memusatkan jarinya di antara kedua mata Jane. "Justru aku kesal karena aku jadi manusia sekarang." Ucapannya penuh penekanan. Namun, nada bicaranya tak meninggi.
Jane sudah tremor. Namun, semakin ia memberontak maka semakin gencar Evan menguatkan kedua lengannya. Jadi begini akhir hidup Jeanne Cameron Brown?
Ingat keluarga, ingat orang-orang tersayang. Jangan bilang Jane akan mati hari ini di tangan orang yang baru ia kenal beberapa jam lalu. Jane sudah pasrah. Nasibnya bisa dibilang tragis.
"Berjanjilah untuk membiarkanku mengikutimu." Tangannya beralih memegang dagu Jane.
Diikuti dengan matahari yang mulai memicing malu-malu dari ufuk timur, Jane mengangguk mantap berulang-ulang. Pelan-pelan Evan melepas wanita itu. Kini tak menguncinya, salah satunya digunakan untuk menyeka air mata Jane yang mulai keluar.