Chapter 5 | Take All of Me. My life, My Place, and My Soul

15 6 13
                                    

Jane bangun dengan kepala yang berat membuatnya harus merebahkan diri lagi di kasurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jane bangun dengan kepala yang berat membuatnya harus merebahkan diri lagi di kasurnya. Ia berusaha mengingat semua yang dilakukannya kemarin malam. Meski sebagiannya masih lupa, tapi ia ingat betul bagaimana Evan memukul Dylan bertubi-tubi.

Ia mengambil ponselnya yang belum sempat terisi baterai dari kemarin. Sudah jam sepuluh pagi, pantas saja ia terbangun karena pendingin ruangannya juga tidak dinyalakan. Panas.

Dering telepon dari empunya pesta menyambarnya. Sebenarnya Jane malas mengangkat, matanya masih berat.

"Haa?" Suaranya kantuk. Jelas.

"Bangun, bangun, bodoh. Kau di mana tadi malam?"

"Aku? Bukannya aku kemarin sudah datang? Tak ingat, kau sendiri yang memelukku, menanyakan kenapa datang dengan jalan kaki?"

"Bodoh, bukan itu. Aku melihat kekasihmu menyeretmu, tapi aku tak tahu ke mana. Maka dari itu aku memastikanmu aman sekarang."

Brenda menambah pening di kepalanya. Ia harus mencerna semuanya lebih lama ucapan Ratu Pesta Musim Panas.

"Buktinya aku tidur di rumah? E-eh, siapa yang kau bilang menyeretku?"

Jane merutuki dirinya sendiri karena ia masih tak mengingat kejadian setelah pertengkaran Evan dengan mantannya. Oh, ya, dia lupa bertanya. "Kenapa kau undang si bangsat kemarin?" Jane meninggikan nada bicaranya.

"Oh ... iya ... jelas kau akan bertanya seperti ini. FYI, aku mengundang satu angkatan SMA kemarin." Brenda terkekeh di akhir kalimatnya. Pantas saja.

Jane menutup sambungan teleponnya. Dirinya melamun berusaha mengingat semuanya. Meski pada akhirnya ia harus bertanya pada Evan tentang apa yang terjadi semalaman padanya.

Namun, sebelum itu ia sempat berpikir untuk membuka satu aplikasi yang dari tadi membuat notifikasinya jebol. Jane sudah seperti seorang selebriti dadakan di media Twitter yang berhasil membuat matanya terbuka lebar.

"THE HELL?"

Air kran yang mengalir sejak lima menit lalu terus ia tampung masuk ke dalam mulutnya. Evan rasanya masih linglung setelah bangun tidur. Bagaimana bisa ia membiarkan dirinya melakukan hal bodoh kemarin.

Hari ini ia tak serajin yang kemarin. Ia masih mencerna kejadian-kejadian di luar akal sehat yang sudah dilakukannya. Lalu, bagaimana bisa ia kembali ke atas sana jika melindungi Jane berarti melukai orang lain. Sudah satu ... dua orang? Tidak, ia tak mau menghitung. Ia sendiri tak mau merusak reputasinya.

Ia keluar dari sana memijat pelipisnya pening. Meski semua itu tak dapat mereda secepat mungkin ditambah seseorang yang terus memencet bel kamarnya kemudian menggedor pintunya berselang-seling.

Ia membukanya dengan kasar, temukan Jane sebagai pelakunya. Evan mengernyit, bagaimana bisa wanita ini bangkit begitu cepat sementara tadi malam ... tak perlu diceritakan. Diingat-ingat lagi membuat Evan memburuk.

The Fallen [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang