𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓_3

54 14 21
                                    

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃

Ruangan bernuansa putih itu menguarkan aroma desinfektan yang kuat. Sinar hangat dari matahari siang jatuh pada jendela kaca yang tertutup pitrase putih. Di atas ranjang di tengah ruangan, Ling Jiushi bergerak lemas di balik selimut. Dia membuka mata, mengerjap lemah sebelum menyapukan pandangan. Sedikit meringis ketika berusaha untuk bangun.

“Kau sudah sadar.”

Satu suara menyapa hingga membuat kepalanya berpaling ke arah pintu. Matanya sedikit menyipit dan menatap pada pemuda berkacamata yang melangkah memasuki ruangan.

“Siapa?” tanyanya.

“Aku Chen Fei. Kau berada di salah satu ruang rawat klinik,” pemuda itu menyahut.

“Hmm,” Ling Juishi bergumam. Beberapa saat dia memegangi leher sambil bersandar lemas. Matanya terpejam namun terbuka lagi dalam hitungan detik. “Di mana Ruan Lanzhu?” tanyanya.

“Ada di sini. Di ruangan yang berbeda,” sahut Chen Fei.

“Dia … baik-baik saja?”

Chen Fei tersenyum sekilas. “Tidak masalah. Tuan muda memiliki daya tahan yang cukup kuat.”

“Tuan muda?” Ling Jiushi mengerutkan kening. “Siapa dia sebenarnya?” Decakannya tercipta disertai wajah gusar dan kesal.

“Kau masih lemah. Beristirahatlah. Tuan muda akan menemuimu dan mengatakan semuanya.”

“Eh, jadi kau anak buah Ruan Lanzhu? Kenapa kau memanggilnya tuan muda?”

“Bersabarlah. Setelah urusannya selesai, dia akan menemuimu,” kata Chen Fei. Dia memutar tubuh dan kembali melangkah keluar dari ruangan.

Ling Jiushi hanya diam memandangi kepergian Chen Fei. Napasnya berhembus panjang dan kembali memejamkan mata, membayangkan detik-detik sebelum ia tak sadarkan diri. Situasi yang menjengkelkan sekaligus mendebarkan.

Sewaktu Ruan Lanzhu menciumnya, dia masih berusaha untuk berontak. Setidaknya dia masih memiliki tenaga untuk menolak tindakan pemuda itu.

“Ruan Lanzhu, kau benar-benar brengsek. Kau mengambil kesempatan,” desisnya dengan bibir bergetar. Kedua lengannya saling memeluk lebih erat.

“Aku hanya ingin membuatmu sadar. Sentuhan fisik akan membantu menghangatkanmu,” balas Ruan Lanzhu.

“Itu hanya alasanmu untuk menutupi niat burukmu.”

“Jika tidak mencoba, kau tidak akan pernah tahu. Lagi pula aku tidak perlu menggunakan cara ini untuk mendapatkanmu. Aku hanya tidak ingin terjadi apa-apa padamu.”

Ling Jiushi mendesis gusar ditambah rasa dingin yang menyergap. Matanya lagi-lagi melebar waktu Ruan Lanzhu kembali menciumnya. Dia hendak mendorong bahu pemuda itu, namun lehernya ditahan oleh tangan Ruan Lanzhu. Pada awalnya dia hanya mendiamkan ciuman, tapi ketika dia membiarkan belah bibirnya dibuka, perlahan ia memejamkan mata. Ciuman Ruan Lanzhu yang lembut, mau tidak mau menimbulkan rasa hangat dan hal itu menjadikan bibirnya bereaksi. Menjatuhkan beban tubuhnya ke dalam pelukan Ruan Lanzhu, dia pun melayani ciuman yang akhirnya terjalin. Setidaknya sentuhan itu benar-benar menghasilkan rasa hangat yang menyebar ke seluruh tubuh.

Dalam hitungan menit ciuman itu terurai karena Ling Jiushi mulai merasakan sesak di dada. Walau rasa hangat mulai menyebar namun rasa lain yang tidak terduga membuatnya makin kacau. Jantungnya berdebar sangat kencang di kala ciuman mereka terus terjalin menjadikan napasnya justru terasa sesak. Dia membenamkan diri ke dalam pelukan Ruan Lanzhu dengan tubuh menggigil. Tepukan pada pipi dan panggilan pemuda itu masih terus berusaha untuk menyadarkannya. Dia tidak tahu sudah berapa lama waktu berlalu sampai akhirnya mendengar suara-suara dari atas. Panggilan panik dan cemas yang memanggil nama mereka. Sewaktu Ruan Lanzhu mencoba menariknya bangun, kesadarannya pun melayang.

𝐋𝐨𝐬𝐭 𝐢𝐧 𝑻𝒉𝒆 𝑷𝒂𝒓𝒂𝒅𝒊𝒔𝒆 𝑰𝒔𝒍𝒂𝒏𝒅 [ᴛʜᴇ ꜱᴘɪʀᴇᴀʟᴍ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang