᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃
Dua hari berlalu, dan Ling Jiushi benar-benar terjebak di rumah Ruan Lanzhu. Tuan muda itu selalu memintanya menjadi teman berjalan. Setelah gips yang membungkus kakinya dilepas, Ruan Lanzhu masih belum bisa berjalan normal dan harus dibantu oleh alat berupa tongkat. Namun alih-alih menggunakan tongkat, Ruan Lanzhu selalu memanggilnya setiap kali hendak berpindah tempat.
Mau tidak mau, Ling Jiushi tertahan selama dua hari karena harus menemani Ruan Lanzhu setiap menitnya. Namun hari kedua di sore hari, Ling Jiushi pergi diam-diam. Dia mendatangi rumah Ling Jiyi, gadis muda yang melaporkan tentang kehilangan kakaknya. Gadis itu menerima kedatangannya dan menjawab setiap pertanyaan yang ia ajukan.
“Jadi kakakmu belum lama kerja di pertambangan?”
Ling Jiushi duduk pada sofa minimalis. Tidak jauh berbeda seperti sofa di rumahnya. Di depannya, Ling Jiyi duduk dengan bahu turun dan wajah murung.
“Hampir dua tahun,” sahutnya.
“Dua tahun?” Ling Jiushi teringat kasus hilang pemilik tambang dua tahun lalu. “Apakah kakakmu sudah bekerja di sana ketika tuan Ruan menghilang?” tanyanya.
“Waktu kabar tuan Ruan menghilang, kakakku baru saja bekerja di sana.”
“Apakah dia mengetahui sesuatu tentang peristiwa saat itu?”
“Tidak,” Ling Jiyi menggeleng. “Semua pekerja takut untuk membicarakan hal itu. Pada awal masuk, pertambangan sempat ditutup sementara waktu. Kakakku kembali ke pertambangan setelah tuan muda kedua mereka menangani masalah.”
“Apakah kakakmu sering bercerita tentang pekerjaannya? Atau tentang orang-orang di pertambangan?”
“Kakak bilang bekerja di sana memang melelahkan, tapi kakakku hanyalah orang kasar yang tidak memiliki pendidikan tinggi. Dia bertahan di sana karena perhatian dari mandornya cukup memberi semangat. Bahkan kakakku pernah meminjam uang untuk biaya sekolahku dan mandor di sana membantunya bicara pada pemilik tambang.”
“Mandor?” Ling Jiushi bergumam. Ingatannya lari pada sosok Li Dongyuan yang dikenalkan Chen Fei. Dia pun mengingatkan diri sendiri untuk menanyai mandor itu setelah ini.
“Selama bekerja di sana, apakah kakakmu pernah bercerita tentang hal lain?” ia melanjutkan bertanya.
“Hanya seputar pekerjaan dan teman-teman sesama penambang. Kakakku jarang pulang. Selain jarak yang jauh, mereka harus bekerja keras untuk mencapai target. Kakak akan pulang setelah dua minggu bekerja dan libur selama tiga sampai empat hari. Tapi aku tidak menyangka, pada saat libur kakakku justru tidak pulang sama sekali.”
Ling Jiyi menunduk dalam. Menggigit bibir untuk menahan tangisan.
“Kakakmu sama sekali tidak sempat kembali ke rumah?” desak Ling Jiushi.
“Kami berjanji bertemu di tempat permainan taman Linxu. Tapi dia tidak datang.”
Ling Jiushi menarik napas panjang. Beberapa saat matanya berputar mengamati suasana rumah.
“Kau masih sekolah?” tanyanya lagi.
“Aku lulus tahun ini,” sahut Ling Jiyi.
“Sementara ini cukup,” ujar Ling Jiushi. Memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut. Dia bangun dari sofa, melangkah ke arah pintu tapi berhenti di langkah berikutnya. “Satu pertanyaan terakhir.” Ia menoleh pada gadis muda yang berdiri. “Apa kakakmu mengenal seorang penambang bernama Gao Dawei?”
Ling Jiyi mengerutkan kening, tampak mengingat. Sesaat kemudian kepalanya menggeleng.
“Kakak banyak bercerita tentang teman-temannya. Tapi seingatku tidak pernah menyebut nama itu,” sahutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐨𝐬𝐭 𝐢𝐧 𝑻𝒉𝒆 𝑷𝒂𝒓𝒂𝒅𝒊𝒔𝒆 𝑰𝒔𝒍𝒂𝒏𝒅 [ᴛʜᴇ ꜱᴘɪʀᴇᴀʟᴍ]
Romans𝐓𝐡𝐞 𝐒𝐩𝐢𝐫𝐞𝐚𝐥𝐦 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐁𝐲 𝐀𝐔𝐑𝐎𝐑𝐀_41 Ruan Lanzhu, tuan muda yang mewarisi pertambangan batu bara setelah ayahnya dikabarkan hilang secara misterius dua tahun lalu. Selama itu dia terus mencari hingga bertemu seorang dete...