᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘ ᠃
Matahari siang itu tertutup awan kelabu membuat warna langit tidak secerah biasanya. Kantor polisi desa Xinglong menerima lagi satu laporan tentang kehilangan. Kali ini seorang adik perempuan yang mencari kakaknya. Kapten Yuan duduk menghadapi anak gadis yang bersedih di seberang meja. Wajah murung dan mata merah karena menangis. Dia mencatat pengakuan gadis remaja yang mengaku kalau kakaknya belum kembali ke rumah selama tiga hari.
“Kau yakin kalau kakakmu tidak pergi ke tempat lain? Ke rumah keluarga atau kerabat?” Pertanyaannya kembali teraju.
Gadis remaja itu menggeleng.
“Kami sudah tidak punya orangtua. Kerabat pun hanya ada satu paman. Aku sudah datang ke sana dan kakakku tidak ada di sana,” jawabnya.
“Sebelumnya, apakah kakakmu pernah pergi selama beberapa hari seperti sekarang?”
“Tidak. Kalaupun dia pergi, dia akan mengatakannya padaku. Dia tidak pernah meninggalkanku tanpa kejelasan.”
Kapten Yuan meraih satu foto hitam putih yang memperlihatkan gambar seorang pemuda. Tampilan dari sosok muda yang merupakan kakak si gadis.
“Kau bilang kakakmu bekerja menjadi seorang penambang?” tanyanya.
Kepala gadis itu mengangguk.
“Di pertambangan mana?” tanya kapten Yuan.
“Pertambangan keluarga Ruan,” sahut si gadis.
Lagi-lagi menyangkut keluarga Ruan, batin kapten Yuan.
“Kau tidak mencoba bertanya pada keluarga itu? Bukankah pihak mereka akan menanyakan ketidakhadiran seorang karyawan?” ia kembali berkata.
“Aku tidak berani datang ke sana.” Gadis itu menggeleng dengan wajah takut.
“Kenapa? Apakah kakakmu pernah bermasalah dengan keluarga Ruan?” desak kapten Yuan. Matanya menatap curiga.
“Tidak.” Gadis muda itu menukas cepat. “Kakakku bilang, mereka sangat baik. Itu sebabnya kakak merasa nyaman kerja di sana.”
Sekali lagi kapten Yuan mengamati ekspresi si gadis dan beralih pada foto yang ia letakkan di atas meja.
“Polisi akan mencatat laporanmu dan akan mencari tahu apa yang terjadi. Kau sudah bisa pulang. Jangan lupa untuk memberi tahu kami jika ada kabar lain atau ada hal yang kau ingat.”
Gadis muda itu mengangguk mendengar perkataan kapten Yuan. Sanbil mengusap bawah mata, dia beranjak bangun dan berjalan keluar dari kantor polisi.
Lima menit dari kepergian si gadis muda, Ling Jiushi tampak melangkah masuk. Dia langsung menuju ruangan kapten Yuan diiringi tatapan anggota lain yang sebagian duduk di balik meja mereka. Tanpa mengetuk terlebih dulu, dia mendorong pintu kaca dan disambut delikan mata sang kapten.
“Kau tidak tahu cara mengetuk pintu?” Jari kapten Yuan menunjuk Ling Jiushi yang berdiri di dekat jendela.
“Aku terbiasa mengetuk pintu kayu,” jawab Ling Jiushi. “Aku tidak punya banyak waktu. Ada apa memanggilku kemari?”
“Dasar tidak punya sopan santun,” gerutu sang kapten. Dia melempar kertas formulir ke sisi meja. “Tampaknya pertambangan Ruan bermasalah. Tiga hari lalu, satu lagi seseorang menghilang dari tempat mereka. Ling Hedi, seorang penambang.”
Ling Jiushi mengambil kertas, membaca sekilas laporan yang tertera.
“Ada laporan dari keluarga Ruan?” tanyanya.
“Hanya seorang penambang. Apa mereka akan memedulikan satu karyawan yang tiba-tiba absen? Mereka memiliki ratusan karyawan. Bisa saja mereka berpikir kalau pemuda itu tidak lagi bekerja karena kelelahan atau kabur dari sana. Jika seperti itu, mereka akan melepas tanggung jawab.”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐨𝐬𝐭 𝐢𝐧 𝑻𝒉𝒆 𝑷𝒂𝒓𝒂𝒅𝒊𝒔𝒆 𝑰𝒔𝒍𝒂𝒏𝒅 [ᴛʜᴇ ꜱᴘɪʀᴇᴀʟᴍ]
Romance𝐓𝐡𝐞 𝐒𝐩𝐢𝐫𝐞𝐚𝐥𝐦 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐁𝐲 𝐀𝐔𝐑𝐎𝐑𝐀_41 Ruan Lanzhu, tuan muda yang mewarisi pertambangan batu bara setelah ayahnya dikabarkan hilang secara misterius dua tahun lalu. Selama itu dia terus mencari hingga bertemu seorang dete...