Bab 5

75 17 1
                                    

Mobil Kafka melaju perlahan memasuki area VIP bandara, melewati gerbang khusus yang jauh dari hiruk-pikuk penumpang biasa. Jalur ini hanya digunakan untuk tamu-tamu penting, dengan petugas keamanan yang menjaga privasi mereka. Malam itu, jalanan lengang, hanya ada lampu-lampu bandara yang memberikan nuansa tenang di tengah sibuknya persiapan penerbangan.

Begitu sampai di tempat parkir khusus, Kafka menghentikan mobilnya. Di luar, seorang pria berperawakan gemulai dengan sikap rapi berdiri di dekat pintu masuk VIP, tak lain adalah Ari, manajer pribadi Pearly. Dengan gaya khasnya, Ari menunggu sambil sesekali melirik ke arah jam tangannya dan mengamati sekitar. Dia paham betul, meski jadwal Pearly ketat, pasangan suami istri ini selalu menyempatkan momen intim mereka sebelum perpisahan. Senyumnya mengembang tipis, mengerti dan bersabar.

Lampu di dalam mobil remang, hanya diterangi sedikit oleh cahaya dari luar. Kafka dan Pearly duduk dalam diam selama beberapa detik setelah mesin mobil dimatikan, seolah mengunci dunia di luar, menciptakan ruang kecil hanya untuk mereka. Tidak ada suara, kecuali tarikan napas yang dalam dari keduanya.

Kafka menoleh ke arah Pearly, pandangannya lekat pada istrinya yang duduk di sampingnya. “Kita bener-bener harus ngelakuin ini lagi?” suaranya rendah, mengandung kerinduan dan sedikit rasa tak rela.

Pearly mengangguk perlahan, matanya menatap Kafka dengan lembut. “Aku juga nggak mau, tapi kamu juga tau, kita harus tetep profesional,” jawabnya, suara pelan namun pasti. Kedua tangannya terulur, menyentuh wajah Kafka dengan penuh sayang. "Aku janji setelah ini, aku bakalan cuti lebih lama."

Akan tetapi Kafka tidak puas hanya dengan kata-kata itu. Dia memiringkan tubuhnya, menarik Pearly lebih dekat. Tangannya dengan lembut meraih dagu istrinya, mengangkatnya sedikit sehingga mata mereka bertemu langsung dalam pandangan penuh arti. "Aku benci setiap kali kita harus pisah kayak gini," bisiknya.

Pearly mendesah pelan, merasakan panas dari napas Kafka di dekat wajahnya. Ia tahu, meskipun mereka sering terpisah karena pekerjaan, momen ini selalu berat bagi mereka berdua. Namun, ini sudah menjadi bagian dari kehidupan yang mereka pilih. “Aku juga,” balasnya pelan.

Kafka tidak menunggu lebih lama. Ia menarik Pearly ke dalam pelukannya, mencium bibirnya dalam, sarat dengan keinginan yang sulit ditekan. Ciuman itu intens, penuh gairah, seolah ingin menyampaikan seluruh rasa rindu yang tidak terucap. Pearly membalas ciuman itu dengan sama hangatnya, tangannya terlingkar di leher Kafka, menariknya lebih dekat.

Di luar mobil, Ari berdiri dengan sabar. Dia memutar tubuhnya, memberikan pasangan itu privasi yang mereka butuhkan, meski sesekali matanya melirik ke arah mereka dengan senyum menggoda. Ia tahu betul rutinitas ini; Kafka dan Pearly selalu berusaha mencuri momen kebersamaan sebelum perpisahan dan dia sudah terbiasa menunggu dengan gaya elegan, memperhatikan sekeliling agar tidak ada yang mengganggu.

Di dalam mobil, Kafka perlahan melonggarkan ciumannya, matanya masih terfokus pada Pearly yang kini terlihat sedikit kehabisan napas. Bibir mereka hanya terpisah sejengkal, tetap terasa panas. Tangannya dengan lembut mengusap pipi istrinya, menyisir rambutnya yang sedikit berantakan. “Aku pasti kangen banget sama kamu,” gumamnya, nadanya dalam dan penuh ketulusan.

Pearly tersenyum lembut, meski di balik senyuman itu ada perasaan yang sama. Ia menghela napas panjang sebelum membalas, “Aku juga.”

Kafka tersenyum tipis, meski ia tahu itu bukan benar-benar hiburan. Setiap perpisahan mereka meninggalkan jejak kecil di hatinya, sesuatu yang tak pernah hilang, meskipun Pearly selalu kembali. “Kamu harus cepet pulang, oke?” katanya, menundukkan kepalanya untuk mencium kening Pearly dengan lembut. "Aku nggak tahan lama-lama tanpa kamu."

Pearly hanya bisa mengangguk.

Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati momen terakhir sebelum Pearly harus benar-benar pergi. Sentuhan tangan Kafka di pinggangnya terasa menenangkan, sementara jari-jari Pearly masih melingkari leher suaminya. Mereka tahu, setiap detik terasa begitu berharga, terutama saat seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love's AmbitionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang