Kenangan di Bawah Hujan
Malam ini hujan turun pelan,
Mengalir bersama ingatan yang tak pernah padam.
Luka lama kembali menganga,
Seperti janji yang pernah ada, namun tak tersampaikan.Aku teringat saat Ayah pergi,
Dan aku terjebak dalam sunyi yang lapar.
Tak ada lagi kehangatan, hanya jalanan yang sepi,
Mengajarkan cara bertahan tanpa peduli.Waktu itu, aku tak tau,
Arti dari perpisahan yang memisahkanku,
Menghancurkan semua yang dulu terasa utuh,
Meninggalkan aku dalam kebisuan yang tak pernah kupahami.Dan kini, saat kulihat tawa yang bukan milikku,
Iri ini tumbuh seperti duri yang menusuk kalbu.
Rumah yang penuh cinta, selalu kuimpikan,
Sementara hidupku hanyalah bayang-bayang kelam yang tak berkesudahan.Aku mencoba melarikan diri,
Mungkin dalam tegukan pahit yang kupegang erat,
Atau garis tipis kaca yang merobek pergelangan,
Apa saja, asal rasa ini hilang meski sekejap.Namun, ketika kesadaranku kembali perlahan,
Luka ini terasa semakin dalam,
Betapa ingin kurasakan cinta yang pernah kubayangkan,Namun ia selalu luput dari genggamanku,
Sejak hidup ini kubagi dengan jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEDEBAH
PoesíaSelamat datang di BEDEBAH, tempat emosi diungkapkan melalui tarian kata. Di sini setiap bait puisi adalah perjalanan ke dalam jiwa. "JajangGojek"-sebuah nama yang menjadi simbol perjalanan ini, mengundang anda untuk merasakan setiap denyut nadi dan...