jalan menuju magang

29 21 3
                                    

Judul: Jalan Menuju Magang

Pak Rudi, dosen yang dikenal tidak suka repot, akhirnya memutuskan untuk mengontrol tempat magang mahasiswa bimbingannya, Zafirah dan Siska. Hari itu, dia menelepon Zafirah dengan suara sedikit cemas. "Zah, kamu bisa ke kampus? Kita perlu berangkat ke tempat magang kalian."

Zafirah, yang sangat bersemangat, langsung menjawab, "Siap, Pak! Saya akan segera ke kampus!" Dia mengenakan jaket kulitnya dan melesat dengan motor biru Primus/Megapro miliknya, melintasi jalanan yang berkabut.

Dalam perjalanan, Pak Rudi duduk di belakang, terus memandang sekeliling dengan rasa khawatir. "Zah, apakah kita tidak salah jalan? Ini sepertinya menuju hutan," ujarnya, celingak-celinguk.

Zafirah menoleh sambil tersenyum, "Pak, ini memang jalur yang benar. Kami memang melewati pegunungan. Tempat magang kami dekat dengan bengkel perusahaan. Jadi, wajar jika kabutnya tebal."

Mendengar penjelasan Zafirah, Pak Rudi mencoba tenang, meski kecemasannya belum sepenuhnya hilang. "Tapi, Zah, bukankah seharusnya magang itu di tempat yang lebih... um, urban?"

Zafirah tertawa kecil. "Pak, justru di tempat seperti ini kami bisa belajar banyak tentang industri otomotif secara langsung. Lagipula, pengalaman di lapangan sangat berbeda dengan teori di kelas."

Pak Rudi mengangguk, meski masih merasa sedikit ragu. Dia memandangi pemandangan pegunungan yang semakin mendekat, merasakan udara segar yang menyelimuti mereka. Sementara Zafirah terus mengendarai motornya dengan percaya diri.

Setelah beberapa saat, mereka tiba di sebuah bengkel besar yang terlihat profesional meski dikelilingi kabut. Zafirah mengerem motornya, dan mereka turun. "Nah, ini dia, Pak! Tempat magang kami."

Pak Rudi mengamati sekeliling. Di depan mereka, beberapa mekanik bekerja dengan antusias. Dia mulai merasakan semangat yang sama. "Oke, Zah. Ayo kita masuk dan lihat apa yang bisa kalian pelajari di sini."

Dengan penuh harapan, Zafirah dan Pak Rudi melangkah memasuki bengkel, siap untuk memulai petualangan baru. Siska sudah menunggu di dalam, menyambut mereka dengan senyuman lebar. Mungkin, tempat magang ini memang bukan yang diharapkan Pak Rudi, tetapi di sini, banyak pelajaran berharga menunggu untuk dipelajari.

Judul: Titipan di Perusahaan Las

Pak Rudi memandangi Zafirah dan Siska dengan ekspresi serius. Mereka baru saja kembali dari perjalanan magang pertama mereka di bengkel otomotif, dan Pak Rudi tahu saatnya untuk membicarakan sesuatu yang penting.

"Zah, Siska," katanya, memecah keheningan. "Ada yang ingin saya bicarakan. Kalian harus mencari Pak Hasan di perusahaan las besar itu. Saya perlu membahas sesuatu dengan beliau."

Zafirah mengangguk. "Baik, Pak. Apa yang ingin Bapak diskusikan dengan Pak Hasan?"

Pak Rudi menghela napas. "Saya berencana menitipkan kalian berdua di perusahaan tersebut. Saya percaya ini akan memberi kalian pengalaman yang berharga."

Siska tampak terkejut. "Menitipkan kami di sana? Apakah kami siap untuk itu, Pak?"

Pak Rudi tersenyum. "Tentu saja. Saya yakin kalian mampu. Ini kesempatan emas untuk belajar langsung tentang industri las. Kalian akan mendapatkan banyak pengalaman praktis."

Zafirah dan Siska saling memandang, kemudian Zafirah berkata, "Kami siap, Pak! Kami akan mencari Pak Hasan sekarang."

Setelah itu, mereka segera pergi menuju perusahaan las yang dimaksud. Saat tiba, suasana di sekitar pabrik terlihat sibuk. Bunyi mesin las berdenting dan suara karyawan berbicara mengisi udara.

Mereka mencari-cari sosok Pak Hasan di antara pekerja yang beraktivitas. Akhirnya, Zafirah melihatnya berdiri di dekat mesin las, mengenakan apron dan kacamata keselamatan. "Pak Hasan!" teriaknya, melambai.

Pak Hasan menoleh dan tersenyum. "Zafirah, Siska! Apa kabar?"

Setelah mereka memperkenalkan diri, Zafirah langsung menjelaskan maksud kedatangan mereka. "Pak Rudi mengutus kami untuk berbicara dengan Bapak. Beliau ingin menitipkan kami di sini untuk magang."

Pak Hasan mengangguk, tampak berpikir sejenak. "Saya sangat menghargai kepercayaan Pak Rudi. Kami selalu mencari cara untuk melibatkan mahasiswa dalam proyek-proyek kami. Apa kalian siap bekerja di sini?"

Siska yang bersemangat menjawab, "Tentu, Pak! Kami siap belajar."

Pak Hasan tersenyum lebar. "Bagus! Mari kita lihat fasilitas dan proyek yang sedang kami kerjakan. Ini akan menjadi pengalaman yang menarik bagi kalian."

Zafirah dan Siska mengikuti Pak Hasan ke dalam pabrik, merasakan getaran energi dan semangat kerja di sekitar mereka. Mereka mengamati para pekerja yang serius melaksanakan tugas masing-masing, serta berbagai mesin canggih yang digunakan untuk proses pengelasan.

Di dalam, Pak Hasan menjelaskan berbagai teknik pengelasan dan aplikasi praktisnya. "Kami tidak hanya memproduksi barang, tetapi juga menciptakan solusi untuk berbagai masalah industri."

Zafirah mendengarkan dengan antusias, sementara Siska mencatat dengan seksama. Mereka berdua merasa sangat beruntung bisa berada di tempat ini.

Setelah tur, Pak Hasan membawa mereka ke ruang rapat. "Saya akan berbicara dengan tim kami untuk menentukan proyek mana yang cocok untuk kalian. Namun, saya ingin kalian mempersiapkan diri dengan baik dan bersikap proaktif."

Kedua mahasiswa itu saling berpandangan, semangat membara di mata mereka. "Kami akan melakukannya, Pak Hasan!" jawab Zafirah mantap.

Pak Hasan tersenyum. "Bagus! Kami menantikan kontribusi kalian di sini."

Kembali ke kampus, Zafirah dan Siska tidak sabar untuk berbagi pengalaman mereka dengan Pak Rudi. Mereka tahu bahwa langkah ini adalah awal dari perjalanan panjang yang penuh pelajaran berharga di dunia industri. Dengan semangat baru, mereka bertekad untuk memberikan yang terbaik di tempat magang ini.

#### //TAMAT//
HAII GUYS JANGAN LUPA BACA SEMUA CERITA AKU YA DAN JANGAN LUPA UNTUK VOTE CERITA AKU NANTI AKU AKAN VOTE BALIK

SALAM HANGAT SAYA NEYYY PAMIT UNDUR DIRI MAKSIII :)

Mas Tentara JutekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang