pulang makan siang

21 17 4
                                    

Aroma logam dan api las seolah memanggilnya kembali, kini saatnya dia kembali. Dia menghidupkan motor Mega Pro Primus berwarna biru miliknya, suara mesin yang familiar membuat hatinya berdebar.

Dengan penuh semangat, Zafirah memutar gas, melewati jalanan yang diselimuti kabut. Udara pagi yang segar memberikan energi baru baginya. Di tengah perjalanan, dia melihat Pak Hasan, tetangga sekaligus sahabat keluarganya, yang mengemudikan mobilnya. Dengan sigap, Zafirah mengelak sambil melambaikan tangan dan tersenyum. Pak Hasan membalas dengan senyuman hangat, menyadari semangatnya untuk kembali bekerja.

Setelah beberapa menit berkendara, Zafirah tiba di depan bengkel. Tempat yang penuh kenangan dan tantangan. Dia mengambil napas dalam-dalam, merasakan getaran kegembiraan dan kecemasan. Dengan langkah mantap, Zafirah memasuki bengkel, melihat rekan-rekannya yang sudah menunggu.

“Zafirah! Akhirnya kembali!” sapa Siska, teman baiknya yang selalu memberi semangat.

“Ya, sudah siap untuk kembali bekerja dong!” jawab Zafirah, merasakan kehangatan persahabatan di antara mereka.

Dengan penuh semangat, Zafirah mulai mengatur peralatan. Dia merasa seperti kembali ke rumah setelah lama pergi. Setiap detik di bengkel itu mengingatkannya pada passion yang selalu menyala

Zafirah sudah beberapa hari kembali bekerja di bengkel las, dan setiap harinya membawa semangat baru. Suatu pagi, ketika dia sedang merapikan alat-alat las, Pak Hasan menghampirinya dengan senyuman di wajahnya.

“Zafirah, ada proyek baru untukmu,” kata Pak Hasan dengan nada penuh semangat. “Seseorang telah memesan rak sepatu. Aku yakin kamu bisa membuatnya.”

Zafirah merasakan gelombang antusiasme. Membuat rak sepatu adalah tantangan baru yang ingin dia coba. “Siap, Pak! Apa spesifikasi yang diinginkan?” tanyanya, matanya bersinar dengan semangat.

“Raknnya harus kuat dan minimalis. Kita bisa menggunakan besi hollow agar ringan dan tahan lama. Saya percaya kamu bisa mengerjakannya,” jawab Pak Hasan.

Zafirah segera menuju ke meja kerja, memeriksa bahan-bahan yang ada. Dia mengambil selembar kertas dan mulai menggambar desain rak sepatu yang ada di benaknya. Setelah yakin dengan gambarnya, dia beralih ke mesin las.

Dia menghidupkan mesin las dengan suara berdengung yang menyenangkan, dan meraih lens shade, kaca las yang melindungi matanya dari cahaya menyilaukan. Dengan hati-hati, Zafirah mengenakan lens shade itu, memastikan semua peralatannya siap.

Zafirah mulai memotong besi hollow sesuai ukuran yang telah dia desain. Setiap potongan logam yang dia lakukan terasa menyenangkan. Dia merasa kembali ke dunia yang sudah lama dia cintai. Dengan ketelitian dan keahlian yang sudah diasah, Zafirah mulai menyusun bagian-bagian rak sepatu, menempelkan satu persatu dengan las yang rapi.

Saat proses pengerjaan berlangsung, Zafirah tidak hanya fokus pada hasil akhir. Dia menikmati setiap langkah, mendengarkan suara mesin yang berirama, dan merasakan getaran logam di tangannya. Setiap kali lasan menempel sempurna, senyum bangga menghiasi wajahnya.

Di tengah kesibukan, siska menghampiri dan mengagumi kerja keras Zafirah. “Wah, hasilnya sudah terlihat bagus! Aku tahu kamu pasti bisa,” puji Siska.

“Terima kasih, siska! Ini baru tahap awal, masih banyak yang harus dikerjakan,” jawab Zafirah dengan percaya diri.

Zafirah melanjutkan pekerjaannya, mengukir setiap detail rak sepatu dengan penuh cinta. Dia merasakan kepuasan mendalam setiap kali melihat struktur yang semakin terbentuk. Suara las yang berdengung, aroma logam, dan rasa fokus membuatnya merasa hidup.

Ketika akhirnya rak sepatu itu mulai terlihat jelas, Zafirah tahu bahwa dia tidak hanya membuat sebuah produk, tetapi juga membangun kembali jati dirinya sebagai seorang pengrajin. Proyek ini bukan hanya sekadar pekerjaan; ini adalah perjalanan untuk menemukan kembali semangat dan cinta pada dunia yang telah lama ia tinggalkan.

Mas Tentara JutekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang