Judul: Kembali ke Bengkel Las
Bab 1: Kembali ke Rutinitas
Zafirah menatap lempengan besi di depannya, matahari sore memancarkan cahaya keemasan melalui jendela bengkel las yang setengah terbuka. Suara alat las berdengung, menciptakan irama yang membuatnya merasa hidup kembali. Setelah sekian lama meninggalkan dunia ini, ia akhirnya kembali. Rindu akan aroma besi yang terbakar dan getaran mesin menggoda jiwanya.
Ketika ia tenggelam dalam pekerjaan, tiba-tiba suara langkah kaki berat menghentikannya. Zafirah menoleh, dan jantungnya berdegup kencang. Di hadapannya berdiri sosok perwira dengan seragam rapi, wajahnya tampak serius. Aldo Bareto, sosok yang selama ini ia coba lupakan, kini berdiri di depan matanya.
“elo,” ucap Aldo, suaranya tegas, meski ada nada lembut yang tersimpan di baliknya. “Kau kembali?”
Zafirah menelan ludah, terkejut sekaligus bingung. “Ya, ngapain elu di sini,” jawabnya sambil berusaha terlihat tenang, meskipun tangan yang memegang alat lasnya bergetar.
Aldo mendekat, menatap lekat. “Aku tidak menyangka. Kenapa kau memilih kembali ke sini? Bukankah ada pekerjaan lain yang lebih baik?”
“Bengkel ini adalah rumahku. Di sini, aku bisa menjadi diriku sendiri,” balas Zafirah, sedikit menyentak.
Kamu enggak malu,” kata Aldo, nada suara masih tegas. “Tapi bukan di sini.”
Zafirah mengerutkan kening. Ada sesuatu dalam pandangan Aldo yang membuatnya merasakan campuran antara rasa rindu dan kebencian. Namun, ia tahu bahwa untuk saat ini, ia harus fokus pada pekerjaannya.
“hah heloo ngapain gue malu lagi pula ini halal,” jawabnya, mencoba mengalihkan perhatian.
Bab 2: Kenangan yang Menghantui
Setelah beberapa jam bekerja, Zafirah selesai dan membersihkan alat lasnya. Ia merasa lega, tetapi bayangan Aldo masih menghantui pikirannya. kembali membanjiri ingatannya: saat-saat bahagia dan menyakitkan bersamanya. Aldo yang ceria dan penuh semangat, kini tampak lebih matang, tetapi juga lebih dingin.
Malam tiba, dan Zafirah bersiap untuk pulang. Namun, sebelum ia meninggalkan bengkel, Aldo menghampirinya lagi. “Ayo, kita bicara.”
Zafirah mengangguk, dan mereka beranjak menuju kafe kecil di dekat bengkel. Suasana di kafe itu hangat, tetapi Zafirah merasakan ketegangan di antara mereka.
“Aku ingin meminta maaf,” Aldo memulai, wajahnya serius. “Aku tahu kita punya banyak masalah di masa lalu.”
“Meminta maaf? Untuk apa?” Zafirah menantang, berusaha menjaga emosinya.
“Karena aku tidak menghargaimu seperti yang seharusnya,” Aldo menjawab, nada suara menurun. “gue kek nya bangga banget sama elu.”
Zafirah terdiam. Kata-kata Aldo menggugah berbagai emosi yang telah ia tutup rapat. “dihhh ngapain elu.”
Aldo menatapnya dengan mata yang dalam. “gue rasa Eluu wanita yang hebat di dalam hidup gue .”
Bab 3: Perjuangan Baru
Hari-hari berlalu, dan Zafirah berusaha mengabaikan perasaan yang mulai tumbuh kembali untuk Aldo. Ia kembali bekerja di bengkel dengan penuh semangat, tetapi setiap kali Aldo muncul, hatinya bergetar. Ia tahu, perasaan ini berbahaya.
Aldo mulai sering mengunjungi bengkel, kadang hanya untuk berbincang, kadang untuk membantu. Setiap detik yang mereka habiskan bersama membuat Zafirah semakin bingung. Ia menikmati kebersamaan itu, tetapi ketakutan akan patah hati kembali menghantuinya.
Suatu sore, saat mereka berdua duduk di depan bengkel setelah jam kerja, Aldo menatapnya serius. “Zafirah, gue mau elu jadi pendamping gue.”
Zafirah menarik napas dalam-dalam. “Aldo, Elu gila ya mana mungkin gue mauu sama elu kita beda Al gue cuma tukang las dan elu perwira, udah deh jangan gitu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Tentara Jutek
Ficção AdolescenteZafirah adalah gadis berusia 21 tahun yang memiliki bakat luar biasa dalam bidang pengelasan. Dengan ketekunan dan ketelitian, ia berhasil menguasai berbagai teknik las, menjadikannya salah satu magang terbaik di bengkel las Pak Hasan. Selain ketera...