Bab 3

1.9K 67 4
                                    

Caca menghela nafas, menatap bosan ke arah jalanan yang terlihat ramai. Gadis itu menyesali perbuatannya tadi pagi, entah kenapa dia secara spontan memberi permen muach kepada Rama.

Tetapi Caca jujur kok, Rama itu bau rokok, dia kurang suka, makanya Caca kasih, takut kalau nanti ketahuan guru.

Sebenarnya ada apa dengan Caca akhir-akhir ini, kenapa jiwa nya seolah-olah tergerak untuk melakukan hal yang ia mau. Padahal selama dua tahun bersekolah di SMA ini, Caca selalu menahan diri dan menahan segala keingintahuan nya, membatasi gerak-gerik tubuh nya agar tidak lewat batas.

Namun, sekali nya Caca membiarkan otak mengambil alih tubuh nya, Caca langsung mempraktekkan nya dengan Rama, raja ibl- eh pentolan sekolah!

Bukankah selama ini Caca selalu takut kalau berhadapan dengan Rama, seperti kelas 10 dulu, dia menjadi korban bullying Rama dan kawan-kawan. Meskipun Caca tidak tahu apakah Rama masih ingat atau tidak, hari itu dia harus pulang tanpa alas kaki, karena sepatu Caca di lempar ke atas pohon, alhasil sepatu nya nyangkut, Caca di suruh manjat buat ngambil sendiri, yo mana bisa lah, akhirnya Caca milih buat pulang tanpa sepatu.

Sekarang dia malah berani berbicara santai dengan Rama, yang status nya sebagai atasan di atas atasan para preman, pembully di sekolah nya. Mau jadi apa Caca nanti, jangan-jangan di jadiin daging rendang lagi, kan Caca jadi kepikiran.

Brumm brumm

Jantung Caca berdetak kencang, bukan karena cinta, tapi karena takut.

Dia sangat hapal dengan suara menggelar dari motor sport itu. Tentu saja itu suara dari motor-motor geng yang di pimpin sama Rama.

Yang Caca tahu sih nama geng nya 'titik'

Sumpah Caca gak bohong kok, namanya beneran titik, entah apa yang ada di pikiran mereka saat membuat nama geng itu. Kalau kata Cio si tangan kanan Rama sih, makna titik itu bisa bikin lawan minder, karena nama yang mereka ambil tidak di miliki oleh geng lain, mudah di ingat, dan membuat lawan bergetar saat mendengar nya.

Apa Caca lari saja ya, tapi sekarang kan waktu nya pulang sekolah, dia juga sedang menunggu papa nya datang menjemput, kalau Caca pergi dari sini, bisa-bisa papa nya kebingungan mencari Caca nanti.

Tapi, kalau Caca tetap di sini, dia ketakutan.

Entah mengapa Caca mendadak takut jika mendengar hal yang berkaitan dengan Rama. Mungkin karena dia nekat pagi tadi, alhasil Caca ketakutan begini. Susah juga ya jadi cewek yang ga good looking, bawaannya parno mulu, coba aja Caca cantik, dia pasti ngira Rama bakal jatuh cinta, atau luluh sama dirinya, bangun ca bangun!

"Geng sebelah?"

Perhatian Caca teralih kan saat mendengar segerombolan cewek-cewek sedang membicarakan sesuatu dengan nada suara yang kencang. Siapa juga yang ndak tertarik kalau sudah menyangkut soal gosip?

Caca memfokuskan indra pendengarannya, berusaha menguping pembicaraan mereka.

"Iya, katanya geng sebelah udah nunggu di pinggir sungai. Ini geng titik mau otw ke sana."

"Seru dong, liat yuk!"

"Gila lu? Mereka tawuran bawa senjata anjir, yakali cuma kelahi biasa, mau di tebas leher lu?"

"Yeee kirain cuma adu tonjok doang."

"Otak lu dangkal amat sih juneb, udah udah bubar, takutnya nanti jalanan pada macet lagi."

"Yahh ga seru!"

"Eh itu mereka, bubar bubar!"

Semua orang langsung membubarkan diri, bahkan separuh dari mereka memilih pura-pura masuk ke dalam sekolah supaya tidak bertemu langsung dengan Rama dan kawan-kawan. Mereka itu loh orang nya temperamen, yang tidak melihat saja bisa di sangka melihat.

Ngedip Mas!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang