Bab 8

1.2K 117 23
                                    

"Ada kupu terbang di taman, hinggap sebentar lalu pergi, pikiran buntu tak beraturan, mau ke mana tak tahu lagi."

"Asek!"

"Makan bakso di pinggir jalan, tambah lagi biar kenyang, sampai lupa ngumpul sama kawan, ternyata lagi nemenin ayang!"

"Hahahah anjay!"

Suara mereka saling bersahutan, meskipun di terpa angin dingin, tampak nya semangat mereka masih membara.

Anggota geng Rama hanya bisa saling adu pantun sambil melihat ketua mereka yang sedang makan berdua dengan Caca di pinggir jalan.

Entah jin mana yang merasuki Rama, bukannya belok ke simpang komplek perumahan Caca, dia malah melanjutkan motor nya menyusuri jalan malam, membawa gadis yang ia sendiri tidak tahu status nya apa untuk dia.

Sekarang mereka malah berakhir di sebuah penjual sate, makan berdua dan di temani oleh keheningan. Para anggota Rama menghormati privasi bos mereka, dan rombongan berpakaian hitam itu memilih duduk di area parkir yang lumayan jauh dari tempat Rama dan Caca makan.

"Kok malah ke sini sih mas, tadi janjinya ngantar aku pulang toh."

"Makan aja, kalau kurang bungkus buat di rumah, sekalian pesen buat orang tua lu."

Caca menghela nafas panjang, gadis itu lalu memilih duduk sambil menunggu pesanan nya siap.

Sementara itu Rama sudah menghabiskan 1 porsi sate Padang. Melihat bagaimana lahap nya Rama makan, Caca sedikit merasa tertarik, dalam artian sebagai rasa kagum saat tahu ada orang yang memiliki nafsu makan besar, sama seperti nya.

Kira-kira Rama ini cuma besar nafsu makan saja ya?

Takutnya nanti malah nafsu ke ca-

Jangan mikir yang aneh-aneh, lagipula siapa yang mau dengan modelan buntal macam dia, Caca sudah mejadikan pengalaman hidupnya sebagai pelajaran, agar tidak berhalusinasi bahwa ada laki-laki yang mau dengan perempuan gendut seperti dirinya.

Mimpi mu terlalu tinggi Ca!

"Bang! Tambah satu lagi, sekalian masukin keripik nya langsung dua bungkus."

"Siap den! Segera meluncur!" Balas abang-abang penjual sate kepada Rama.

Rama mengangguk dan meneguk es kosong nya hingga tandas, laki-laki itu kemudian menatap Caca dengan intens.

Gadis itu makan dengan lahap, membuat Rama menjadi senang, dia bersyukur Caca menyukai sate langganan miliknya.

Tempat yang di datangi Rama ini merupakan sate langganan keluarganya.

Wajar kalau ada sedikit rasa kagum, karena latar belakang keluarga Caca sendiri adalah dari kelas atas, bahkan hampir menyentuh angka yang sama dengan keluarganya. Tapi gadis itu tidak pilih-pilih makanan, dia makan dengan baik pemberian orang lain.

Tunggu!

Kenapa Rama malah kagum?

Ha?

Ini bukan seperti dirinya.

Dia adalah Rama! Laki-laki yang selalu memaksa keinginan nya! Bukannya malah takut dan menunggu reaksi orang lain agar bisa menyukai apa yang dia suka juga!

Sudah lah! Lebih baik makan dulu, karena porsi kedua sudah berada di depannya.

"Tambah ndut, sama gue aman rahasia lu." Ucap Rama lalu mengaduk sate keduanya dan tak lupa menambah cabe agar sate nya pedas membara, persis kayak body aduhai nya Caca.

Bisa aja.

"Ini aja belum habis toh mas." Ucap Caca dengan sewot, mata nya itu loh melotot ke arah Rama, mengirim sinyal untuk menyuruh laki-laki itu makan saja daripada berbicara ngelantur!

Ngedip Mas!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang