Mata Caca menyipit melihat betapa terik nya matahari pagi. Tidak panas sih, namun silau saja.
Pagi ini adalah jam olahraga, Caca dan teman sekelasnya sedang menunggu guru olahraga memasuki lapangan dan memulai pelajaran, sekarang si botak eh- guru penjas mereka sedang mengambil bola di gudang olahraga. Materi hari ini tentang bola Volly, salah satu olahraga yang Caca sukai, dia cukup percaya diri dengan olahraga satu ini.
Kabar tentang kemenangan geng titik menjadi hot Topic pada pagi hari ini, di setiap sudut sekolah membicarakan mereka, bagaimana tawuran nya berlangsung, betapa sadisnya mereka saat bertarung, dan yang paling utama adalah keganasan Rama saat membabi buta, laki-laki itu membuat 6 orang berakhir di rumah sakit, entah apa masalah nya hingga Rama bisa di kepung dan menjadi target utama saat tawuran.
"Jadi si Rama tetap sekolah?"
Caca mendekatkan diri nya ke arah orang-orang yang sedang bergosip, dengan seksama dia mendengar pembahasan yang terdengar menarik tersebut.
"Kayak gak kenal Rama aja, ya tetap sekolah lah. Noh dia di bawa sama pak botak buat ambil bola, kening nya biru, kek nya habis kena pukul."
"Bener! Gue juga liat bibir nya luka, ya kali kagak babak belur di kepung 6 orang, mana yang tumbang beda orang."
"Lawak njir denger cerita nya, ternyata yang nantangin itu geng baru lahir, malah langsung lawan final bos."
"Namanya juga darah berandalan, kagak mau di cap pengecut."
Caca mengangguk setuju saat mendengar ucapan yang terakhir, jiwa nya remaja itu memang menggebu-gebu, ingin selalu terlihat yang paling unggul, dan tidak menerima adanya ejekan, remehan, atau pun sebuah tantangan, pasti alasan di balik tawuran ini adalah adu domba dan sedikit bumbu-bumbu pemanas agar geng yang baru terbentuk itu mau menantang geng Rama.
"Wes udah jangan gosip lagi, mulai bentuk tim! Hari ini kita coba tanding tim campuran, tiga cewek tiga cowok! Yang menang tak beliin es krim muahal, yang kalah es krim polos aja."
Semua orang bersorak gembira mendengar ucapan pak Tarjo, guru penjas dengan kepala kinclong tanpa sedikit pun bulu, eh rambut maksudnya.
Caca segera kelimpungan saat orang-orang mulai berpencar mencari kelompok nya masing-masing.
Bagi yang memiliki banyak teman tentu saja hal itu sangat memudahkan mereka, berbeda dengan Caca yang hanya bisa tersenyum canggung sambil mencoba bersuara pelan memanggil teman-teman sekelas, berharap ada yang mengetahui keberadaan nya.
Rasa gugup mulai menguasai dirinya, tanpa dia sadari, Caca mulai mundur dengan perlahan, melihat banyak teman yang berjalan ke sana-sini mencari kelompok, membuat Caca sadar bahwa masa putih abu-abu bukan seperti ini!
Seharusnya dia punya banyak teman, menciptakan momen yang manis.
Tapi, kenapa dia sekarang berada di tepi lapangan, menatap orang-orang yang sedang berkerumun di tengah sana.
Apakah separah itu sifat sosial nya?
Atau apakah mereka yang sengaja menghindar?
"Nduk."
Lamunan Caca tersentak saat Tarjo menepuk pelan bahu nya, gadis itu segera menghadap ke arah guru penjas nya itu sambil berusaha tersenyum senang.
"Kalau ndak mencoba sekarang kapan lagi, kadang asumsi kita sendiri yang ngebuat semuanya terasa mustahil." Ucap Tarjo sambil tersenyum manis ke arah murid nya itu.
Diam bukan berarti tak peduli.
Walaupun terkenal galak, Tarjo selalu peka tentang rasa gugup murid nya, dia sudah lama memperhatikan Caca, bagaimana gadis itu sulit bersosialisasi, kesulitan untuk percaya diri, dll. Sekarang mungkin saat nya Tarjo mulai membuka sebuah percakapan, yang mungkin membuat Caca sedikit lebih percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ngedip Mas!!!
RomanceSiapa sangka selera bisa berubah dalam satu malam. Rama sendiri tidak menyangka bahwa selera nya bisa berubah dari yang kurus, tinggi langsing, menjadi semok, montok, berisi. Semua ini ulah dari teman sebangku nya sendiri, gadis montok yang menarik...