"Olahraga apa itu, kok olahraga bikin lecet!"
"Denger ya nduk, kalau ini keulang lagi, ndak ada yang namanya OLAHRAGA!"
"Enak aja! Anak gadis ku di giniin, aku loh ngerawat nya susah-susah, malah di lukain sama anak orang."
Setelah doa makan itu bukannya langsung makan ya.
Tapi kok Caca dan Papa nya malah diam sambil menatap nyonya rumah yang sedang marah-marah akibat melihat tangan anak nya yang bengkak.
Tahu begini, Caca lebih baik memakai baju lengan panjang, mendadak semur ayam yang di masak nyonya rumah ini berubah menjadi tak enak, apa karena di tambah bumbu-bumbu pedas dari mulut nyonya ya.
"Udah dek, ini kapan makannya. Ndak baik ngomel-ngomel di depan makanan."
Mata Ningsih langsung melotot ke arah Panji, memberi isyarat peringatan kepada pria parubaya yang merupakan suami nya itu dengan kesal. Bisa-bisa nya dia di suruh diam, padahal anak gadis mereka itu lecet!
"Diem mas! Nanti habis makan kirimin duit, mau ngajak Caca perawatan tangan! Anak ku ini loh Ndak boleh lecet sedikit pun, Ndak mau tau aku harus benerin lagi!" Omel Ningsih sambil menyendokkan nasi ke piring suami nya, marah-marah begitu dia tetap menjalankan tugas sebagai seorang istri.
Cari pahala toh, memang Ndak kewajiban, tapi kalau si istri ikhlas melayani suami, surga dan isinya bakal jadi milik nya.
"Iyo, nanti mas transfer, maem ya dek sayang." Ucap Panji sambil mengecup bibir Ningsih.
Semburan merah mulai menjalar, membuat Ningsih salting dan menepuk pelan dada Panji dengan manja.
Hmm.
Jadi gunanya Caca apa ya?
"Udah ayang nya jiji, maem yuk." Ucap Panji lalu menyuapkan makanan ke mulut istri tercinta nya.
Caca hanya bisa tersenyum geli melihat interaksi mama dan papa nya, sangat serasi, terlihat indah dan ajaib. Persis seperti di dalam dogeng yang ia damba-dambakan. Akan kah dia bisa seperti mama dan papa nya? Oh ayolah Caca, bangun! Ini adalah dunia nyata, mereka bisa bersatu karena mama nya dulu adalah gadis yang indah, gadis yang berada di atas kayangan, menjadi rebutan dari segala macam kasta.
Dan kamu? Tersenyum saja.
"Gimana nduk, enak ya! Padahal mood mama pas masak bagus banget, liat kamu pulang begini ibu mana yang Ndak sakit hati! Besok mama bakal jitak guru botak kamu itu, makan gaji buta aja kerja nya."
Caca tertawa mendengar ucapan terakhir mama nya, bisa-bisa nya Ningsih mengumpat tentang guru botak nya dengan mudah.
"Ndak papa ma, lagian dia juga udah di hukum kok. Tangan aku ndak sakit lagi, cuma warna nya aja yang merah." Jelas Caca sambil tersenyum manis, dia berharap Ningsih bisa luluh dengan keimutannya.
Jurus imut Caca menyerang!
Akh! Ternyata Ningsih berhasil di serang.
"Ya Gusti, anak ku iki loh, sini mama gigit!" Teriak Ningsih sambil memeluk erat tubuh Caca, mengecup kedua pipi putrinya dengan gemas, membuat Caca tertawa geli ketika menerima serangan cinta yang bertubi-tubi dari mama nya.
Panji tersenyum hangat melihat interaksi istri dan anak nya. Semuanya terasa seperti mimpi, bagaimana dia berakhir melihat perempuan yang ia perjuangkan dulu sekarang menjadi ibu dari anaknya, dan tentu saja menjadi istrinya. Jika di ingat-ingat masa dahulu, sangat manis untuk di kenang.
"Makan yang banyak! Anak gadis ku suka nya paha Upin Ipin, semua paha buat Caca!" Ucap Ningsih lalu meletakkan dua paha ayam di piring Caca.
Tentu saja mood Caca langsung meroket melihat bagian kesukaan nya sudah tersaji di depan mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ngedip Mas!!!
Roman d'amourSiapa sangka selera bisa berubah dalam satu malam. Rama sendiri tidak menyangka bahwa selera nya bisa berubah dari yang kurus, tinggi langsing, menjadi semok, montok, berisi. Semua ini ulah dari teman sebangku nya sendiri, gadis montok yang menarik...