27 | ucapan terakhir.

325 38 8
                                    

Mereka sudah berada di luar ruang IGD dan perasaan yang sama sama paniknya, berharap dokter akan keluar dan mengucapkan hal yang baik dan tidak malah sebaliknya.

bahkan Arta, Agis, dan Dafi juga sudah berada disana.

cklek.

"permisi semuanya, pasien ingin bertemu kalian" ucap seorang suster yang keluar dari ruangan.

tanpa pikir panjang mereka semua langsung berlari memasuki ruangan itu.

Ghani yang sudah di samping Azka langsung mengusap surai rambut putra nya. "hei.. anak papa, gimana keadaan kamu, apa yang dirasa?" tanya nya lembut.

Azka hanya tersenyum.

"pah.. aku minta maaf"

"kenapa sayang kamu ga salah apa apa"

"papa harus janji, papa ga akan sedih lama lama apalagi sampe nyalahin diri papa sendiri"

"kenapa papa harus sedih? kan ada kamu dan saudara saudara kamu yang selalu ada di samping papa"

Azka menggeleng. "aku harus pergi pa.. sakit, Azka ga kuat" ucapnya dengan meneteskan air matanya.

"kamu ga boleh ngomong kayak gitu! kamu pasti akan sembuh dan baik baik aja papa yakin"

"aku ga bisa pa"

Azka melihat ke arah Gio yang hanya diam memandanginya dengan tatapan sedih. "kak.." panggilnya.

Gio menggenggam tangannya. "iya, kenapa dek?"

"kakak janji ya tetap bahagia kalau aku pergi"

"ga! kamu ga akan kemana mana, udah ya Azka kamu gausah ngomong gitu lagi karna kamu pasti akan baik baik aja sekarang lebih baik kamu istirahat supaya cepat sembuh, oke"

"maka dari itu kak, aku memang mau istirahat makanya aku kayak gini aku mau kalian semua janji ga bakal sedih karna aku pergi, aku takut istirahat ku bakal lama dan ga akan bangun lagi kak.." ucapnya lirih.

Gio diam dengan meneteskan air matanya, Azka mengembangkan tangannya yang bermaksud ingin Gio memeluknya, Gio yang melihat itu langsung memeluk tubuh Azka dengan erat.

Azka melepaskan pelukannya, dia beralih menatap Aza yang sudah menangis dan berada sedikit jauh dari dirinya. "kak Aza ga mau meluk aku?" mendengar itu Aza langsung berlari dan memeluk Azka se erat eratnya.

"aku masih buka mata aja kakak udah begini, gimana nanti kalau aku pergi"

"ya makanya jangan pergi! kakak ga mau kehilangan kamu"

"makasih ya kak untuk semuanya, maaf aku selalu bikin kakak khawatir dan nangis, maaf kalau aku ada salah sama kak Aza"

Aza tidak menjawabnya ia lebih memilih untuk terus memeluk Azka dan menangis terisak.

"kak Awa"

Awa tersenyum ke arahnya dengan deraian air mata yang sudah berada di pipinya.

"big thanks kak! dari aku kecil sampai sekarang kakak masih sama, sayang sama aku, makasih buat semuanya, Azka happy karna punya sepupu dan saudara saudara yang baik, maafin Azka kalau ada salah, dan yang terpenting pokoknya kakak harus always happy"

Awa tidak bisa menjawabnya, sungguh lidahnya kelu tidak bisa berucap apapun lagi selain menangis dan tetap pura pura terlihat kuat, ia mendekat ke arah Azka dan mencium kening adik sepupunya itu.

Azka menatap Arta, Agis, dan Dafi. "k-kakak kakak h-harus janji ya selalu j-jagain kak Gio, k-kalau d-ia sedih kakak h-harus hibur d-an kalau dia bengong geplak aja kepalanya" ucap Azka pelan karna sudah merasa sedikit sesak.

Azka Rafanza Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang