09 | rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan.

496 44 7
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi yang menandakan semua murid murid sudah dipulangkan.

Dan saat ini Azka sedang berjalan sendiri setelah keluar dari toilet.

"kenapa ya, kok rasanya gue cape banget sih hari ini, perasaan tadi gue ga banyak kegiatan deh" gumamnya.

Lalu ia memilih untuk duduk di taman sekolah berniat ingin istirahat sebentar.

Dan tiba tiba saja ia merasakan sesuatu yang berbau anyir mengalir dari hidung nya.

"mimisan lagi" gumamnya dan langsung menghapus darah tersebut.

"gue capek banget selalu begini." batinnya dan mulai bersandar di kursi besi berwarna putih yang sedang ia duduki itu.

Mimisannya yang tidak berhenti mengalir dan rasa nyeri yang datang di punggung nya membuat dia muak dengan keadaan nya sendiri.

Ia menutup matanya untuk menahan rasa sakit yang sedang menyerang dengan kerutan halus yang muncul di keningnya.

Dia kembali membuka mata setelah ada yang menepuk pelan pundak nya.

"pasti cape ya akhir akhir ini? gapapa, lo ga harus jadi kuat setiap saat" ucap Zia yang langsung duduk di sebelah Azka.

Azka langsung menyenderkan kepalanya di bahu Zia. "mungkin ini pertama dan terakhir kalinya gue nyender ke lo" ucap Azka lirih.

"engga! Apaansi lo ngomong begitu, gue yakin lo pasti bisa buat bertahan! Jangan nyerah" balas Zia dan menggenggam erat jemari Azka.

"maaf" ucap Azka membuat Zia bingung. "maaf untuk apa?"

"maaf gue selalu nyusahin lo, bikin lo selalu panik dan nangis cuma karna keadaan gue yang selalu berubah ubah"

"gue ga pernah ngerasa kalo lo itu nyusahin kok, jadi lo jangan berpikir kayak gitu, ya"

"Zi, kalau gue pergi, lo sedih ga?"

"pake ditanya, ya sedih banget lah, gue bakal ngerasa separuh jiwa gue hilang kalau lo ninggalin gue"

"kalau itu benar benar terjadi, lo jangan berlarut dalam kesedihan ya? Gue mau lo tetap bahagia walaupun gue udah ga ada di sisi lo"

"plis, jangan bahas itu. Gue ga mau kehilangan lo Fan"

"setiap pertemuan pasti akan selalu ada perpisahan Zi"

"gue tau, tapi gue ga mau"

"mau ga mau itu pasti akan terjadi, lagi pula minim banget ada orang yang bisa bertahan dengan penyakit yang kayak gue ini"

"gue yakin lo bisa, gue juga bakal bantu cari ginjal yang cocok buat lo"

"makasi ya" ucap Azka dan ia langsung mendapatkan pelukan hangat dari Zia.

"eh btw, kak Gio sama kak Aza mana? Kenapa ga bareng lo?"

"mereka ada kegiatan ekstrakurikuler, jadi gue disuruh pulang duluan" ujar Azka dan Zia mengangguk paham.

"hari ini jadwal lo cuci darah kan? Yok lah gue temenin" ucap Zia dan Azka hanya mengangguk, lalu mereka berjalan bersama menuju mobil Zia.






















Bersambung..

-azka rafanza-





Heii para readers
Sorry banget ya chap kali ini pendek,
Ditunggu chap selanjutnya..
Votee yaa.

Azka Rafanza Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang