Chapter 2 ✅

166 17 0
                                    

Sudut Pandang Wu Xie

Saat mobil mulai bergerak, aku menahan napas dan menyandarkan tubuhku lebih dalam ke tumpukan barang-barang. Rasa takut itu ada, tapi jauh di belakang kepalaku. Yang lebih besar dan mendominasi adalah rasa penasaran yang membakar, seolah seluruh dunia menunggu untuk dijelajahi.

Bayangkan jika aku menjadi pahlawan yang menemukan harta karun tersembunyi! pikirku penuh semangat.

Perjalanan terasa lama. Walaupun aku antusias dengan obrolan San-shu dan rekannya tapi aku mulai mengantuk setelah berjam-jam perjalanan, aku tertidur ketika San-shu sepertinya membeli perbekalan lagi.

Waktu berlalu dengan lambat dan cepat, kadang ketika sadar aku diam-diam membuat banyak catatan di buku kecilku. Untuk sisa waktu perjalanan aku lebih banyak tertidur, beruntung aku tidak membuat suara yang menimbulkan kecurigaan penghuni mobil sehingga aku aman dari ketahuan.

Entah sudah berapa lama tapi  akhirnya mobil berhenti juga. Aku sungguh pegal dan ingin cepat-cepat keluar dari tempat pengap ini!.

Dari celah tas di sekelilingku, aku bisa mendengar pintu mobil dibuka dan suara-suara langkah kaki yang keluar. Jantungku berdegup kencang, dan aku mencoba tetap tenang saat mendengarkan percakapan mereka.

"Kita sampai," kudengar Pan Zi berujar.

"Area makamnya ada tidak jauh dari sini, tapi kita akan membuat perkemahan di sini dulu." itu suara  San-shu yang membuat keputusan.

"Bos, apa kita akan mulai penggalian besok pagi?" tanya seorang anggota tim, suaranya terdengar penuh semangat.

"Ya, besok pagi, kita bisa membangun perkemahan dan membuat rencara dulu." jawab Paman Ketiga.

" Sebentar lagi akan malam, kita terlalu banyak menghabiskan waktu dalam perjalanan." Da Kui menimpali.

"Ini makam kuno yang tidak bisa kita remehkan. Berdasarkan informasi yang kita dapat, jebakan di dalamnya bisa sangat rumit. Lebih baik kita beristirahat dulu malam ini."

Aku mendengar Lao Yang, si mantan tentara, berbicara. "Aku sudah tidak sabar, Bos. Apa benar ada harta karun di dalamnya? Kudengar panglima perang yang dikubur di sini sangat kaya."

"Ada banyak rumor," jawab San-shu.

"Mereka bilang dia membawa serta kekayaannya ke dalam makam, tapi kita tidak bisa terlalu yakin. Ada hal yang lebih penting daripada emas—pengetahuan, artefak, dan mungkin rahasia yang telah hilang selama berabad-abad."

Aku tersenyum mendengar percakapan mereka.

Harta karun? Artefak kuno? Ini pasti akan menjadi petualangan yang luar biasa!

Saat itu, masih bersembunyi di tumpukan tas aku mendengar suara tenda yang didirikan, dan mereka mulai menyiapkan perkemahan.

Semakin berlalunya waktu, suara api unggun dan aroma masakan mulai menguar, perutku mulai keroncongan tapi aku tahu ini belum saatnya keluar. Naasnya coklat bar yang aku bawa sudah habis tadi siang.

Sepertinya aku harus menunggu sampai mereka semua terlelap.

Ketika hari semakin gelap, dan dari suara yang berkurang, aku tahu sebagian besar dari mereka sudah masuk ke tenda masing-masing. Paman Ketiga dan Pan Zi masih duduk di dekat api unggun, berbincang ringan.

"Apa menurutmu jebakan-jebakan itu masih berfungsi?" tanya Pan Zi.

"Aku tidak tahu," jawab Paman Ketiga dengan nada serius.

"Tapi kita tidak boleh menganggap remeh. Makam seperti ini dirancang untuk melindungi isinya. Jika jebakan-jebakan itu aktif, kita bisa berada dalam bahaya besar."

Di Bawah Kutukan MakamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang