Chapter 3 ✅

150 15 16
                                    

Keesokan paginya, tim Wu Sanxing sudah bersiap-siap memulai penggalian. Udara pagi terasa dingin, dan langit masih tampak agak kelabu.

Di sekitar perkemahan, suara-suara dari alat penggalian, tenda yang dibongkar, dan percakapan ringan sesekali terdengar. Mereka adalah tim profesional, dan meski suasananya penuh keseriusan, ada juga ruang untuk canda dan gurauan.

Aku yang terbangun pun langsung melihat-lihat sekitar perkemahan, semuanya sibuk dengan peralatan masing-masing. Mungkin sudah waktunya untuk menggali makam! Pikirku antusias.

Dalam waktu singkat semua orang sudah melakukan sarapan termasuk aku yang ditemani Pan Zi, Da Kui dan Lao Yang. Mereka tidak pernah mengabaikan aku dan seringkali bertanya ini itu untuk membuat ku tidak bosan sepertinya.

Setelah beberapa waktu, San-shu muncul dari tendanya, wajahnya masih menyiratkan keengganan yang kuat.

Dia berdiri di depanku, menatapku dengan sorot mata yang sulit diterjemahkan. Aku pikir dia akan memarahiku lagi, tapi alih-alih marah, dia mengeluarkan beberapa lembar peta dan catatan dari sakunya, lalu menyerahkannya padaku dengan kasar.

"Wu Xie!" San-shu menghela nafas lelah seolah telah kalah dari pertaruhan.

"Kalau kau ingin merasa berguna, baca ini," katanya dengan nada pasrah tapi tegas.

"Ini peta makam dan beberapa catatan yang kudapat tentang jebakan dan layout makam. Mungkin ini bisa mendiamkan mulutmu untuk sementara."

Aku melongo sebentar, terkejut.

Dia benar-benar memberiku catatan penting tentang makam itu?

Aku meraih kertas-kertas itu dengan cepat, mataku berbinar-binar penuh semangat.

"Aku bisa membaca ini, Sungguh San-shu?"

"San-ye tidak bercanda kan?" tanya salah satu anggota tim dibalas gelengan oleh Lao Yang yang tertawa kecil dari kejauhan.

"Aku tak percaya Bos benar-benar memberi bocah ini peta makam."

San-shu menatap pria itu dengan pandangan tajam, membuatnya cepat-cepat diam.

"Lebih baik dia sibuk dengan itu daripada berlarian tidak jelas dan membuat masalah. Kalau dia tidak bisa tenang, mungkin ini akan membuatnya fokus."

Aku tersenyum lebar, tidak peduli bahwa Paman Ketiga jelas-jelas masih marah padaku. Yang penting, aku sekarang punya peta dan catatan!

Ini jauh lebih baik daripada duduk diam dan tidak melakukan apa-apa.

San-shu menatapku lagi.

"Tapi ingat, Wu Xie. Jangan macam-macam. Jika aku melihatmu mendekati makam itu tanpa izinku, kau tidak akan pernah ikut lagi dalam petualangan apa pun."

Aku mengangguk dengan cepat, meski dalam hati aku tidak sepenuhnya yakin apakah aku bisa menepati janjiku untuk 'tidak macam-macam'.

Bagaimanapun, rasa penasaranku jauh lebih besar dari apapun.

Dengan peta di tanganku, aku merasa seperti sudah separuh jalan untuk menjadi penjelajah makam seperti Paman Ketiga.

"Baiklah, sekarang pergilah dan pelajari peta itu. Tapi jangan buat masalah lagi!" San-shu melambaikan tangan, lalu kembali ke tendanya.

Pan Zi menggeleng pelan, tersenyum simpul. "Kau benar-benar anak nakal, Wu Xie. Tapi mungkin Pamanmu mulai mengerti bahwa tidak ada yang bisa menghentikan rasa ingin tahumu."

Aku tersenyum lebar pada Panzi.

"Tentu saja! Aku pewaris keluarga Wu, bukan anak biasa!"

***

Di Bawah Kutukan MakamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang