Chapter 5 ✅

158 15 5
                                    


Wu Sanxing terbangun dengan sebuah hentakan yang mengejutkan. Ia merasakan gempa bumi yang mengguncang tanah di bawahnya, membuat tenda bergetar hebat. Tenda di sekelilingnya bergetar keras, hampir runtuh. Tangannya meraba-raba mencari keseimbangan, sementara suara gemuruh gempa masih terasa di tanah di bawah kakinya.

Di sampingnya, Pan Zi juga terbangun, terlihat bingung dan terkejut.  Dia melompat dari kantong tidurnya dengan kaget.

“Pan Zi!” serunya panik, menoleh ke samping.

Pan Zi, yang juga dalam kebingungan, dengan cepat mengerti situasi.

“Gempa! Ada gempa!” seru Pan Zi dengan suara serak, matanya membulat penuh kewaspadaan. Tapi segera setelah itu, ia teringat sesuatu yang lebih penting.

“Wu Xie!” serunya, kini suaranya dipenuhi kecemasan.

“Di mana Wu Xie?”

Wu Sanxing merasakan dadanya mencelos mendengar nama itu. Ia melihat ke sekeliling, tapi sosok keponakannya tidak ada di tenda.

“Mengapa dia tidak ada di sini?” gumam Wu Sanxing, nadanya semakin panik. Ia dengan cepat mengenakan sepatu, tangannya gemetar.

"Ayo, kita keluar! Cepat!”

Mereka berdua bergegas keluar tenda, hanya untuk disambut oleh pemandangan yang kacau balau. Anggota tim lainnya sudah terbangun, beberapa dengan wajah ketakutan, beberapa masih terlihat linglung dan terkejut juga masih mencoba menyadari apa yang terjadi.

Tenda-tenda roboh, barang-barang bertebaran di tanah basah, dan suara gemuruh masih terasa di udara. Langit fajar yang seharusnya memberi cahaya, malah tetap diselimuti kegelapan seakan menambah suasana yang mencekam.

Gempa yang tapi terasa kini mereda, meninggalkan jejak dalam bentuk kekacauan dan keheningan yang menyusul terasa menakutkan.

“Ini gila!” ujar Lao Yang memecahkan atmosfer tegang, dia memandang salah satu tenda yang hampir runtuh.

“Apa yang sebenarnya terjadi?" Da Kui bertanya entah pada siapa.

"Aku ingat berjaga tadi malam, tapi sekarang...” salah satu anggota berseru bingung.

“Aku juga merasa aneh!” sahut salah seorang anggota tim lainnya.

“Kita semua tertidur... seharusnya ada yang berjaga, tapi aku tidak ingat apa-apa setelah kabut itu muncul!”

Wu Sanxing yang sudah mulai menenangkan diri, menyapu pandangannya ke seluruh area dengan mata tajam.

“Ini bukan sekedar gempa biasa,” gumamnya pelan, napasnya masih tersengal.

“Ada sesuatu yang tidak beres!”

“Ada yang lebih dari ini.” Pan Zi berkata dengan kening berkerut.

"Guncangannya terasa... salah. Ini bukan gempa alami. Aku merasakannya tadi malam, ada sesuatu yang berubah di udara saat kabut turun. Selanjutnya aku tertidur lelap?" lanjut Pan Zi, berdiri di samping Wu Sanxing dengan wajah tegang.

“Dan sekarang ini,” Lao Yang memandang ke arah makam di kejauhan.

“Apa mungkin ada hubungannya dengan makam? Jangan-jangan kita telah memicu sesuatu... sesuatu yang tidak seharusnya?”

Wu Sanxing tidak mengatakan apa-apa. Namun, pikirannya terus berputar, mencoba menghubungkan titik-titik yang tak terpecahkan.

Gempa, tidur mendadak, kabut... semuanya terasa tidak wajar. Tapi dia tidak punya waktu untuk menyelidiki lebih jauh saat pikiran lain yang lebih mendesak tiba-tiba muncul di benaknya.

Di Bawah Kutukan MakamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang