Chapter 4 ✅

163 16 15
                                    

Siang itu, di tengah dataran terpencil yang dikelilingi oleh pegunungan yang sunyi, suasana berubah menjadi tegang. Di bawah langit yang mulai kelabu, tim ekspedisi yang dipimpin oleh Wu Sanxing bersiap untuk memasuki makam kuno yang baru saja ditemukan. Di luar, beberapa anggota tim sibuk mengatur peralatan, sambil memantau pergerakan orang-orang yang mendekati makam.

Meski tampaknya sepi, Wu Sanxing tidak pernah meremehkan kemungkinan adanya pihak ketiga yang diam-diam mengawasi mereka.

Wu Sanxing, dengan raut wajah serius, memimpin kelompok kecilnya yang terdiri dari Lao Yang, Da Kui, dan dua anggota lainnya. Mereka sudah berbekal pengalaman, namun setiap kali berhadapan dengan makam yang belum dipetakan, selalu ada rasa cemas yang merayap di belakang pikiran mereka. Wu Sanxing tahu, setiap langkah harus diambil dengan hati-hati.

Begitu mereka masuk ke dalam makam, hawa dingin segera menyergap. Udara di dalam terasa lebih berat, dan bau lembap serta tanah tua menguar dari celah-celah dinding yang mulai runtuh. Mereka melangkah tidak lebih dari dua puluh meter ketika Wu Sanxing, dengan naluri tajamnya, menghentikan langkah.

“Berhenti.” Dia berbisik tegas.

Lao Yang, yang berjalan tepat di belakangnya, mendongak dengan tatapan bertanya. “Kenapa, San-ye?”

Wu Sanxing tidak langsung menjawab. Dengan cermat, dia mengamati lantai di depan mereka.

"Lihat lantainya," katanya sambil menunjuk beberapa celah kecil yang nyaris tak terlihat.

"Itu tidak rata. Ada mekanisme jebakan dibawahnya."

Da Kui, yang tubuhnya besar dan kekar, maju untuk melihat lebih dekat. “Pasak-pasak besi di bawah sana,” gumamnya pelan setelah menyingkap sedikit permukaan lantai yang retak.

"Kalau kita terus berjalan tanpa hati-hati, bisa-bisa kita semua tertusuk dan mati di sini."

Lao Yang, yang dikenal sebagai ahli navigasi dan jebakan dan mantan tentara, mengerutkan dahi.

“Ini terlihat seperti jebakan lama, tapi masih aktif. Mereka pasti sengaja merancang ini untuk membunuh siapa saja yang tidak waspada.” Dia mengeluarkan pisau kecil dan dengan cekatan memeriksa sela-sela lantai, memastikan setiap mekanisme sudah rusak sebelum mereka melangkah lebih jauh.

Wu Sanxing tidak mengatakan apa-apa. Dia terus mengawasi sekeliling, terutama dinding makam yang mulai membuatnya merasa tidak nyaman. Ada sesuatu yang salah. Bau aneh menyengat hidungnya, dan ia tahu itu bukan sekadar bau tua atau lembap. Ada unsur lain di sini, sesuatu yang lebih berbahaya. Ketika dia menyentuh dinding itu untuk memastikan, jantungnya berdebar kencang.

“Alkimia kuno,” bisiknya.

“Bahan di sela-sela dinding ini bisa terbakar jika suhu udara naik.”

Da Kui langsung memasang wajah serius. “Jadi kita bukan hanya harus menghadapi jebakan di lantai, tapi juga dinding yang bisa meledak sewaktu-waktu?”

Lao Yang terlihat semakin waspada.

“Ini gila. Mereka benar-benar merancang makam ini sebagai kuburan hidup bagi siapa pun yang berani masuk.”

Wu Sanxing melangkah mundur dengan hati-hati, menoleh ke arah mereka. “Kita harus keluar dari sini. Makam ini tidak stabil. Jika kita memicu satu saja mekanisme, semuanya bisa berakhir.”

"Aku setuju," kata Lao Yang, mulai memetakan rute untuk kembali.

"Dinding-dinding ini terlalu berbahaya. Kalau suhu udara di luar naik, bahan alkimia ini bisa terbakar dan menciptakan ledakan. Tidak ada yang akan selamat di sini."

“Sepertinya cuaca di luar juga mulai berubah,” tambah Wu Sanxing. Matanya menyipit, mencoba mendengar suara angin yang semakin kencang di luar makam.

Di Bawah Kutukan MakamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang