Chapter 9 ✅

241 20 14
                                    

Wu Xie terperanjat. Dadanya masih naik-turun dengan cepat, keringat dingin mengalir di pelipisnya. Dia mengerjap, menggosok matanya berulang kali untuk memastikan.

“Hah! Apa… Apa yang tadi itu?” gumam Wu Xie bingung, menoleh ke sekeliling.

Dia masih di ruangan yang sama, tapi semua hal yang tadi dia lihat—patung-patung besar, peti emas tua berlumut—sudah hilang. Kini hanya ada altar tua yang kosong, lantainya berdebu dan tampak tak tersentuh selama bertahun-tahun.

Wu Xie menggigit bibirnya, matanya berkeliling, masih berharap dia tidak sedang bermimpi.

"Tadi kayaknya ada yang manggil aku... Terus ada peti! Kok tiba-tiba ilang semua?" keluhnya, suaranya bergetar di antara bingung dan takut.

"Apa aku kebanyakan nonton film hantu ya? Atau aku kena halusinasi lagi? "

Dia mengusap matanya sekali lagi, berusaha menghilangkan rasa takut yang masih menyelimuti pikirannya.

"Ah, udah Wu Xie, jangan mikir yang aneh-aneh! Mungkin ini cuma karena aku capek."

Namun, semakin Wu Xie berusaha menenangkan dirinya, semakin dia merasa tak nyaman. Ruangan ini terlalu sepi, dan rasa dingin di dalamnya membuat bulu kuduknya meremang.

Sambil mengomel sendiri, Wu Xie mencoba melangkah lebih jauh, namun—seperti biasanya—kakinya malah tersandung sesuatu.

"Wuaaah!" Dia terjatuh ke depan, tubuh kecilnya menghantam lantai berdebu.

"Aduh! Kenapa aku selalu nyandung sih?!" teriak Wu Xie dengan frustrasi, menatap marah ke lantai yang datar.

Tangannya meraba-raba lantai, dan dia merasakan ada sesuatu yang tajam menggores kulitnya.

“Aduh, sakit… Sakit! Ini apaan lagi?!” rintihnya sambil menarik tangannya, darah tipis mengalir dari luka kecil yang ditimbulkan oleh pecahan batu.

Wu Xie memandang tangannya yang berdarah dengan mata terbelalak.

“Kok bisa sih? Ini gara-gara tadi aku nyandung, ya ampun... Untung bukan luka besar!”

Dia meniup-niup luka di tangannya, berusaha meredakan rasa sakit. Tapi sebelum dia bisa bangun, lantai di bawahnya tiba-tiba bergemuruh pelan.

"Hah? Apa lagi ini?" Wu Xie memandang sekeliling dengan mata melebar, tubuhnya gemetar lagi.

"Jangan bilang ini perangkap lagi..." gumamnya ketakutan, sambil merangkak mundur dari tempat dia jatuh tadi. Tapi bukannya lantai amblas atau jebakan lainnya muncul, yang bergerak kali ini adalah altar di tengah ruangan.

Dengan suara berderak keras, altar yang tampak biasa itu mulai terbelah, membuka ruang kosong di dalamnya. Wu Xie menatap dengan mulut terbuka, matanya membelalak kaget.

"Hah? Aku... Aku buka apa lagi sekarang?!"

Dia segera berdiri, masih memegangi tangannya yang terluka sambil menatap altar yang terbuka perlahan.

"Kenapa aku selalu kena masalah sih?! Aku cuma nyandung batu doang!" keluhnya sambil mundur beberapa langkah.

“Ini nggak bener, ini nggak bener... Apa ada monster di dalamnya?”

Wu Xie berjalan mendekat dengan hati-hati, penasaran tapi juga takut setengah mati.

"Aduh, gimana ini? Aku penasaran... tapi juga takut."

Wu Xie menelan ludah, perlahan mendekati altar yang kini terbuka penuh. Di dalamnya, ada sesuatu yang tersembunyi—sebuah peti kayu kecil, sangat berbeda dari peti emas besar yang tadi dia bayangkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Bawah Kutukan MakamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang