bab 5🎍

144 22 1
                                    

Bailidongjun hanya bisa menatap Yedingzhi dengan marah, merasa semakin terperangkap dalam permainan yang tak pernah ia minta. Bagaimana bisa pria itu selalu muncul di setiap aspek kehidupannya? Dia merasa seperti boneka yang diikat oleh benang tak kasat mata, di mana Yedingzhi memegang semua kendali.

---

Bailidongjun (mendengus pelan, berbicara pada dirinya sendiri):
"Sial, sepertinya aku tak akan pernah bisa bebas dari bayangannya."

---

Setelah kelas, Bailidongjun berjalan cepat menuju tempat parkir untuk melampiaskan frustrasinya dengan naik motor dan melesat di jalanan, seperti biasanya saat ia merasa terjebak. Tapi sebelum dia sempat keluar dari gedung, Yue Yao mengejarnya, tampak tersenyum ceria.

---

Yue Yao (berhenti di hadapan Bailidongjun, tersenyum):
"Hai, Dongjun. Apa kau punya waktu? Aku mau minta tolong soal materi kuliah tadi."

---

Bailidongjun, yang masih kesal dengan interaksi sebelumnya, mencoba untuk bersikap tenang. Tapi di kepalanya, ia tahu bahwa Yue Yao sekarang mungkin lebih tertarik pada Yedingzhi daripada padanya. Ia merasa semakin tak berguna.

---

Bailidongjun (berusaha tersenyum tipis, tapi ada nada sarkasme di baliknya):
"Kau tidak mau bertanya langsung pada Yedingzhi saja? Dia tampaknya sangat ahli."

---

Yue Yao (tertawa kecil, tidak menyadari ketegangan yang tersirat di balik kata-kata Bailidongjun):
"Ya, memang dia terlihat sangat kompeten, tapi aku lebih nyaman bicara denganmu, Dongjun. Lagi pula, kau sudah lebih dulu ada di sini."

---

Bailidongjun terdiam sesaat, agak terkejut mendengar jawaban Yue Yao. Ada harapan kecil yang muncul, tapi pada saat yang sama, rasa khawatir dan ketidakpercayaan tetap menghantuinya.

---

Bailidongjun (menghela napas, mencoba rileks):
"Baiklah, kita bisa bicara soal itu nanti. Sekarang, aku sedang ingin menyendiri."

---

Yue Yao (menarik napas, sedikit kecewa):
"Oh... Baiklah, Dongjun. Kalau begitu aku tidak akan mengganggu. Tapi, tolong kabari aku kalau kau bisa ya?"

---

Bailidongjun mengangguk singkat, lalu berjalan pergi tanpa menoleh lagi. Namun, saat ia sampai di tempat parkir dan mengeluarkan motornya, sosok yang paling tidak ingin ia temui muncul lagi-Yedingzhi, yang berjalan ke arahnya dengan ekspresi yang sama seperti biasa: dingin dan penuh kendali.

---

Yedingzhi (berdiri dengan tenang di samping motor Bailidongjun):
"Mau kabur lagi?"

Bailidongjun (menggerutu sambil mengenakan helm):
"Apa pedulimu? Ini bukan urusanmu."

---

Yedingzhi (memasang tatapan tegas, suaranya rendah namun tajam):
"Semua yang kau lakukan sekarang adalah urusanku. Kita punya tanggung jawab, Dongjun. Kau bisa terus bermain-main, tapi akhirnya kau tetap harus menghadapi kenyataan."

---

Bailidongjun melepaskan helmnya dan menatap Yedingzhi dengan penuh amarah. Kali ini, ia tak bisa menahan dirinya lagi.

---

Bailidongjun (dengan suara keras, hampir berteriak):
"Kenyataan apa?! Bahwa aku harus menikah denganmu? Bahwa aku kehilangan semua kebebasanku? Kau pikir aku akan menerima itu begitu saja?"

PERJODOHAN (YeBai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang