bab 11🎍

161 15 3
                                    


---

Malam hari di apartemen Yedingzhi. Keduanya duduk di ruang tamu setelah makan malam bersama. Suasana hening, tetapi ada rasa tegang yang tersembunyi di balik setiap kata dan gerak mereka. Bailidongjun tampak gelisah, tetapi berusaha menyembunyikannya dengan sikap santainya.

---

Bailidongjun (duduk di sofa, sambil mengacak-acak rambutnya, merasa canggung):
"Aku merasa kekenyangan banget. Kau masak terlalu banyak tadi, Yun Gee."

Yedingzhi (berdiri sambil merapikan piring, nada suaranya dingin tapi lembut):
"Kau yang makan terlalu sedikit. Biasanya kau habiskan dua porsi."

Bailidongjun (tertawa pelan, berusaha mengalihkan perasaan tidak enaknya):
"Yah, mungkin aku sedang dalam mode hemat energi. Besok ada ujian besar, kau tahu?"

Yedingzhi (berbalik, menatapnya dengan tatapan curiga):
"Ujian besar? Apa kau belajar kali ini, atau malah tidur sepanjang waktu?"

Bailidongjun (tersenyum nakal, menatap Yedingzhi dengan tatapan bermain):
"Aku belajar... ya, meskipun aku lebih suka belajar hal-hal lain, kalau kau mengerti maksudku."

Yedingzhi (mendekati sofa, duduk di samping Bailidongjun, tatapannya tidak bisa disangkal):
"Jangan coba-coba bermain-main denganku, Dongjun. Aku tahu ada sesuatu yang kau sembunyikan."

Bailidongjun (kaget sedikit, tapi berusaha tetap tenang):
"Menyembunyikan apa? Kau terlalu berlebihan, Yun Gee. Aku hanya... sedikit lelah."

Yedingzhi (menyipitkan mata, tahu ada yang salah):
"Lelah? Kau bahkan terlihat lebih pucat akhir-akhir ini. Jangan bilang ini hanya soal ujian."

Bailidongjun (tergelak, mencoba membuat suasana lebih ringan):
"Pucat? Wah, kau benar-benar jadi ahli detektif sekarang ya? Kalau begitu, tolong jangan terlalu serius. Aku cuma butuh istirahat."

Yedingzhi (tatapan intens, tapi suaranya tetap tenang):
"Kau bukan tipe yang sering mengeluh. Ini bukan soal istirahat, bukan?"

Bailidongjun (terdiam sejenak, menatap ke arah lain, merasa tidak nyaman tapi berusaha menutupi):
"Sudahlah, Yun Gee. Kau terlalu khawatir. Aku baik-baik saja. Serius."

Yedingzhi (menghela napas, sedikit melunak):
"Baik. Tapi kalau ada sesuatu, kau harus memberitahuku. Aku bukan orang yang suka menebak-nebak, Dongjun."

Bailidongjun (bercanda, mencoba menggoda):
"Yun Gee, kadang aku pikir kau suka sekali jadi bosku. Kau bisa jadi terlalu serius, tahu?"

Yedingzhi (tersenyum tipis, membalas dengan sindiran lembut):
"Kau membutuhkanku sebagai bosmu. Tanpa aku, hidupmu akan kacau balau."

Bailidongjun (tertawa lebih lepas, meski ada kegelisahan di hatinya):
"Itu mungkin benar. Tapi apa salahnya sedikit kebebasan?"

Yedingzhi (menyandarkan tubuhnya di sofa, menatap Bailidongjun dengan lebih lembut):
"Sedikit kebebasan tidak masalah. Tapi aku tahu kau lebih dari sekadar bermain-main. Ada sesuatu yang kau sembunyikan, dan kau akan memberitahuku ketika kau siap."

Bailidongjun (menghela napas dalam-dalam, lalu melihat ke arah Yedingzhi, merasa sedikit terbuka):
"Mungkin... Tapi tidak malam ini, Yun Gee. Aku tidak siap untuk pembicaraan serius sekarang."

Yedingzhi (mendekat sedikit, nada suaranya menjadi lebih hangat):
"Kalau begitu, besok. Tapi ingat, aku akan menunggumu."

Bailidongjun (tersenyum kecil, merasa terhibur tapi juga semakin gelisah di dalam):
"Kau tidak akan pernah berhenti menungguku, kan?"

Yedingzhi (membalas senyumnya dengan lembut):
"Tidak akan. Kau tahu itu."

Mereka saling bertatapan sejenak, keheningan yang terasa akrab dan hangat mengisi ruangan. Bailidongjun merasa ada beban yang ia bawa, tapi untuk malam ini, ia memilih untuk mengabaikannya-setidaknya untuk sementara waktu. Yedingzhi, meskipun penuh rasa ingin tahu, memilih untuk memberinya ruang.

PERJODOHAN (YeBai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang