bab 10🎍

224 15 1
                                    

---

Pagi hari setelah malam itu, suasana di apartemen terasa hening. Matahari mulai menerobos tirai kamar, menciptakan bayangan lembut di dinding. Bailidongjun membuka matanya perlahan, merasa tubuhnya masih lelah setelah malam panas. Ia memalingkan wajahnya ke arah Yedingzhi yang masih tertidur di sebelahnya. Wajah dingin Yedingzhi tampak tenang, meski dalam tidurnya, seolah semua yang terjadi semalam tidak meninggalkan bekas.

Bailidongjun (berpikir sambil menatap Yedingzhi, merasa sedikit bingung dengan perasaannya):
"Bagaimana dia bisa selalu tampak begitu tenang setelah semua yang terjadi?"

Ia menghela napas pelan dan mulai bangun, merasa gelisah. Meskipun ia selalu mencoba memberontak, Bailidongjun tahu bahwa Yedingzhi memiliki kendali penuh atas dirinya, dan itu mengganggunya, bahkan jika ia tidak bisa menghindarinya.

Bailidongjun (berbicara pelan pada dirinya sendiri):
"Kenapa aku selalu berakhir seperti ini? Terjebak di antara kebencianku dan... sesuatu yang lain."

Bailidongjun berjalan menuju kamar mandi, merasa ingin membersihkan pikirannya. Air dingin yang mengalir di tubuhnya sedikit membantu, tapi pikirannya masih terjebak dalam ingatan malam sebelumnya.

---

Sementara itu, di tempat tidur, Yedingzhi terbangun perlahan, melihat tempat di sebelahnya kosong. Dia tahu Bailidongjun sedang mencoba memahami apa yang terjadi, namun Yedingzhi tidak punya niat untuk mempermudah. Dengan ekspresi datar, ia bangkit dan menuju dapur, menyiapkan dua gelas air.

Yedingzhi (berpikir sambil mengisi gelas):
"Dia selalu berpikir bisa melawan, tapi pada akhirnya, dia selalu kembali. Mungkin saatnya menguji dia lebih jauh."

Ketika Bailidongjun keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah, wajahnya tampak sedikit lebih rileks setelah mandi. Yedingzhi sudah menunggunya di ruang tengah dengan dua gelas air yang sudah disiapkan di meja.

Bailidongjun (mengangkat alis, melihat Yedingzhi dengan penuh rasa ingin tahu):
"Kau menungguku?"

Yedingzhi (dengan senyum tipis, nada suara rendah tapi penuh arti):
"Kau terlihat lelah. Minumlah. Kau butuh energi untuk menghadapi hari ini."

Bailidongjun (sedikit curiga, tapi mencoba bersikap santai):
"Kau jarang seramah ini... ada apa?"

Yedingzhi hanya tersenyum, tidak menjawab langsung, membiarkan suasana tetap tegang di antara mereka. Bailidongjun, meskipun curiga, mengambil salah satu gelas dan meneguk airnya perlahan.

Bailidongjun (menatap Yedingzhi, nada suaranya masih menggoda meskipun ada sedikit kekhawatiran):
"Kau tidak mungkin membuat semuanya semudah ini, bukan?"

Yedingzhi (tersenyum lebih lebar, dengan nada misterius):
"Kau yang akan tahu nanti."

Bailidongjun menaruh gelasnya di meja, merasa ada sesuatu yang aneh. Suasana semakin tegang ketika Yedingzhi mendekat, tatapannya tajam, namun masih dengan senyum yang membuat Bailidongjun selalu merasa terperangkap.

Bailidongjun (berusaha mempertahankan sikap santainya, meskipun mulai gugup):
"Yun Gee, kau benar-benar suka bermain-main denganku, ya?"

Yedingzhi (dengan tenang, suaranya hampir berbisik di telinga Bailidongjun):
"Kau yang selalu mulai permainannya, Dongjun. Aku hanya mengakhirinya."

Mereka saling menatap dalam diam, ketegangan dan tarik-menarik kekuasaan di antara mereka semakin jelas. Bailidongjun tahu bahwa Yedingzhi memegang kendali penuh, namun di saat yang sama, ada bagian dari dirinya yang menikmati permainan ini. Meskipun demikian, ia tidak bisa menghilangkan rasa waspada yang terus menghantuinya-perasaan bahwa Yedingzhi selalu satu langkah di depan.

PERJODOHAN (YeBai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang