Three : Chandra Negara

42 4 0
                                    

---------- Chapter 3 : Chandra Negara

Dosen gila! Setres! Gak waras! Sarap! Gak ngotak! Botak! Botak! Otak dongo! Pantes kepalanya botak, AAARGGHHH!

Hampir semua mahasiswa teknik yang ada di kelas itu mengumpat hal yang sama kepada sosok Pria botak yang baru saja keluar dari ruang kelas.

"Komputer aja butuh eksternal hardisk, Kamila! Apa kabar otak gue yang cuman 64gb ini?" Yuna memasang wajah tak percaya sambil menghantam pelan kepalanya ke tembok samping mejanya.

Kamila -sang teman- memutar malas matanya. Dia menatap gadis berhijab yang duduk di tingkat atas dan mengodenya. "Temen Lo sumpah merendah banget."

Gadis berhijab itu mengangguk dan ikut menatap Yuna yang masih merengek. "Gak ada otak 64gb bisa ngafal teori air Juvenil, air tanih, agradasi, aglomerat, akuifer, akuifer artesis dalam sehari, dongo!"

Yuna terdiam, dia membalik tubuhnya menghadap kedua temannya dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Gadis itu langsung tersenyum sok malu dan melambaikan tangan kanannya. "Ah, jadi maloe!"

Kamila menutup hidungnya dan menghadap depan. "Huekk!"

Bunga, gadis berhijab itu menggeleng pelan. "Lo malu-maluin, bukan malu."

Yuna terkekeh kecil. "Tau kok."

"Bukan pujian!" ucap Kamila cepat yang membuat Yuna mendengus, menatapnya.

Bunga berdiri dari tempatnya, membuat keduanya menatap gadis itu dengan penuh tanya.

"Kantin."

Yuna dan Kamila langsung tersenyum dan ikut berdiri. "Let's go!"

...

Suasana kantin yang ramai dan ribut membuat suasana pasar sangat kentara disini.

Yuna menghempas tubuhnya di pojok dan menyenderkan dirinya di tembok. Dia mengangkat satu kakinya keatas dan dinaikkan tangannya ke atas lutut.

Pandangannya menyebar, mengabsen seisi kantin dengan matanya yang kita ni melihat jelas karena sebuah kacamata bertengger di sana.

Jadi telunjuknya spontan memperbaiki letak kacamatanya, meski tak butuh.

"Gak persen makan Lo?" Kamila ikut duduk di kursi sebrang, membuat Yuna menoleh padanya. "Kaga, gue kenyang makan mie tadi pagi."

Yuna segera memperbaiki duduknya dan menghadap Kamila. "Bengkak gak muka gue?"

Kamila menyipitkan matanya dan menggeleng pelan, membuat Yuna mengelus dadanya dan kembali menyender.

"Kenapa emang?"

"Gara-gara tektonik semalem, dua hari gue gak tidur woy gila! Untung gak bengkak muka gue. Soalnya makan gue gak teratur."

Kamila mengangguk pelan. "Tapi kantong mata Lo kentara banget, biasanya Lo gak gitu kentara."

Yuna mengerucutkan bibirnya dan mengangguk kecil. "Eye cream gue habis, mau persen lagi ternyata belum ada stok. Nunggu sebulan dikirim dari negara asalnya."

Nah liat, kadang juga mereka akur kok. Gak selamanya bertengkar terus, jika sedang bagus suasananya maka omongan mereka lancar. Namun biasanya ada topik yang melenceng, yang menarik emosi salah satunya.

Kamila menggeleng pelan. "Emang beda orang kaya."

Yuna melemparkan tusuk gigi pada Kamila. "Ngaca anying. Anak pemilik tambang terbesar di timur punya siapa? Bonyok Lo!"

Nah, baru dibilangin kan? Mereka sudah mulai debat lagi.

"Yee... Bapak Lo di negara koala, lebih kaya lah."

DETECTED : I Got You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang