Six : Alcohol

32 4 0
                                    

———————————————Chapter 6 : Alcohol

Bunyi dentuman musik yang menggema kencang di sebuah ruang tertutup, sama sekali tak mengganggu atensi seorang gadis yang duduk dengan berpangku dagu sambil melamun.

Tatapannya serius, namun lurus ke satu titik random. Bahkan gelas di depannya baru habis setengah, padahal sudah hampir sejam di tempat itu.

Kamila menatap Yuna yang melamun dengan pandangan bingung dan heran.

Namun teman satunya lagi, lebih menarik fokusnya.

"Allahumma solli  ala mu Muhammad, astagfirullah, Robbi srohli sodri, allahumma anta Robbi lailaha Illa anta, allahumma afiini fi badany, allahumma afiini fi sami-"

"Ngapain lo?"

Bunga menatapnya tajam. Tangannya masih di telinga, menutupi lubang telinganya yang tertutup hijab.

"Diem Lo! Gue sedang berdoa biar setan yang ada di ini club gak masuk ke badan gue. Sialan, kalau bukan karena Lo berdua juga, gue ogah masuk ni tempat."

Tawa Kamila pecah saat Bunga kembali merapalkan doa doa random. Di depannya ada segelas es jeruk yang sengaja Kamila pesan karena tau, Bunga pasti enggan menyentuh alkohol yang tersedia di sana.

Gadis itu terpaksa ikut setelah diiming-imingi album dari boy grup Enhypen bersama lightstick versi terbarunya oleh Kamila yang memang suka membelikan Bunga barang-barang bagus.

Meski pada awalnya sangat bahagia, tapi begitu masuk dan mencium berbagai macam jenis alkohol, gadis itu tak pernah berhenti beristigfar dan berdoa dari tadi.

Es jeruk di depannya bahkan enggan di minum karena alasannya yang mengatakan bahwa bisa saja gelas itu bekas alkohol, atau minuman yang katanya haram itu.

Sedangkan Yuna diam. Meski badannya ada di hadapan mereka, pikirannya melayang entah kemana.

Jari-jarinya mengetuk dagunya dengan irama yang stabil.

Sebelum akhirnya menatap kedua temannya.

"Semalem ada polisi datang ke rumah gue."

Keduanya spontan berhenti melakukan aktifitas mereka. Bunga menurunkan tangannya dari telinga. Seakan melupakan dentuman musik yang sedari tadi dia hindarkan.

Sedangkan Kamila yang asik minum, mendekat pada Yuna yang memutuskan pandangannya dari titik pandangnya dan menatap mereka.

Tangannya meraih gelas berisi rum di hadapannya dan menegaknya habis.

Raut wajahnya mengkerut sejenak sebelum bersandar.

"Kok bisa?" Tanya Kamila penasaran.

Bunga mendekatkan diri ke meja, karena duduk di hadapan keduanya.

Yuna menaruh gelasnya di atas meja. Lalu mengecap pelan. "Bahas mawar hitam."

Bunga mengernyit dan menggerakkan pelan tangannya sebagai gestur. "Kok bisa?"

Kamila memejamkan matanya pelan, kala merasa pusing. Lalu kembali menatap Yuna dengan alis mengkerut.

"Karena kasus yang berkaitan sama Lo?" tanya Kamila tepat sasaran.

Bunga semakin dibuat bingung. Kedua tangannya spontan menghitung. "Pertama yang didekat jembatan, kasus ke-2. Terus yang temen kerja Lo, kasus ke-6. Apa lagi ya..."

Jari telunjuk kanannya berhenti di jari tengah tangan kiri.

Matanya menatap Kamila.

Kamila menelan pelan. "Kasus ke dua belas, tempat sampah rumah Yuna."

Bunga terdiam sejenak. Otaknya bekerja, berusaha berfikir. Gadis itu menoleh pelan pada Yuna yang di hadapannya dengan ragu dan bingung.

"Kasus ke enam, bukannya waktu itu polisi konfirmasi kalau itu gak masuk dalam kasus mawar hitam, ya?"

Kamila berdehem pelan, merasakan panas di lehernya. "Mana itu kasus paling serem lagi. Badannya sampai bolong, gitu."

Yuna terdiam. Ingin mengatakan bahwa bunga mawar hitam tersebut memang tidak ada di korban, namun berserakan di rumahnya. Tapi dia gak mau kedua temannya, khawatir. Bisa jadi mereka melaporkan pada orang tuanya dan dia tak lagi dibiarkan tinggal sendiri.

Yuna menghela nafas dan menatap Bunga. "Lo gak mabuk, kan?"

Mata gadis itu spontan melebar dan menggeleng. "Kagak kagak, ya kali gue mabuk. Amit-amit, nauzubillah!" Tangannya mengepal, mengetuk-ngetukan kepalannya di kepalanya. "Kenapa?"

Yuna mengangguk dan berdiri. "Kamila mabuk tuh, bawa pulang ya... Gue ada urusan."

Bunga melotot, menatap Yuna protes. Tapi gadis itu tak bereaksi apapun dan berjalan meninggalkan Bunga dan Kamila yang sudah mabuk berat.

"Sialan Lo, Mil."

Bunga bangun dan menatap Kamila yang hilang kesadaran. Gadis itu mengoceh seperti orang lain.

Spontan bunga bergerak asal, menendang angin, mengeluarkan emosinya. Menundukkan kepalanya dan menghela nafas kencang, membuat beberapa orang di sekitarnya menoleh kaget.

Bunga tak peduli. Gadis itu langsung memapah Kamila dan dibantu penjaga saat akan di bawa ke mobil.

"Anomali, dasar, anomali!"

...

Yuna berjalan di bawah lautnya malam.

Jalanan yang sudah sepi membuat rasa takut pada diri Yuna bangkit secara perlahan.

Kepalanya menunduk bentar meyakini bahwa dirinya akan baik-baik saja.

Tapi segelas rum yang dia minum tadi, ternyata membuat dampak burung pada pikirannya.

Gadis itu semakin mempercepat langkahnya, sebelum berhenti tiba-tiba.

Kepalanya menoleh kebelakang, namun ternyata trotoar dihadapannya, kosong. Gadis itu kembali berbalik dan berjalan dengan langkahnya yang cepat.

Alcohol sialan!

Yuna Mencengkram tangannya sendiri hingga setetes darah keluar.

Alih-alih belok kearah kiri, memasuki sebuah jalanna dimana rumahnya berada. Gadis itu justru melangkah ke seberang jalan, menyebrangi jalan raya, dan berjalan memasuki sebuah perumahan.

Kakinya melangkah cepat menuju sebuah rumah putih yang paling mencolok di sana, menekan bel rumah itu dengan brutal dan tak sabaran.

Hingga akhirnya pintu rumah terbuka. Menampilkan seorang perempuan yang langsung menarik Yuna masuk dan menutup pintunya rapat.

Sedangkan sosok yang menjadi ketakutan Yuna tadi langsung berdiri dari persembunyiannya dengan kecewa.

Mengelus rahangnya yang tajam dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Aah.... Sayang sekali.... Kamu menyadari ku, Yuna."

Tawanya menggelar di bawah langit malam yang menyeramkan.

Kakinya melangkah keluar dari sana dan berjalan pelan meninggalkan area itu dengan perasaan kecewa, namun senang.

Tangannya menyimpan kembali pisau lipat yang dia genggam, lalu berlalu dari sana sambil mengunyah permen karet.

"The more acquaintances I know of you, the more fun the game gets, baby..."

-Garis Akhir-

DETECTED : I Got You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang