WMA | 04

1K 56 16
                                    

⚠️ warning 17+

BIAR GAK LUPA DI VOTE DULU YA GESSS 🫶🏻

_________________________________

Buku gambar di atas bangku
Apa kabar sayangku

.
.
.

"Jangan suka sama gue, Ren. Lo nggak akan bahagia."

"Kenapa? Kenapa kak Deon ngomong kaya gitu?" mata Serena mulai berkaca-kaca, ucapan Deon itu seolah telah memberi isyarat untuknya agar tak melangkah lebih jauh.

"Hidup gue nggak sesempurna yang lo liat, dan nggak sebaik yang media tunjukkan."

"Apa Seren butuh itu semua? Seren nggak butuh kehidupan kak Deon yang sempurna."

"Lebih tepatnya hidup gue ini bukan milik gue, Ren. Semua kehidupan gue sudah ditentukan sejak gue lahir dari keluarga Harrison dan gue nggak punya pilihan sama sekali untuk menentukan apa yang gue mau." jelas Deon.

Serena tidak mengerti apa yang Deon maksud. Serena terdiam untuk mencerna apa yang Deon katakan.

Kehidupan Serena dan Deon itu sangat jomplang. Serena dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan support dari orang tuanya atas apa yang ia ingin lakukan.

Sangat berbanding terbalik dengan Deon yang di didik secara otoriter dari kecil oleh papanya dan kurangnya kasih sayang dari mamanya tak tidak perduli dengannya.

"Lo tau alasan gue nggak pernah pacaran?"

Karena kak Deon suka sama Seren, iya, kan? iya, dong? Iya, please?. Jawab Serena dengan penuh harapan dan penuh paksaan di dalam hatinya.

"Berkomitmen itu merepotkan, Ren."

"Apa lagi sampai melibatkan perasaan." sambung Deon, membuat hati mungiel Serena cekit-cekit seperti di tusuk jarum.

"Ke-kenapa? Apanya yang merepotkan? Bukannya suka sama lawan jenis itu manusiawi?" ucap Serena, kemudian sepintas pertanyaan yang tak masuk akal terlintas di benaknya.

"A-apa kak Deon sukanya yang sejenis?"

"Gue normal!" Deon langsung menatap Serena tak terima dikira penyuka batang.

"Gue suka cewek!" lanjutnya.

"Kak Deon pernah suka cewek?" tanya Serena.

"Ya pernahlah."

"SIAPA?"

Sepertinya Deon salah ngomong, karena jawabannya itu malah membuat mata Serena melotot dan membangkitkan jiwa detektive Serena.

Deon langsung mengalihkan pandangannya dari tatapan Serena. "Ayo pulang, udah malam."

"Jawab dulu?" desak Serena.

"Nggak penting juga lo tau, Ren."

Deon melangkah pergi meninggalkan lapangan basket yang ada dikompleknya itu. Sementara Serena masih mengekorinya dengan wajah cemberut.

WE MEET AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang