1. Shakira

128 24 1
                                    

==

Perdebatan penuh caci maki dan umpatan kasar yang terdengar di dalam rumah bukan hal asing bagi Shakira. Bahkan mendengar barang-barang pecah sudah menjadi makanannya sehari-hari. Semua itu sudah berlangsung nyaris selama tiga tahun.

Saat itu usianya baru menginjak delapan belas tahun, awal mula semua terjadi. Pertengkaran kedua orang tuanya yang entah karena apa membuat Shakira kadang tak betah berada di rumah, beruntung ia memiliki teman-teman yang baik yang mau menampungnya dan selalu ada di saat ia butuh.

Shakira pikir pertengkaran kedua orang tuanya itu tak akan berlangsung lama, katanya di dalam pernikahan wajar ada perdebatan, pun selama ia hidup hingga berumur delapan belas tahun, baru kali ini Shakira memergoki kedua orang tuanya bertengkar sehebat itu.

Tapi siapa sangka, itu adalah awal mula bencana di hidupnya, awal mula ia tak tahan berada di rumah, dan awal mula kebahagiaannya hancur. Tiga tahun terus bertengkar, bahkan Papi sampai jarang pulang ke rumah dan Mami sibuk dengan geng arisan sosialitanya, kedua orang itu memilih untuk berpisah.

Shakira pikir itu yang terbaik, di banding mereka terus bertengkar dan mengabaikannya yang saat itu masih butuh kasih sayang orang tua. Namun setelah berpisah pun kedua orang itu tetap tak memikirkan nasibnya yang merupakan anak mereka. Shakira diminta memilih dan tentu ia tak memilih keduanya.

Papi murka, beliau ingin membawa serta Shakira untuk ikut tinggal bersamanya, bukan karena terlalu sayang, tapi karena ingin menjodohkannya dengan anak dari rekan bisnis Papi. Alhasil, keputusannya itu membuat Papi tak mau lagi membiayai kehidupannya, segala fasilitas yang Shakira punya diambil, pun rumah dan harta lainnya yang menjadi harta gono gini harus dijual dan dibagi dua oleh Mami.

Sementara dirinya? Tak memiliki apa pun.

Shakira tak punya tempat tinggal, tak punya uang untuk makan. Beruntung ia memiliki teman yang sangat amat kaya, namanya Sagara. Mereka berteman sejak duduk di bangku SMA, Sagara membelikan apartemen untuknya tinggal, tapi dengan imbalan Shakira mau berpura-pura menjadi pacar lelaki itu di depan sang ibu. Karena ia tak punya pilihan lain, mau tak mau Shakira menyetujui itu.

Memiliki otak yang pas-pasan alias tidak terlalu pintar—atau anggap saja bodoh, Shakira hanya mengandalkan wajahnya yang cantik untuk mencari pekerjaan. Sagara sempat menawarkan sebuah jabatan di perusahaannya, tapi Shakira menolak. Alasannya karena sudah terlalu pusing memikirkan kehidupannya yang amburadul, jadi Shakira tak berniat untuk ikut pusing memikirkan kemajuan perusahaan orang lain.

Lantas seorang teman memberi saran untuknya masuk ke dalam sebuah agensi keartisan, niat Shakira ingin menjadi artis atau model terkenal, meraup banyak uang dari kesuksesannya, tapi alih-alih terkenal dan berjalan di atas catwalk, Shakira malah berakhir menjadi sampul model untuk produk kemasan. Seperti sabun cuci dan obat gatal, itu pun sulit bersaing dengan model pendatang baru.

Haduh, memang sial, bahkan sudah satu bulan ini tak ada job yang masuk untuknya.

"Lo gimana sih, Bar?!" Shakira dengan segelas wine di tangan bersungut pada sang manajer yang kini berada di dalam pantry. Namanya Barbara, lelaki kemayu dengan nama asli Bara Handoko yang sudah bekerja dengannya nyaris selama empat tahun. Segala hal tentang Shakira sudah Barbara hafal, mulai dari sifat dan kelakuannya, pun mulut pedasnya itu. "Masa gue gak dapet job bulan ini? Mau makan apa gue?!"

Barbara yang sedang menyiapkan sarapan untuk wanita itu mencebik dengan wajah masam. "Eike gak megang yey doang ya, Kir."

"Tapi tugas lo nyariin gue job." Shakira membalas dengan dengusan jengkel, menggoyang-goyangkan gelas di tangannya dengan wajah kesal. "Lo manajer gue, elo yang harusnya nyariin gue job."

Perfect MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang