#8

1 1 0
                                    

Aksara, dengan tenang namun tegas, meminta Lengga untuk segera memeriksa dan memperbaiki pemicu bom yang rusak. Ia menyadari bahwa waktu mereka terbatas, dan setiap detik berharga.

"Aku akan mencoba menonaktifkan bom yang aktif," ujarnya sambil fokus pada rangkaian kabel pada salah satu bom rakiran di hadapannya,

"Bisakah kamu memperbaiki pemicunya yang rusak?" tanya Aksara seraya menatap Lengga dan dijawab anggukkan kepala oleh laki-laki itu.

Aksara, dengan kepiawaiannya dalam bidang persenjataan, yakin dapat menjinakkan bom yang aktif, sementara Lengga, tanpa ragu mulai mencobamemperbaiki pemicu yang rusak.

Detik-detik berlalu dengan mencekam. Hanya sepuluh menit yang tersisa sebelum rangkaian bom itu meledak, menghujani gedung kosong itu beserta semua didalamnya dengan kehancuran.

Kesadaran akan waktu yang semakin menipis membuat Aksara dan Lengga bekerja dengan fokus yang luar biasa. Di sekitar mereka, hanya terdengar bunyi alat-alat yang mereka gunakan, dan detak jantung mereka yang berpacu kencang.

Keheningan yang mencengkeram, diselingi oleh suara-suara kecil yang menegangkan, menjadi bukti nyata dari konsentrasi mereka yang luar biasa. Setiap gerakan, setiap tindakan, dilakukan dengan presisi dan kehati-hatian yang ekstrem, karena mereka tahu bahwa kesalahan sekecil apapun dapat berakibat fatal.

Dengan tangan yang terampil dan mata yang tajam, Aksara dengan cepat menganalisis rangkaian kabel pada bom rakitan yang ada di hadapannya. Ia bergerak dengan sigap, jari-jarinya lincah menelusuri setiap kabel, mencari titik lemah yang dapat dinonaktifkan.

𝙏𝙖𝙠

Tak butuh waktu lama, Aksara menemukan kabel yang tepat. Dengan gerakan cepat dan presisi, ia memotong kabel tersebut dengan alat pemotong yang telah disiapkannya. Seketika, lampu indikator pada bom itu padam, menandakan bahwa bom tersebut telah berhasil dinonaktifkan. Napas lega terhembus dari dadanya, namun ia tak boleh lengah, karena masih ada bom lain yang harus dijinakkan.

'Bajingan Carlos dan anjing-anjing sialannya itu, bikin repot saja!' batin Aksara bersumpah serapah kepada Carlos dan seluruh anteknya.

Aksara, dengan tenang, berpindah ke kotak boks yang lain, dan segera memulai pekerjaannya menjinakkan bom rakitan yang ada di dalamnya. Ia bergerak dengan cekatan, tangannya lincah memotong kabel dan melepaskan komponen berbahaya.

Sementara itu, Lengga, yang berjibaku dengan alat pemicu yang rusak, tampak kesulitan. Upayanya untuk memperbaikinya tak membuahkan hasil, "Shit!" umpat laki-laki itu dengan kesa.

Akhirnya, dengan berat hati, Lengga memutuskan untuk mengabaikan alat pemicu yang tak kunjung berfungsi dan bergabung dengan Aksara. Ia menyadari bahwa waktu semakin menipis, dan bantuannya sangat dibutuhkan untuk menjinakkan bom-bom yang mengancam.

Aksara hanya melirik singkat Lengga, matanya menangkap raut wajah kawannya yang tampak frustrasi. "Tidak bisa diperbaiki?" tanyanya singkat, suaranya terdengar tenang dan datar.

Lengga menggeleng, matanya masih tertuju pada alat pemicu yang rusak di tangannya. "Tidak," jawabnya singkat, nada suaranya sedikit suram.

Aksara mengangguk mengerti, kemudian kembali fokus pada pekerjaannya, keduanya bekerja dengan cepat dan efisien, seolah terikat oleh satu tujuan yang sama.

𝙏𝙞𝙠..

𝙏𝙞𝙠..

𝙏𝙞𝙠..

Detik demi detik berlalu dengan cepat,  tekanan semakin terasa saat hitungan mundur menuju ledakan semakin mendekati.  Aksara dan Lengga bekerja tanpa henti, tangan mereka bergerak lincah menjinakkan satu per satu bom rakitan yang aktif.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Masa AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang