#2

3 1 0
                                    

𝘒𝘳𝘪𝘯𝘨𝘨..

Begitu suara bel istirahat berbunyi nyaring, segera para murid Bintang Bangsa berbondong-bondong keluar kelasnya masing-masing untuk beristirahat, tak terkecuali murid kelas XII IPA 1.

Namun berbeda dengan Aksara, gadis itu terlihat menatap keluar jendela dengan diam sembari menopang kepalanya pada salah satu tangan yang berada di atas meja, membuat beberapa temannya yang belum keluar mengernyit bingung.

"Nggak ke kantin Ra?" tanya 𝘾𝙮𝙣𝙩𝙝𝙞𝙖, salah satu teman Aksara yang cukup dekat dengannya.

"Lagi males gue" jawab Aksara dengan datar dan dingin tanpa menoleh kearah Cynthia. Meraka yang mendengar nada bicara Aksara, segera mengerti bahwa gadis itu tengah dalam suasana hati yang buruk.

Cynthia lantas menghela napas paham dan segera beranjak pergi, ia dan teman-teman Aksara hanya dapat memberi ruang untuk sendiri kepadanya saat suasana hati gadis itu sedang tidak baik.

Tentu, mereka melakukan itu bukan karena tidak ingin menghibur Aksara. Namun dulu pernah saat suasana hati Aksara sedang buruk, seorang siswa laki-laki yang dikenal sebagai preman di Bintang Bangsa mencoba menggoda Aksara dan berakhir dengan babak belur.

Karena pada saat itu tengah berada di waktu pembelajaran dan kebetualan kelas mereka sedang jam kosong, tentu saja semua teman sekelas Aksara menyaksikan dengan langsung bagaimana menakutkannya gadis itu saat suasana hatinya tidak baik.

Sajak saat itu, teman-temannya sepakat bahwa jika suasana hati Aksara sedang buruk, mereka akan memberi waktu dan ruang kepada gadis itu untuk menenangkan diri.

"MY LOVE!!"

Tiba-tiba terdengar suara teriakan yang terdengar sumbang dari depan pintu kelas tersebut, yang membuat beberapa siswa yang tersisa di kelas itu menghela napas bosan saat tahu siapa pemilik suara itu, karena dari yang tertulis diatas tadi, itu semua tidak berlaku untuk orang ini.

Namanya 𝙀𝙢𝙞𝙡𝙞𝙤 𝙎𝙚𝙢𝙗𝙖𝙧𝙖, premannya Bintang Bangsa yang dulunya ditakuti oleh cukup banyak orang, sebelum berakhir menyukai Aksara dan mengejar-ngejar gadis itu setiap harinya. Emilio seringkali melakukan hal-hal konyol dan aneh untuk mendapatkan atensi dari Aksara, yang tentunya di respons dengan sikap acuh tak acuh oleh gadis itu.

Sepert saat ini, meski Aksara mendengar teriakan Emilio yang memanggil namanya, gadis itu sama sekali tidak bergeming dan tetap memandang kearah luar jendela. Pemuda itu lantas berjalan riang mendekati tempat duduk Aksara, dengan senyum yang tidak pernah luntur meskipun tidak mendapat jawaban dari orang yang disukainya.

"Jangan mulai deh, Lio" larang 𝙁𝙞𝙙𝙚𝙡𝙮𝙖 𝘽𝙞𝙢𝙖𝙡𝙖 sang bendara kelas yang terlihat menundukkan kepalanya, sibuk mengerjakan sesuatu, "Moodnya Sara lagi jelek, mending lo libur dulu capernya" lanjut Elya memperingati pemuda yang diyakini oleh semua orang di Bintang Bangsa, sudah tergeser otaknya setelah dipukuli oleh Aksara.

"Bilang aja lo sirik, makanya cantik dulu sana biar ada yang naksir, walau nggak akan ada yang seganteng gue." balas Lio mengejek dengan wajah kesal, membuat Elya yang mendengar ucapan pemuda itu, segera menarik napas dalam untuk menahan dirinya agar tidak meladeni pemuda yang tengah kasmaran itu.

Melihatnya yang tidak mengindahkan perkataannya, Elya hanya mengedikkan bahunya dan kembali fokus pada kesibukannya. Sementara Emilio, pemuda itu sudah duduk di depan meja Aksara dengan menghadap ke belakang dan menata gadis itu dengan senyum cerah serta mata yang berbinar kagum.

"My love, kamu makin hari kenapa makin cantik, sih? Aku kan tambah cinta." rayuan Emilio dengan nada lembut, membuat Elya yang mendengarnya bergidik geli.

Masa AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang