CHAPTER 04

184 45 3
                                    

Setelah Maureen menceritakan tentang Naresh, hal itu membuat Gia semakin penasaran perihal perasaan Maureen. Ia sangat yakin bahwa itu bukanlah alasan Maureen yang sesungguhnya.

Hari ini Gia menginap di rumah Maureen dan tentunya diikuti oleh Hiro. Dua manusia itu memang menempel sekali, nempel doang tapi status tidak jelas.

"Reen lu demen kan sama tu duda." Tanya Gia penuh selidik.

"Kalo iya kenapa, kalo engga juga kenapa." Balas Maureen.

"Reen lu serius demen sama duda?"

Maureen yang sedang memakai skincarenya pun ikut jengah dengan pertanyaan itu yang selalu berulang diucapkan oleh Gia.

"Kenapa sih emang, lu heboh banget dari tadi."

"Kurang ajar ya ini orang. Kalo misalnya mantan istrinya datengin lo gimana nanti, terus gimana kalo misalnya mereka clbk. Ditinggal sama duda tuh lebih banyak kemungkinannya tau." Seru Gia segala kemungkinan yang akan terjadi.

"Yaudah sih itu cuma 'misalkan' kan? Jadi belum mungkin terjadi." Balas Maureen enteng.

"Reen serius lo bilang gitu? Ini cukup gue aja yang bego sama cinta, lo jangan ikut-ikutan anjir."

Maureen mengangguk pelan, "Bagus deh lo sadar kalo lo bego."

Gia merengut kesal, memang ya adik kakak pasti punya banyak kesamaan. Contohnya sifat nyebelin Maureen yang sama persis dengan Hiro.

"Lo mikir ngga gimana kalo si Marko tau kalo tipe lo sekarang jauh di bawah dia?" Ucap Gia yang membuat Maureen memberhentikan aktivitasnya.

Maureen membalikan tubuhnya dan kini dirinya menghadap pada arah dimana Gia berada.

"Apa lo bilang? Lo nyamain cowo brengsek kaya dia sama Naresh? Gila lo, sakit ya otak lo. Lo lupa gimana dia perlakuin gue? Bahkan Marko di sandingin sama setan juga setannya yang kalah."

Gia menghela nafasnya, "Bukan gitu maksud gue, tapi secara status jelas Naresh-Naresh itu kalah kalo di banding Marko kan."

"Buat apa kalo statusnya single tapi udah engga perjaka. Cuma perkara Naresh udah nikah jangan bikin lo punya statement kalo Marko lebih baik dari Naresh—"

"—buang jauh-jauh tuh statement jelek lo Gi."

Gia menggeleng, "Dengan dia cerai aja itu udah tanda tanya Reen. Engga mungkin mereka cerai tanpa sebab."

"Coba lo pikir cowok mana yang mau urus anaknya sendirian. Bahkan cowo yang MBA aja ogah buat ngurus anaknya padahal ada ibunya."

Maureen beranjak dari kursi meja riasnya lalu menghampiri Gia yang sudah duduk nyaman di atas tempat tidurnya, "Gi gue engga minta lo buat setuju sama ucapan gue. Tapi tolong jangan hakimin orang by cover, lo engga tau gimana cerita asli kehidupan dia."

Gia menunduk, "Reen, maaf. Gue cuma engga mau lo ngerasain sakit lagi."

"Engga papa, gue ngerti kok lo begini karna sayang sama gue. Tapi tolong jangan bawa-bawa Marko lagi, gue udah muak denger nama si brengsek itu."

Gia semakin merasa bersalah, "Maaf gue jadi buka luka lama lo."

Maureen memeluk Gia, "It's okay Gia. I know how much you want to protect me, thank you for that love."

Gia dan Maureen sudah berteman sejak mereka SMP jadi kalian bisa bayangkan seberapa dekatnya mereka. Selain itu Gia pun juga tau segala apa yang terjadi di kehidupan Maureen, maka dari itu ia cukup protect dengan Maureen.

MAS DUDA I'M COMING! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang