CHAPTER 05

165 47 6
                                    

Baila di taruh oleh Naresh di troli belanjaannya agar tidak kerepotan. Membawa bayi ke tempat umum sendirian adalah salah satu hal paling merepotkan karena kita tidak tau tingkah apa saja yang akan di lakukan bayi itu.

Terlebih lagi Baila sudah memasuki usia toddler dan kalau kata orang bayi berumur segitu ada saja tingkah aneh yang mereka lakukan yang mampu membuat orang dewasa menggelengkan kepala.

"No Baila, ini buahnya belum di cuci jangan kamu makanin." Naresh mengambil satu buah apel yang sudah di grogoti oleh Baila.

"Baila laper?"

Baila tidak membalas melainkan tetap memakan apa saja produk yang ada di dekatnya. Sepertinya efek pertumbuhan gigi jadi gusinya terasa gatal.

"Engga boleh semuanya dimasukin ke mulut sayang, bakteri ini."

Berkali kali Naresh mengambil paksa barang yang ada di tangan Baila, namun lagi dan lagi bayi itu kembali mengambilnya.

"Kamu ini ya."

Naresh mengangkat baila, lebih baik ia gendong saja dari pada bayi itu terus merecok di dalam troli dengan memakan semua produk belanjaannya.

Di tempat tak jauh dari Naresh berdiri, terdapat Maureen yang sedang memilih-milih bahan-bahan adonan untuk tokoknya.

Saat dirinya sibuk memilih-milih tepung, ekor matanya tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang tidak asing di penglihatannya.

"Anjir itu si duda gak sih?" Maureen menajamkan penglihatannya karena jaraknya dengan pria itu cukup jauh.

"Iya kocak itu si duda sama dedek gemes." Maureen terseyum penuh arti, "Samperin ah..."

Maureen datang menghampiri pria yang diketahui adalah Naresh yang kini sedang membereskan isi trolinya yang sudah berantakan antara persabunan dan makanan sudah tercampur-campur.

"Mas Naresh."

"Maureen? Sedang apa kamu disini."

Dugaannya benar, ternyata itu benar Naresh. Si duda tampan yang beberapa hari ini sudah mengisi pikiran si gadis Maureen.

"Belanja lah Mas, ngapain lagi kesini kalo bukan mau belanja." Balas Maureen bercanda.

"Iya ya." Naresh tersenyum canggung, sadar bahwa pertanyaannya cukup bodoh.

Maureen terkekeh, "Mas lagi belanja bulanan apa gimana? Emangnya Mas ngga kerja."

"Harusnya begitu, tapi Baila masih belum ada yang jaga. Jadi mau tidak mau saya harus WFH."

WFH atau Work From Home adalah bekerja dari rumah atau di rumah.

"Mas kalau mau, saya bisa kok bantu jaga Baila. Kebetulan toko saya sudah ada yang jaga jadi saya sudah lebih santai sekarang." Tawar Maureen.

"Please iya aja kek dud, gue pengen pdkt nih woi duda." Batin Maureen berteriak gemas.

"Oh gitu ya? Nanti saya pikirkan lagi ya Maureen. Saya sudah banyak merepotkan kamu, saya tidak mau semakin merepotkan." Tolak Naresh.

Mendapat penolakan itu tidak membuat Maureen menyerah. Bagaimana pun caranya ia harus bisa mengambil hati Naresh.

"Toko saya sudah ada karyawannya sekarang, jadi waktu saya sudah mulai banyak luangnya. Saya hanya mau menawarkan saja sih, siapa tau Mas berminat. Jaman sekarang untuk cari pengasuh itu sulit." Balas Maureen yang tidak sinkron dengan isi kepalanya yang berharap bahwa Naresh menerima.

Namun harapan hanya sebuah harapan, karena nyatanya Naresh kembali menggeleng menolak penawaran dari Maureen.

"Tidak Maureen, saya tidak mau berutang budi pada kamu terlalu besar. Selagi saya masih bisa untuk mengurus Baila, saya akan lakukan. Tanpa adanya pengasuh tidak menjadi tolak ukur bahwa saya tidak bisa menjaga Baila."

MAS DUDA I'M COMING! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang