CHAPTER 06

117 43 9
                                    

Pagi-pagi buta Maureen sudah bergelut dengan alat bakingnya. Dirinya memang membuat semua roti-roti dan segala menu bakerynya sendiri. Terkadang Gia membantu tetapi tidak setiap hari.

Karena sekarang Maureen sudah mempunyai tiga karyawan yaitu Nina dan dua karyawan lain. Kini Maureen sudah tidak perlu menjaga toko jadi ia bisa lebih bersantai.

Maureen memberikan tanggung jawab tokonya pada Nina, yang kini menjadi tangan kanan dari tokonya.

Ia percaya pada Nina bukan semata mata karena Nina karyawan pertama atau semacamnya, tetapi sebulan ini dirinya sudah melihat kinerja Nina yang baik maka dari itu ia percayakan tokonya pada Nina.

Tetapi walaupun begitu Maureen tetap mengawasi tokonya dari jauh. Keuangan juga semua ia yang handle. Jadi urusan toko sejauh ini semua aman.

"Capek juga ya kerjain sendiri, gue rengkut orang lagi aja apa yaa buat bagian dapur." Gumam Maureen.

Maureen menggeleng, "Tapi gue gamau dapur gue kecampur tangan orang."

Serba salah. Dirinya tidak kuat jika harus baking sendiri tapi dirinya juga tidak mau kalau dapurnya ada banyak tangan.

"Nanti gue pikirin lagi deh buat karyawan baru." Ucapnya yang kini membaringkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu.

Semua makanan sudah ia kirim ke tokonya, biarkan karyawannya saja yang menyusun semuanya ke toko. Ia mau istirahat.

Baru sekitar 20 menit Maureen memejamkan mata tetapi sudah di usik oleh panggilan telfon yang masuk pada ponselnya.

Mas Naresh

Nama itu tertara disana yang tentunya dengan gesit Maureen menerima panggilan itu.

"Hallo Mas, ada apa ya?"

"Maureen, kamu sedang sibuk ya?"

"Engga kok Mas, kenapa ya?"

"Boleh tolong jaga Baila hari ini? Bawa saja bermain atau kemana pun tidak apa, saya akan berikan uang saku. Saya sedang tidak enak badan, saya takut menular pada Baila."

"Eh, boleh Mas boleh. Saya ke rumah ya Mas. Mas mau nitip sesuatu?"

Seperkian detik Naresh diam hingga akhirnya laki-laki itu kembali bersuara, "Saya titip sarapan boleh?"

"Boleh boleh, bubur aja Mas mau?"

"Iya Maureen, daun bawang dan bawang goreng tolong banyakan lalu tidak pakai kacang."

"Iya Mas, Baila gimana Mas? Belum sarapan juga?"

"Baila sudah saya berikan buang potong dan juga yogurt."

Maureen mengangguk mengerti, "Yasudah ini saya matikan ya Mas."

"Iya Maureen, sekali lagi maaf merepotkan dan terima kasih Maureen."

Tidak lama setelah itu Maureen mematikan panggilan, kemudian ia segera bersiap menyarikan bubur untuk calon suami eh maksudnya Naresh.

•••

Maureen membawa tiga kantung plastik di tangannya. Satu berisikan bubur, satu berisikan obat dan satu lagi berisikan beberapa bahan makanan untuk ia jadikan soup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MAS DUDA I'M COMING! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang