18. Kekanak-kanakkan!

347 62 8
                                    

Hari yang membosankan bagi semua murid, mereka harus kembali menjalani rutinitas mereka seperti bisa. Semua murid sekarang sedang belajar di kelas masing-masing, tapi berbeda dengan kelas Gio. Kelasnya tidak ada guru sekarang ini, katanya sedang izin ada urusan. Karena itu kelas mereka sedikit ribut walaupun sang guru sudah memberikan tugas pada mereka.

Gio yang menjadi ketua kelas tak bisa membuat mereka tenang. Karena memang dia tak ada niat melarang mereka, kecuali mereka sudah terlalu anarkis sampai-sampai mengganggu kelas lain, barulah dia kan bertindak.

Gio memilih bersandar pada kursinya dengan earphone yang terpasang di telinganya, tak lupa dia juga melihat sekelilingnya memastikan tak ada sesuatu yang akan membuat dirinya dalam bahaya karena harus menghadap wali kelas, itu hanya akan membuat Melody juga memarahinya.

Saat dia sedang asik mengamati kegiatan teman-temannya, tak sengaja matanya melihat ke arah Dey. Dia melihat Dey sedang melamun padahal Muthe dan Eli sedari tadi asik bercerita di dekatnya, dia sedikit bingung dengan sikap Dey dan dia juga penasaran ada apa dengan Dey, tapi dia memilih tak memusingkan itu dan mengalihkan perhatiannya ke arah lain.

Gio alihkan pandangannya ke arah Daniel yang sekarang sedang duduk disamping Indah, dia sedikit iri dengan apa yang dilihatnya sekarang. Daniel bisa dengan bebasnya berbicara dengan pacarnya, sedangkan dia pacar saja tak punya.

Setelah puas melihat kebucinan Daniel itu, Gio milih beranjak dari duduknya. Dia berjalan keluar kelas dan tujuannya tak lain adalah toilet, tapi anehnya dia memilih toilet yang paling jauh dari kelasnya. Dengan earphone yang masih setia di telinganya, dengan santai dia berjalan menuju toilet yang berada di dekat area kelas 12.

Di tengah perjalanan dia menemukan apa yang sebenarnya dia cari, dia berjalan ke arah seorang wanita yang sedang membawa setumpuk buku di tangannya "Sini biar aku yang bawa!" ujar Gio pada Shani, dia mengambil buku itu tanpa menunggu jawaban dari Shani. Ya, dia sama sekali tak ada niat ke toilet karena tujuan sebenarnya adalah Shani, selama perjalanan dia berharap bertemu Shani dan toilet hanya sekedar alibi buat dia kabur dari kelas.

"Ih, suka banget ngagetin ya kamu tuh Gi!" Kesal Shani saat Gio datang dan langsung saja merebut semua buku yang dia bawa. Gio hanya tersenyum mendengar apa yang Shani ucapkan "Kamu kok bisa kesini sih? Kan masih jam pelajaran?" Tanya Shani pada Gio yang mulai berjalan, dia mengikuti Gio berjalan dan menyesuaikan langkahnya dengan Gio.

Gio memalingkan wajahnya, dia melihat wajah Shani yang sepertinya sedang marah. "Aku cuman mau ke toilet doang kok" Jawabnya santai, membuat Shani semakin kesal dengan tingkah Gio. "Apa sih Shan? Makin kesini, kamu makin mirip kayak Kak Mpen dehh!" keluh Gio saat Shani memukul lengan Gio.

"Toilet kelas 11 kan ada Giovanooo!! Ngapain kamu jauh-jauh ke toilet kelas 12!" Omel Shani diikuti cubitan tepat di pinggang Gio. Belum reda sakit dari pukulan Shani tadi, sekarang dia sudah meringis lagi karena Shani telah mengeluarkan jurus andalannya itu.

"Ampuun Shan, sakit sumpah!"

Shani langsung menghentikan cubitannya di pinggang Gio, dia masih sedikit emosi dengan orang yang ada di sampingnya ini, tapi kasihan juga kalau Gio terus dia cubit. Gio berusaha mengusap bekas cubitan Shani tadi, tapi sayang kedua tangannya sedang membawa buku dan tak mungkin dia memberikan buku itu ke Shani lagi.

Shani yang melihat Gio sedang kesusahan, langsung saja mengelus pinggang Gio yang dia cubit tadi "Maaf" ucap Shani masih setia mengelus pinggang Gio.

Tindakan Shani yang tiba-tiba itu membuat Gio seketika terdiam, bahkan dia langsung menghentikan langkahnya. Dia salah tingkah dengan apa yang dilakukan oleh Shani, sangat tiba-tiba dan jelas hatinya tidak siap akan ini.

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang